Skip to Content

Menulis atau Makan Nasi

Foto Yan Firmansyah

Menulis itu harus seperti makan nasi, nasi merupakan makanan kebutuhan sehari-hari. Setiap orang akan senantiasa memakan nasi sebelum mereka memakan makanan yang lainnya. Nasi merupakan kebutuhan sehari-hari bagi orang indonesia, tentu sebelum apapun yang di makan Nasilah yang menjadi santapan utamanya. Dan banyak orang mengatakan ketia belum makan nasi maka itu belum dikatakan makan. Lalu apa hubungannya dengan menulis dengan makan nasi. Ya..penulis menginginkan menulis itu seperti nasi, yaitu pokok dari kegiatan sehari-hari. Sehingga seseorang punya prinsip bahwa menulis itu harus setiap hari karena kalau tidak menulis maka serasa ada yang tidak enak atau sakuit.

Menulis memang menjadi hal yang susah bagi orang yang tidak biasa atau tidak membiasakan untuk menulis. Namun lain ceritanya kalu saja setiap orang yang mau menulis sudah punya prinsip bahwa menulis itu harus dilakukan setiap hari dan menjadi kewajiban bagi drinya untuk menulis setiap hari tanpa ada paksaan apapun, namun ia merasa senang menulis begitu saja tanpa ada proses yang mengganggunya dalam melakukan proses penulisan sehingga itu menjadi sesuatu pembelajaran bagi dirinya. Awalnya mungkin memang terpaksa, namun lama kemudian akan menajadi sebuah kesenangan atau hobi. Dengan begitu maka menulis akan terasa menyenangkan, meskipun tulisannya hanya sekedar kata-kata yang kurang bermakna sekalipun. Menulis yang menjadi hobi atau kesenangan inilah yang susah didapatkan oleh orang.

Proses merupakan hal yang harus dilewati oleh setiap orang yang ingin punya hobi menulis. Karena menurut saya proses untuk samapai pada senang menulis itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan jatuh bangun membangun motivasinya harus senantiasa disiapkan. Tentu ketika pertama orang menulis dalam bentuk apapun, senantiasa tulisannya ingin langsung jadi dan sempurna. Ternyata menurut saya hal semacam itu akan mengganggu motivasi untuk senang menulis. Justru itu akan menjenuhkan dan memusingkan. Karena dalam satu waktu, penulis harus membuat, mengedit lalu membuat parafrase yang sesuai dan mudah difahami. Ini kan menjadi sangan memusingkan otak dan sekaligus menguras otak. Sehingga pada akhirnya orang menganggap menulis itu sesuatu yang mesusingkan dan membuat boring dan melelahkan otak yang semakin lama membentuk meanseat bahwa menulis itu memusingkan.

 

Bandung, 2014

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler