Skip to Content

Ilmu Bunyi Bahasa

Foto Anna Windri

ILMU BUNYI BAHASA(FONOLOGI)

 

A.  Pengertian Fonologi

Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa yang terus-menerus, kadang-kadang terdengar suara menaik dan menurun, kadang-kadang terdengar hentian sejenak atau hentian agak lama, kadang-kadang terdengar tekanan keras atau lembut, dan kadang-kadang terdengar pula suara memanjang dan suara biasa.

Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dapat ditangkap dengan telinga. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan dan menghasilkan gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia. Bunyi tidak dapat dilihat dengan mata, tidak dapat diraba dengan tangan, tidak dapat dirasa dengan lidah ataupun dicium dengan hidung. Dalam kehidupan sehari-hari, kita lebih banyak berinteraksi dengan bunyi melalui indra telinga dibandingkan dengan empat indra lainnya.

            Contoh lain peristiwa terjadinya bunyi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya orang sedang membelah kayu, menutup dan membuka pintu, bertepuk tangan, menyanyi, dan sebagainya. Semua itu merupakan kejadian yang dapat menimbulkan bunyi. Jadi pada dasarnya, terjadinya bunyi diakibatkan oleh adanya benda yang bergetar. Benda yang bergetar dapat terjadi sebagai akibat dari mendekatnya dua buah benda yang berjauhan, ataupun sebaliknya menjauhnya dua buah benda yang berdekatan.

Begitu pula dengan bunyi-bunyi yang dihasilkan, sangat beragam. Ada bunyi yang enak didengarkan, dan ada juga bunyi yang tidak enak untuk didengarkan. Seperti, suara seorang penyanyi profesional tentu lebih enak didengar jika dibandingkan dengan suara petir yang menggelegar. Walaupun bunyi tidak bisa kita lihat dengan mata, tetapi kita yakin bahwa bunyi itu ada dan dapat merambat melalui beberapa media, di antaranya benda cair, padat, gas. Sebagai bukti, kita dapat mendengarkan orang lain berbicara karena bunyi yang dihasilkan merambat melalui udara. Binatang-binatang laut dapat saling berkomunikasi lewat bunyi yang merambat melalui air. Sedangkan kita dapat berkomunikasi melalui saluran telepon dikarenakan bunyi yang merambat melalui kabel telepon.

Bunyi-bunyi bahasa inilah beserta runtunan dan segala aturannya yang menjadi objek kajian cabang linguistik yang disebut fonologi. Jadi, objek kajian fonologi adalah bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap atau alat bicara manusia.

Fonologi secara etimologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu.

Menurut status atau hierarki satuan bunyi terkecil yang menjadi objek kajiannya.

Secara garis besar, fonologi adalah subdisiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang mempelajari bunyi bahasa. Pendapat ini dikemukakan antara lain oleh Roger Lass (1988). Roger Lass selanjutnya menyatakan bahwa untuk fonologi bisa dipersempit lagi sebagai subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari fungsi bahasa. Ini berarti bahwa fonologi mengkaji bunyi-bunyi bahasa, baik bunyi-bunyi itu kelak berfungsi dalam ujaran atau bunyi-bunyi secara umum. Di samping mempelajari fungsi, perilaku, serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik (fonemik), fonologi mempelajari juga yang lebih netral terhadap bunyi-bunyi sebagai fenomena dalam dunia fisika dan unsur-unsur fisiologikal, anatomikal, psikologikal dan neurologikal manusia yang membuat atau memproduksi bunyi-bunyi itu (fonetik).

Jika diikuti pandangan Roger Lass di atas, nyatalah bahwa fonologi memiliki dua cakupan, yakni cakupan arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, fonologi mempelajari bunyi-bunyi bahasa baik bunyi-bunyi umum (fonetik) atau pembeda makna (fonemik). Dengan kata lain, dalam arti luas kajian fonologi mencakup fonetik dan fonemik. Dalam arti sempit, fonologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi bunyi dan perilaku bunyi suatu bahasa.

Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak, sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.

 

B.   Dasar-dasar Kajian Fonologi

Pandangan terhadap anatomi dan fisiologi dari organ manusia yang menghasilkan

ujaran, pandangan terhadap ujaran sebagai gelombang bunyi yang bisa dianalisa dari segi fisiknya, dan pandangan terhadap bagaimana bunyi ujaran itu diterima oleh pendengarnya, merupakan dasar-dasar kajian fonetik. Sementara itu pandangan terhadap ujaran sebagai suatu organisasi bunyi yang membawa makna, merupakan dasar-dasar kajian fonemik (fonologi dalam arti sempit).

            Berikut adalah garis besar dasar-dasar kajian fonologi mencakup dasar-dasar fonetik dan dasar-dasar fonemik.

a)      Jenis fonetik

b)      Alat ucap atau alat bicara

c)      Terjadinya bunyi bahasa

d)     Klasifikasi bunyi bahasa

e)      Dasar-dasar fonemik

 

C.   Tujuan Fonologi

Setiap ilmu atau kajian, akan ada suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan proses atau hasil kajian. Fonologi adalah sebagai suatu subdisiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang “bunyi bahasa”. Sebagaimana halnya ilmu induknya yaitu linguistik, fonologi ada kaitannya dengan ilmu-ilmu lain, sehingga melahirkan interdisipliner, misalnya antara fonologi dengan ilmu kedokteran, terapi wicara dan lain-lain.

Tujuan fonologi atau studi fonologi dibedakan atas tujuan teoritis dan tujuan praktis.

 

A. Tujuan Teoritis

Pada pertemuan 1 (satu), Anda telah mempelajari bahwa kajian fonologi dibedakan atas fonetik dan fonemik (fonologi dalam arti sempit). Pembedaan ini tentu saja menjadikan tujuan kajiannya berbeda pula. Dalam hal ini John Clarck dan Colin Yallop (1991;3) membedakan adanya ahli fonetik (phonetic) dan ahli fonemik (phonologist), yang akan membedakan tugas dan tujuan dari masing-masing kajiannya.

            Bagi seorang ahli fonetik, tujuan studinya adalah untuk menemukan kebenaran umum dan memformulasikan hukum-hukum tentang bunyi-bunyi dan pengucapannya, dan pengenalan produksi bunyi-bunyi ujar itu. Di samping itu, tujuan teoritis dari studi fonetik ini adalah untuk mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan menunjukkan fungsi hubungan yang satu dengan yang lain.

            Secara lebih rinci tujuan teoritis studi fonetik bagi seorang ahli fonetik mencakup:

a)      Mendeskripsikan bagaimana fungsi organ tubuh sebagai alat bicara, penghasil bunyi-bunyi bahasa.

b)      Mendeskripsikan bagaimana proses terjadinya bunyi bahasa.

c)      Mengklasifikasikan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan karakteristiknya.

d)     Mendeskripsikan runtunan bunyi dalam satuan-satuan bunyi tertentu.

Salah satu satuan bunyi adalah silabis.

e)      Pelambangan bunyi-bunyi dalam tulisan fonetis.

 

            Bagi seorang ahli fonemik (fisiologi) tujuan teoritis kajiannya adalah menemukan dan memformulasikan hukum-hukum bunyi bahasa tertentu, dan pengenalan akan fungsi-fungsi bunyi bahasa itu. Di samping itu, tujuan teoritis dari kajian fonemik ini adalah untuk mendeskripsikan, mengklasifikasikan, dan menujukkan fungsi hubungan antara satu bunyi dengan bunyi yang lain.

            Secara lebih rinci tujuan teoritis studi fonemik bagi seorang ahli fonemik mencakup:

a)      Menentukan objek kajian bunyi yang membedakan makna yaitu fonem.

b)      Menentukan identitas fonem.

c)      Mendeskripsikan kaidah-kaidah fonem.

d)     Mendeskripsikan struktur fonem.

e)      Mendeskripsikan khasanah fonem.

f)       Mendeskripsikan klasifikasi fonem.

g)      Mendeskripsikan perubahan-perubahan fonem.

 

B. Tujuan Praktis

            Tujuan praktis bagi studi fonetik berkaitan dengan bidang-bidang interdisipliner. Bagi pengajaran bahasa, fonetik diperlukan untuk tujuan latihan berbicara, penyembuhan penderita tunawicara. Untuk membantu orang-orang yang mempelajari bahasa kedua, kamus yang disertai dengan transkripsi fonetis sangan diperlukan. Jadi, untuk tujuan praktis penyusunan kamus yang memperhatikan aspek fonetis kata-kata dalam kamus, oleh beberapa ahli fonetik telah dicoba dilakukan. Seiring dengan berkembang kemajuan teknologi dewasa ini telah diproduksi semacam kamus audio yang memperhatikan aspek pelafalan dan intonasi.

            Bagi seorang ahli fonemik (phonologist), tujuan-tujuan praktis studi fonologi ini terbuka kesempatan yang seluas-luasnya. Bagi ahli perbandingan bahasa, pengetahuan fonem sangat diperlukan dalam rangka menentukan bahasa purba dengan suatu metode “rekonstruksi fonem”. Dari rekonstruksi fonem itu dapat disimpulkan adanya fonem atau bentuk asal dari suatu bahasa. Dengan metode “korespondensi fonem” dapat ditelusuri hubungan antar kekerabatan antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Hal ini diperlukan dalam rangka pengelompokan bahasa berdasarkan identitas atau karakteristik fonem.

            Tujuan praktis yang lain dari kajian fonologis ini adalah untuk pengajaran bahasa. Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis, terutama dalam tata tulis pengetahuan dan penguasaan kaidah-kaidah ejaan sangat diperlukan. Hal lain yang dapat diungkap dari tujuan praktis kajian fonologis yaitu penyusunan kamus. Sebagai suatu produk kebahasaan, kamus tidak dapat dilepaskan dengan pengetahuan tentang bunyi-bunyi bahasa (fonem) suatu bahasa.

 

  RANGKUMAN

  1. Fonologi sebagai subdisiplin linguistik menetapkan objek kajiannya adalah unsur bahasa yang terkecil atau bunyi bahasa.
  2. Sebagai suatu subdisiplin linguistik, fonologi memiliki dua cakupan, yakni cakupan arti luas dan arti sempit.
  3. Dalam arti luas, fonologi mempelajari bunyi-bunyi bahasa baik bunyi-bunyi umum (fonetik) atau pembeda makna (fonemik).
  4. Dasar-dasar kajian fonologi mencakup dasar-dasar fonetik dan dasar-dasar fonemik.
  5. Fonologi, sebagian dari studi linguistik berdasarkan tujuan kajiannya dibedakan atas fonologi teoritis dan fonologi praktis.
  6. Tujuan fonologi didasarkan atas tujuan teoritis dan tujuan praktis.
  7. Fonologi mencakup atas studi fonetik dan fonemik.
  8. Tujuan fonetik teoritis adalah untuk menemukan kaidah-kaidah bunyi secara umum.
  9. Tujuan fonetik praktis adalah menemukan kaidah-kaidah umum bunyi bahasa untuk keperluan memecahkan masalah secara praktis, misalnya latihan lafal untuk penderita tunawicara.
  10. Tujuan fonemik teoritis adalah menemukan kaidah-kaidah bunyi bahasa tertentu, misalnya fonem hambat /b, d, g/ dalam bahasa Jawa.
  11. Tujuan studi fonemik praktis adalah untuk keperluan memecahkan masalah, misalnya ejaan.
  12. Tujuan-tujuan fonologi secara teoritis maupun praktis, fonetik dan fonemik teoritis maupun praktis berdasarkan bidang kajian linguistik umum yaitu linguistik teoritis dan linguistik praktis atau linguistik terapan.

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler