Skip to Content

Kritik Sastra cerpen Rumah yang Terbakar karya Kunto Wijoyo

Foto Laila Lova

Laila Lova

 

Menulis kritik sastra

 

 

CERPEN RUMAH YANG TERBAKAR

Oleh Kuntowijoyo

 “Hati yang Buta”

 

Buah karya Kuntowijoyo yang berjudul rumah yang terbakar ini, patut untuk dianalisis lebih lanjut. Saya berpendapat seperti itu banyak pesan moral dan sesuatu yang disuguhkan Kuntowijoyo dalam tulisannya ini. Baik yang dapat kita lihat secara langsung maupun yang tersirat. Pesan itu disampaikan melalui tokohnya, alurnya, latarnya sehingga membuat karangan ini seolah hidup. Tidak hanya soal kepercayaan, jati diri, tetapi juga mengenai kondisi pola pikir masyarakat indonesia. Semakin hari semakin bobrok ulah pemudanya yang mudah terbawa arus.

Kita analisis karya ini mulai dari:

  1. TOKOH
  2. Jokaryo atau Zakaria

Tokoh ini di hadirkan penulis tentu memiliki maksud tersendiri. Dari segi penamaan pun kita dapat menilik bahwa Kuntowijoyo merupakan seorang muslim. Jokaryo (Zakaria) merupakan salah seorang nabiyullah yang di utus mengembangkan ajaran Allah di muka bumi. Sedangkan disini Kuntowijoyo mereka ulang dengan memberikan nama zakaria pada tokohnya yang ingin membangun surau.

Kita tau dahulu utusan Allah mendapat hambatan untuk menyebarkan ajaranNya. Di sini Jokaryo juga mengalami hal yang sama. Setiap ia membangun surau ada saja hal yang tidak di iginkan terjadi. Namun, pada akhirnya ia mengalah dan membangun surau di tengah hutan.

  1. Bu Kasno

Tokoh wanita di hadirkan dalam cerpen ini juga memiliki fungsi tersendiri. Wanita merupakan makhluk yang lemah dan mudah tergoda apalagi dengan harta. Di sini Kuntowijiyo memberikan isyarat bahwa setiap manusia harus berhati-hati.

            Selain itu, Bu Kasno seolah-olah menjadi penyelamat. Dapat kita bandingkan dengan tingkah laku para penjajah yang datang ke negara kita dahulu. Kehadirannya di sambut dengan antusias dan penerimaan yang baik namun, berujung pada penghianatan. Menjadikan indonesia sebagai jajahan. Ada pesan penting di sini.

  1. Ustadz Yulianto Ismail

Merupakan tokoh yang menjadi penyelesaian masalah dalam cerpen ini. Namun, tidak sesederhana itu. Meskipun ia seorang yang beragama tidak mustahil ia melakukan kesalahan. Kuntowijoyo memilih seorang ustad yang melakukan pembakaran barang tentu tidak asal-asalan saja. Menurut saya, memosisikan ustad Yulianto sebagai pelaku sangat bijak. Kita tahu seorang yang kita anggap baik dan tauladan tidak mustahil juga melakukan kesalahan. Dari sini dapat kita ambil pelajaran bahwa kesalahan tidak hanya dilakukan oleh orang yang jahat saja namun, beberapa kesempatan ustadz pun dapat bersalah.

Bertujuan menghentikan kemaksiatan, tidak sengaja sang ustadz juga telah mencabut dua nyawa yanng juga melanggar ketentuan Ilahi. Apa ini benar atau salah? Si Bu Kasno telah kehilangan semuanya akibat tindakannya yang tak patut.

  1. ALUR

Alur cerpen ini merupakan alur maju. Terbukti dengan penjelasan secara kronologis tahap demi tahap peristiwa yang dialami masyarakat dusun. Mulai dari pertentangan yang terjadi antar desa, meninggalnya orang yang membangun surau, setelah beberapa tahun surau itu tak di hunyi sehingga hadir Bu Kasno dengan menghasilkan harta yang banyak sampai surau itu di bakar oleh seorang ustadz. Yang memiliki ending tak tertebak sebelumnya.

  1. LATAR

Mengenai latar Kuntowijoyo memilih daerah yang masih jauh dari kemajuan. Namun, ada juga sesuatu yang hendak dikatakan Kuntowijoyo bahwa tempat yang masih jauh dari perkotaan sekarang ini telah ternodai dengan situasi yang digambarkan dalam cerpen ini.

Hutan yang biasanya sunyi bisa menjadi tempat yang digandrungi. Meski beberapa orang tidak sepakat dengan aktivitas yang tak sesuai ajaran agama namun, lebih banyak yang menikmati fasilitas yang menggiurkan ini.

Rumah yang terbakar ini merupakan sebuah surau yang telah mati ulamanya. Merupakan tempat maksiat yang di kelola wanita yang menggilai harta. Kuntowijoyo mengisyaratkan jika seseorang tidak memiliki pewaris maka apa yang ia miliki akan bisa jatuh pada tangan yang salah dan berujung pada kerusakan.

 

 

  1. TEMA

 Hati yang Buta menjadi tema yang menurut saya sesuai dengan cerpen Kuntowijoyo karna beberapa alasan. Alasan pertama, cerpen ini menggambarkan sebuah surau yang beralih fungsi menjadi tempat yang hina (tempat pelacuran). Kedua, surau merupakan pusat masyarakat desa beribadah. Ketika ia telah beralih fungsi seperti itu, akan jadi apa masyarakat desa itu. Yang ketiga, rumah yang terbakar membawa serta pelaku ketidak sesuaian dengan ajaran agama.

Dari tiga alasan tersebut saya berkesimpulan, rumah itu adalah hati. masyarakat adalah anggota tubuh, ketika hati telah menjadi tempat bersarangnya dosa ia akan buta. Masyarakat (anggota tubuh) yang akan bergerak sesuai perintah hati tidak akan lagi menengok kepada yang benar lagi. Tidak tertutup kemungkinan kecelakaan yang akan menjadi akhirnya. Kebakaran itu adalah hukuman yang diperoleh oleh kelakuan anggota tubuh yang diperintah oleh hati yan buta.

 

  1. BAHASA
    1. Penggunaan bahasa Jawa

Mengisyaratkan bahwa pengarang merupakan orang jawa. Biasanya penulis seing menyelipkan bahasa daerahnya dalam karangannya seperti Hamka yang juga sering menyelipkan bahasa minang dalam tulisannya.

  1. Bahasa Indonesia

Jelas sekali Kuntowijoyo telah memakai bahasa indonesia yang baik. Dari cara menggabungkan kata menjadi kalimat yang memiliki makna yang mudah dipahami.

  1. SUDUT PANDANG

Orang ketiga serba tahu. Saya berpendapat bahwa pengarang (orang ke-tiga) mengetahui segala yang terjadi. Dengan bukti pengarang menceritakan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh. Mulai dari pengenalan, konflik, sampai klimaks.

  1. AMANAT

Ada banyak hal yang disampaikan Kuntowijoyo dalam cerpen ini.

Tentang kebobrokan akhlak, kepicikan, pola pikir yang membuat orang mudah saja bertindak tanpa berfikir ulang, lupa bahwa kehidupan tidak di dunia ini saja.

Yang paling penting menurut saya, Kuntowijoyo mengingatkan kita bahwa ketika sekeping daging itu telah baik maka akan baik keseluruhannya. Namun, bila daging (hati) itu busuk atau kotor yang akan terjadi tidak lain adalah kehancuran karna yang menjadi raja di tubuh kita itu adalah hati.

Saya juga menilik maksud Kuntowijoyo mengkritik masyarakat indonesia dengan tulisannya ini. Bahwa indonesia mudah saja terbawa arus. Indonesia khususnya masyarakatnya harus benar-benar fokus untuk menyiapkan generasnya ke depan. Jika Jokaryo tak memiliki penerus maka negara ini akan dikuasai oleh Bu Kasno. Di ujungnya negara ini akan terbakar sama halnya dengan rumah yang dibangun Jokaryo dahulu.

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler