Skip to Content

GAYA DRAMA/TEATER EKSPRESIONISME

Foto Fahmi N Mustaqim
files/user/196/A_Mulberry_Tree_karya_Vincent_Van_Gogh.jpg
A_Mulberry_Tree_karya_Vincent_Van_Gogh.jpg

GAYA DRAMA/TEATER EKSPRESIONISME

(Gerakan ke Perasaan-Perasaan/Tanggapan-Tanggapan Subjektif dan Penghargaan terhadap Individualitas Berkenaan dengan Perasaan-Perasaan)

 

Gaya ekspresionisme dalam dunia penciptaan drama/teater merupakan salah-satu gaya modern di mana perasaan-perasaan atau respons-respons jiwa yang bersifat subjektif terhadap subjek/objek yang diapresiasi seniman pencipta, menjadi objek ungkapan seniman pencipta.

Muncul pada awal abad 20/1901.

Seperti halnya simbolisme, ekspresionisme sebenarnya muncul sebagai suatu gerakan dalam penciptaan karya seni yang ditujukan untuk menolak/menandingi penciptaan karya seni bergaya realisme dan naturalisme yang menurut anggapan kaum ekspresionisme, juga terlalu berorientasi pada akal/logika dan tidak memberi jalan bagi kebenaran-kebenaran/kenyataan-kenyataan individualistik yang berkenaan dengan perasaan-perasaan/respons-respons yang bersifat khusus.

Gerakan ini merebak setelah karya-karya pelukis ekspresionistik pertama, Vincent Van Gogh, mulai menarik perhatian dunia, terutama para kritikus karya seni lukis.

 

A.  Adagium-Adagium/Asumsi-Asumsi Dasar

1.  setiap manusia mempunyai intuisi dan visi pribadi akan kebenaran; dan bahwa kebenaran itu ada dalam visi pribadi jiwa seseorang, dan bukan dalam norma yang sudah ada/dibentuk atau realitas eksternal,

2.  keaslian visi pribadi atau yang dianggap nyata dalam pengalaman pribadi, perlu dianggap/diekspresikan meskipun bertentangan dengan norma-norma/aturan-aturan yang telah ada dan mungkin tidak disukai karena dunia pun perlu tahu kebenaran-kebenaran/kenyataan-kenyataan individual yang ada/muncul dalam diri-diri setiap manusia/seniman,

3.  manusia sebenarnya tidak ada yang sempurna, dan lingkungan pun sebenarnya demikian pula; dan oleh karenanya tidak pada tempatnya jika yang menjadi tolok-ukur seseorang perlu diterima dalam suatu lingkungan adalah karena seseorang itu baik.  Bagaimana pun, menurut kaum ekspresionis, yang perlu menjadi tolok-ukur seseorang dapat diterima dalam suatu lingkungan, adalah tolok-ukur yang positif dan humanis, yakni bahwa seburuk-buruknya manusia, dia pasti mempunyai kelebihan-kelebihan individual dan semangat hidup untuk menampilkan kelebihan-kelebihan itu.

 

B.  Tokoh-Tokoh Gaya Ekspresionisme dalam Penciptaan Karya-Karya Drama/Teater

1.  August Strindberg (1849-1912) dengan karya-karyanya antara lain “Master Olof” (1872) “A Dream Play” dan “Ghost Sonata”.

2.  Georg Kaiser (1878-1945) dengan karya-karyanya antara lain “The Burghers of Calais” (1913), “From Morn to Midnight” (1912), dan sebuah trilogi yang terdiri dari “The Coral”, “Gas” (1918) dan “Gas II” (1920).

3.  Eugene O’Neill (1888-1953) dengan karyanya antara lain “Beyond the Horizon” (1918), “Anna Christie” (1920), “The Emperor Jones” (1920), “Hairy Ape” (1922), “All God’s Chillun Got Wings” (1924), “Desire Under the Elms” (1925), “Lazarus Laughed” (1925-1926), “Morning Becomes Electra” (1931) dan “Ah, Wilderness” (1933).

4.  Elmer Rice (1892-1967) dengan karya-karyanya antara lain “The Iron Cross” (1917), “The Adding Machine” (1923), “The Mongrel” (adaptasi dari novel karya Hermann Bahr)(1924), dan “Street Scene” (1929).

6.  Eugene Bertolt Brecht (1898-1956) dengan karya-karyanya antara lain “Baal” (1918-1923), “Drums in the Night” (1918-1920), “The Catch” (1919), “The Threepenny Opera” (1928), “Mothercourage and Her Children” (1938-1939), “The Good Person from Szechuan” (1939-1942), “The Caucasian Chalk Circle” (1943-1945), dan “Turandot” (1953-1954).

 

C.  Ciri Gaya drama/teater Ekspresionistik

1.  bersifat terbatas dan dianut oleh sekelompok seniman ekspresionistik,

2.  umumnya menampilkan tema-tema yang berkenaan dengan keberadaan-keberadaan yang mengundang tanggapan-tanggapab emosional seniman pencipta,

3. dibuat dengan tidak terpaku pada aturan-aturan/logika-logika realistik/naturalistik dalam penciptaan karya seni,

4.  karya seni hadir sebagai materialisasi pengalaman emosional pencipta terhadap suatu keberadaan.

Komentar

Foto Ferick Sahid Persi

tulisan yang menarik

tulisan yang menarik bagi saya orag yang menyukai teater. namun kenapa untuk ciri teater expresionisnya sangat sedikit? terkesan tulisan ini hanya memaparkan isi pemikiran kaum expresionisme dari latar belakang pelukis saja. bukan kah bertolt brecht lebih condong ke aliran marxisme kemudian untuk bentuk pemanggungan brech punya sendiri??

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler