Skip to Content

BADUT

Foto usman hasan

 

 

BADUT

Oleh Usman Hasan

 

Badut yang saya pahami adalah orang yang kerjanya bergaya, bertingkah dan berbicara sehingga membuat orang tertawa. Maksudnya jelas, menghibur orang.

Badut sendiri sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang sudah lama digunakan. Hanya saja, entah kenapa belakangan ini jarang digunakan. Lebih populer kata pelawak. Tapi saya lebih suka menggunakan kata badut saja. Lebih ringkas dan mengandung nilai sejarah.

Saya sering membaca kata badut dikaitkan dengan politik atau badut politik. Ada juga kata badut dikaitkan dengan istana, lengkapnya “badut istana”. Sekarang kan tidak ada lagi istana yang sebenar-benarnya, artinya tidak ada lagi istana yang memang menjadi tempat kediaman raja atau ratu.

Tempat kediaman Presiden Indonesia juga disebut istana. Hanya sekadar nama saja. Tidak ada lagi kursi kerajaan, tidak ada lagi dayang-dayang, tidak ada lagi gundik. Pokoknya layaknya kediaman kepala pemerintahan modern yang berbentuk republik.

Kalau zaman kerajaan, dalam istana lengkap dengan orang yang mengabdi. Ada tukang kebun, ada bagian administrasi, ada juru bicara, ada bagian keamanan, ada dukun, ada tabib, ada peramal, ada koki dan selalu  disediakan secara  khusus badut istana.

Kalau badut istana kerjanya melawak, melucu sehingga raja tertawa. Tapi sebenarnya bidang-bidang yang lain seperti tukang cuci, keamanan, ahli strategi, penasihat pribadi  dan lain-lain  pada hakekatanya adalah badut juga. Memang bukan seperti badut istana yang memang khusus melawak dan melucu. Tapi bidang-bidang yang lain juga intinya melakukan apa yang menjadi kesenangan sang raja, artinya mereka akan berusaha sekuat tenaga kalau perlu sampai titik darah penghabisan untuk membuat sang raja senang, tertawa dan gembira.

Semua yang mengabdi dalam istana masuk menjadi keluarga istana, walaupun bukan turunan langsung dari sang raja. Tapi mereka semua kecipratan wibawa istana, membonceng  wibawa sang raja, termasuk sang badut istana.

Apa sih kerja badut istana? Ya tentu menghibur raja dan keluarganya dengan banyolan-banyolan yang lucu sehingga raja senang. Harus kreatif, harus banyak bahan banyolan, harus selalu menampilkan banyolan yang segar supaya sang raja senang. Kalau tidak kreatif, tidak segar alias banyolan  kering-kerontang, maka raja akan kurang senang dan bisa berkembang jadi  murka sehingga sang badut dipecat. Itu bahayanya.!

Hanya yang saya tidak tahu, apakah kerajaan dahulu kala ada juga proyek fisik dan non fisik yang dapat dibagi-bagi buat tukang cuci, tukang pijit, tukang masak, staf administrasi, bagian keamanan, ahli strategi, pakar hukum  dan badut istana. Ataukah mereka hanya sekadar diberi gaji ala kadarnya, diberi makan full 30 hari, artinya hanya sekadar menjadi pengabdi tanpa memikirkan untuk mendapatkan proyek jembatan, proyek pengadaan laptop, proyek renovasi gedung DPR/MPR, proyek renovasi gedung DPD dan berbagai proyek lainnya. Kalau betul dalam kerajaan dahulu kala tidak ada proyek-proyekan baik fisik maupun non fisik,  berarti orang-orang yang bekerja di istana pada zaman kerajaan dahulu lebih ikhlas, lebih tulus, lebih murni demi pengabdian kepada  sang raja.

Waduh, kalau zaman sekarang ini yang semua serba diukur dengan duit dan proyek, kemudian mau disamakan dengan zaman dahulu, siapa yang mau?

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler