Skip to Content

Sastra dan Media Massa di Banjarmasin

Foto Y.S. Agus Suseno

SASTRA DAN MEDIA MASSA DI BANJARMASIN

 Y.S. Agus Suseno

 Media cetak berperan penting dalam pengembangan sastra, kalau jajaran pimpinan media bersangkutan memiliki komitmen budaya. Sayangnya, komitmen itu kian lama kian menipis, akibat bisnis pers yang kian kapitalis dan profit-oriented. Dari sejumlah media cetak yang terbit di Banjarmasin, hanya sebagian yang memiliki rubrik sastra (memuat puisi, cerpen dan esai), sebagian besar tidak dikelola secara profesional.

Salah satu faktor penting penunjang keberhasilan media dalam memajukan sastra adalah keberadaan sastrawan (sebagai redaktur tetap, sekurangnya “redaktur tamu”) di media tersebut. Kini, praktis hanya Sandi Firly yang memiliki peran itu (di Media Kalimantan).  

Setelah ditinggalkan Sandi Firly, rubrik sastra di Radar Banjarmasin kehilangan pamor. Memang, rubrik sastra di Radar Banjarmasin masih ditangani Randu Alamsyah (penulis novel). Tapi, faktor sastrawan bukan satu-satunya penyebab. Keluwesan pribadi (juga keluasan wawasan dan jaringan) redaktur bersangkutan dengan berbagai kalangan (sastra dan budaya) juga turut menentukan.

 Saat Yustan Aziddin menjabat Wapemred Banjarmasin Post, rubrik Dahaga yang memuat puisi setiap hari telah memberi ruang bagi pertumbuhan penulis puisi di Kalsel, meskipun mutunya sebagian tidak signifikan. Setidaknya, Dahaga pernah menjadi ladang persemaian bibit penulis sastra di Kalimantan Selatan.

Laju pertumbuhan media elektronik di Kota Banjarmasin luar biasa pesat, radio dan TV lokal menjamur, sayang peranannya dalam pengembangan sastra tidak signifikan. TVRI Kalsel lumayan membantu pengembangan sastra tradisi (dengan acara Baturai Pantun), juga Banjar TV dan Duta TV (yang sesekali menayangkan madihin), tapi TV lokal lain tampaknya tak punya orientasi sastra yang jelas. Padahal, sastra lisan basyair tak kalah menarik dibandingkan dengan madihin, andaikata TV lokal bisa mengemasnya secara profesional. 

Banjar TV pernah menayangkan acara pembacaan puisi anak-anak (yang dilatih Yadi Muryadi). Sayang, Banjar TV tidak menjadikannya sebagai agenda rutin, dan tidak mengemasnya dengan baik.

Kalau sastra di Kalimantan Selatan mau lebih maju, media cetak maupun elektronik yang ada seyogianya memberi ruang lebih bagi sastra Indonesia modern maupun sastra tradisi daerah, dengan imbalan yang sepantasnya bagi sastrawan bersangkutan. Tidak seperti yang berlangsung selama ini, karya sastra tak dihargai, hampir tak ada imbalannya. Kalaupun ada, secara nominal honor yang diberikan hanya cukup untuk sekali makan di warung pinggir jalan... (*)  

***

(Disampaikan pada Diskusi Sastra Modern, “Peran Media dalam Perkembangan Sastra di Kalimantan Selatan”, kerja sama Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan dengan PWI Kalimantan Selatan. Gedung PWI Kalsel, Jalan Pangeran Hidayatullah, Lingkar Dalam Banua Anyar, Banjarmasin, Kamis, 20 September 2012.)  

 

Komentar

Foto Berita Sastra Nusantara

Kalimantan kian giat dan bergairah

Kalimantan saya perhatikan semakin bergeliat penuh gairah. Semoga selalu dan terus meningkat. Ditunggu kunjungannya di tulisan saya.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler