Skip to Content

Mengenal Akhmad Zailani dan Puisi Puisinya

Foto adella azizah
files/user/6204/Akhmad_zailani.jpg
Akhmad Zailani
MENGENAL AKHMAD ZAILANI & PUISI PUISINYA
oleh : Korrie Layun Rampan
=====================================
SEKALIPUN kurang dikenal, sastrawan asal Kalimantan Timur ini juga memiliki karya puisi dan cerpen, yang tak kalah dengan penyair dan penggarang senior lainnya. Puisi puisinya kerap kritis, menusuk tajam ke pemerintah, namun di bagian lain, puisi ketuhanannya juga tak kalah bagus dengan puisi puisi sastrawan Indonesia lainnya. Aktifis wartawan ini lebih banyak mengirimkan karyanya ke media media cetak ke daerah yang dekat dengan daerahnya, yaitu Sabah, Sarawak, Malaysia. Bersama dengan sastrawan Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Thailand yang terhimpun dalam penyair serumpun Borneo, dia mempelopori “Dialog sastra Borneo” (Indonesia, Malaysia dan Brunai Darussalam). Sudah ada 2 buku, yang dibuat perhimpunan sastrawan Borneo plus ini. Yaitu Kitab puisi Suara 5 Negara (Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, Thailand) dan antologi cerpen pilihan terbaik 2012, Aminah Sjoekoer di Atas Kapal Nederland.

Siapa Akhmad Zailani?

 Akhmad Zailani dilahirkan di Samarinda Kalimantan Timur, 24 Pebruari 1969. alumnus Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda. Menulis sejak sekolah dasar. Puisi dan ceritanya pertama kali dimuat di majalah anak Bobo dan Kuncung. Ketika remaja, cerpennya pernah dimuat di majalah Anita Cemerlang, Aneka dan Hai.

Sambil kuliah sempat bekerja sebagai wartawan majalah FAKTA Surabaya. Sempat berpindah-pindah sebagai wartawan hingga sempat menjadi redaktur pelaksana Surat Kabar Harian (SKH) daerah. Di antaranya SKH Suara Kaltim, SKH Poskota Kaltim, SKH Kaltim Times dan SKH Matahari Kaltim. Hingga akhir tahun 2001, mengelola media sendiri yang bernama tabloid Habar Samarinda Baru. Tabloid Habar Samarinda adalah Koran yang sebelumnya dikelola bagian Humas Pemerintah Kota Samarinda (Pemkot) sejak tahun 1970-an. Bekerja sama dengan Humas Pemkot Samarinda, tabloid Habar Samarinda Baru terbit hingga tahun 2010. Wartawan senior Kaltim H Oemar Dachlan sempat membantu menyumbangkan artikel untuk media ini. Selain Habar Samarinda Baru, dia juga sempat membuat majalah Metro, yang terbit bulanan dan hanya sempat bertahan 5 tahun. Tabloid Info, kerjasama dengan Dinas pendapatan Daerah Kota Samarinda. Tabloid lainnya, yaitu tabloid kegamaan Qalam dan tabloid Qolbu dan banyak media cetak lainnya. Di majalah dan tabloid yang didirikannya, Akhmad Zailani merangkap jabatan Pimpinan Umum dan Pimpinan redaksi. Selain aktif dengan koran sendiri, juga sempat membantu menerbitkan lahirnya Koran Sentawar Post (Koran Kabupaten Kutai Barat) yang didirikan Korrie Layun Rampan (alm), yang saat edisi awalnya dicetak di percetakan Suara Kaltim.
Selain menulis berita, artikel, juga sempat menulis cerita bersambung di SKH Suara Kaltim. Di antaranya, Opera Pak Karto (1997), Ah (1997) dan Dinasti Su Hat Su (1998), cerita silat politik, dengan latar belakang pemerintahan Presiden Soeharto, saat runtuthnya era orde baru.
Puisinya selain dimuat di Koran harian daerah Kalimantan, juga dimuat di SKH Utusan Borneo, Sabah Malaysia. Puisi-puisinya di antaranya dimuat dalam buku antologi puisi penyair 5 negara Sinar Sidiq yang diterbitkan sempena Mahrajan Persuratan dan Kesenian Islam Nusantara 2012 di Membakut Sabah pada 8-11 Februari 2012, Kepada Sahabat (antologi puisi Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, yang diterbitkan Dewan Bahasa dan Pustaka Cawangan Sabah), kitab puisi Suara 5 Negara (prakata Korrie Layun Rampan), antologi puisi Negeri Sembilan Matahari (Sastra Welang Pustaka, Bali 2013) dan Langit Terbakar Saat Anak-anak Itu Lapar (Sastra Welang Pustaka, Bali 2013) .
Cerpennya dijadikan judul buku 22 Cerpen Borneo Pilihan 2012; Aminah Sjoekoer di atas Kapal Nederland (Metro, 2012) bersama pengarang Malaysia dan Brunei Darussalam. Cerpen direktur LSM Lembaga Informasi Kerakyatan (LINK) ini bisa dibaca di buku;Kalimantan Timur dalam Cerpen Indonesia (editor Korrie Layun Rampan, ), antologi cerpen jurnalis Kaltim, Para Lelaki (Sultan Pustaka, 2010 ), antologi cerpen Semangkuk Nasi dan Presiden (Sastra Welang Pustaka, Bali 2013).
Selain buku sastra, juga menulis buku lainnya sejarah, politik dan lainnya, di antaranya Wajah Parlemen Samarinda (diterbitkan oleh DPRD Samarinda, 2006), Catatan Kecil Tentang Kerja Besar Achmad Amins membenahi Samarinda (Pemkot Samarinda, 2005, Melawan Banjir di Kota Air (Pemkot Samarinda) dan buku-buku lainnya.
Lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Kepedulian Kota (Forkkot) Kalimantan Timur ini pernah memiliki prestasi. Di antaranya mendapat penghargaan dari Perpustakaan Kalimantan Timur, sebagi Juara pertama dalam lomba menulis resensi buku memperingati Indonesia merdeka (1995), Juara Pertama lomba menulis cerpen daerah, yang diselenggarakan Dharma Wanita Kaltim (1996), Juara ke 2 lomba tulisan popular tentang lingkungan hidup, yang diselenggarakan VICO (1995), juara ke 2 lomba menulis puisi lingkungan hidup yang diselenggarakan AMPI Kaltim (1996), juara pertama lomba karya ilmiah yang diselenggarakan BKKBN Kabupaten Kutai (1995).
Puisi puisi Akhmad Zailani di antaranya, yaitu :

 

SEPERTI ANJING ANJING LIAR TERPERANGKAP 

oleh : Akhmad Zailani

tak ada yang berbeda dari kita

kadang seperti  anjing anjing liar yang terperangkap

di dalam penampungan dan dikurung dalam kandang

tak bisa keluar dan terus menggonggong

kadang juga seperti ikan ikan yang berenang ke sana kemari

dikurung dalam akuarium dan berdoa

semoga ditempatkan di  lautan yang luas

 

kita kurang lebih sama saja

tanah hidup yang kerap menyimpan  anjing anjing

yang menggonggong di mulut busuk

yang terbiasa memelihara kerbau kerbau di kepala kita

rajin memberi makan ular ular

yang mendesis desis dari kedua telinga

merawat tikus tikus di dalam kedua lubang hidung

dan  melahirkan mereka melalui dubur

 

anjing anjing

ular ular

atau tikus tikus

sama memiliki cinta

berbeda cara mengungkapkan

anjing anjing

ular ular

tikus tikus

sama membunuh

tapi berbeda  tujuan

 

tak ada yang berbeda dan sama saja

tidak menggunakan otak

untuk memikirkan-Nya

tidak  menggunakan hati

untuk mencintai-Nya

atau tak menggunakan tangan untuk meraba-Nya

dan kaki kaki tak melangkah di jalan-Nya

 

tak ada yang berbeda dan sama saja

bila cara mengungkapkan dan tujuan

hidup seperti binatang

bahkan terperangkap di dalam kandang

seperti anjing ajing liar

yang mencari jalan keluar

 

AWAN YANG MEMBENTUK GELOMBANG BABI

 

awan awan bergerak gerak

disetubuhi angin

membentuk adegan per adegan

cerita tentang drama istana

sekalian sandiwara gedung perwakilan

yang membentuk gelombang babi

 

kau awan sekaligus babi babi itu

kau memakan kotoran  sendiri

bangkai kursi kedua hampir habis

dijilati dan dilahap

tapi tak ada yang berubah juga

ya, janji tergeletak di tanah

dan dijilat jilat kembali

 

lalu aku mau apa?

lalu aku bisa apa?

aku tetap saja dijadikan biduk kecil

yang dipermainkan gelombang besar

aku biduk dan kau gelombang

dan aku tenggelam kau tertawa

kau tiada henti menjadi gelombang babi

yang dibentuk dari awan awan

dan terus  saja memakan kotoran  sendiri

 

 

BABI YANG BERKELIARAN DALAM DIRIMU

I

Kau tak hanya memelihara babi di banyak bagian kandang dalam dirimu
tapi kau telah menjadi babi itu sendiri

dan yang aku takutkan adalah kelak kau akan melahirkan babi dari otak melalui pikiranmu. dari mulut melalui perkataanmu. dari telinga melalui melalui pendengaranmu. dari mata melalui penglihatanmu

Setelah babi babi itu kau lahirkan akan semakin banyak lah babi babi yang berkeliaran.
Itu yang aku takutkan.

II

bayi babi yang dilahirkan dari mulut, mata, telinga, hidung sudah berkeliaran di berbagai tempat.
tidak menunggu besar masuk melalui pikiran dan kemudian dilahirkan kembali melalui mulut, mata, telinga, hidung.

babi babi terus berkembang biak tak hanya memakan kotorannya sendiri, tapi juga memakan sel sel otak.
babi juga memakan suara, memakan penglihatan, memakan pendengaran, memakan penciuman
semua sudah dimakan babi
termasuk dirinya
tapi babi babi belum mati juga.

III

kau bertanya, “apakah babi babi itu juga sudah memasuki eksekutif, legislatif yudikatif dan lembaga lembaga lain?”

aku tak menjawab, karena aku tak ingin kau ikut menjadi babi

aku tahu pertanyaanmu hanya untuk menyakinkan saja
babi memang sudah berkeliaraan di mana mana
termasuk di dalam dirimu
dan aku tak ingin mengatakannya kepadamu.

TENTANG DAUN DAUN YANG MERINDUKAN HUJAN

oleh Akhmad Zailani

Daun daun merindukan hujan
bukan berarti membenci kemarau
daun daun rindu dengan jari jemari hujan yang menyentuh dan mengajaknya menari

“kemana hujan, kok lama tak datang. tidak lah mungkin hujan merajuk, hujan tak seperti itu. atau awankah yang merajuk sehingga angin mengusir jauh jauh,” daun daun sedih.

daun daun sudah hampir mati rindu tapi hujan kok belum datang datang juga

“kemana hujan, kemana hujan?,” daun daun berteriak teriak

bila kali ini hujan datang, daun daun tak ingin sekedar menari. daun daun ingin mendekap lama lama sambil melepas pelan pelan tangan jari jemari hujan
bila kali hujan datang, daun daun ingin lebih banyak mendengar cerita dari hujan tentang cerita langit

tapi kok hujan lama sekali datang?
daun daun sudah mati rindu

 

AKU INGIN MENGAJAK KAU KE HUTAN

Puisi : Akhmad Zailani

I

Aku ingin mengajak kau ke hutan. Berkelana menulis puisi yang indah. Puisi tentang hutan. Mumpung belum punah. Sekalipun keindahannya hanya sedikit. Tentang  pohon pohon yang kita lihat di sepanjang langkah. Jangan takut ada harimau, ular, beruang atau binatang buas lainnya. Ada aku. Aku bisa menjadi lebih dari harimau untuk membunuh harimau atau aku bisa lebih menjadi ular dan beruang untuk membantai ular dan beruang. Untuk mengusir rasa takut kau. Tapi tentu saja, binatang binatang itu sudah  tak ada lagi. Orang orang telah memelihara di dalam diri. Ya, aku berharap di dalam hati.  Bila aku dan kau beruntung; kita akan mendapati kupu kupu yang terbang , mungkin akan ada bunga anggrek hutan, yang tumbuh liar di antara pohon pohon besar,  yang aku pun tak tahu namanya,  lalu kau berteriak girang ; “ oh indahnya”.

II

Seorang kenalan menawarkan kelezatan hutannya.  Mungkin dia bercanda. Mungkin masih hutan. Tapi aku kurang terpikat, dan berpikir;  hutan dia, hutan ku dan hutan kau, tidak berbeda jauh. Sudah dijamah.  Aku dan kau memang bisa saja mencari hutan di daerah lain, berkelana untuk menulis puisi. Mencari kupu kupu dan inspirasi pun muncul berterbangan ke luar lewat telinga, mata dan mulut.  Tapi cukup lah sementara hutan  yang ada di pikiran ku saja. Atau hutan di kepala kau saja, yang belum dijamah.  Tapi tidak menutup kemungkinan, bisa saja kita diam diam sambil mengendap ngendap menengok hutan kenalan itu, lalu merasakan aromanya. Seperti menghirup secangkir kopi nikmat di hari dingin dan  kita rasakan perbedaannya ; “oh lezatnya”

III

Hutan perlu buru buru diubah menjadi puisi, karena mimpi mimpi dari tidur aku dan kau tentang hutan telah habis dimakan babi babi, yang berdatangan dari jauh. Hutan perlu segera diberi sayap, agar segera terbang bersama kupu kupu, dan tidak merasa kesepian. Karena kupu kupu bukan sepenuhnya asesoris hutan.  Bila suatu ketika aku dan kau beruntung, akan ketemu kupu kupu yang terbang bersama hutan hutan secara terpisah.  Bila hutan sudah beterbangan,  babi babi hanya bisa memakan kotoran sendiri secara berulang ulang, tiada habis.  Hutan hutan berterbangan, bersama kupu kupu, lalu ada bunga anggrek yang menuliskan  harapan di  pohon pohon besar, dan kau pun terkagum kagum melihatnya;” oh mari buru buru kita lukis kenangan”

 

IV.

Tapi terlambat. Aku dan kau gagal membungkam waktu. Babi babi tak bisa ditahan, terus berdatangan seperti hantu.  Mungkin berkendaraan angin. Tidak tampak, namun terus mencukur hutan hingga botak. Kau pun menangis sejadi jadinya. Hutan hutan beberapa di antaranya tak sempat diterbangkan. Hutan hutan yang tak sempat diberi sayap, lenyap dimakan babi babi hingga tak bersisa.  Bukan sekedar mati. Bahkan hingga ke dalam jantung hati. Tersisa galian lubang lubang besar  seperti mulut raksasa. Air mata kau menetes, tertampung di dalam lubang yang telah memakan anak anak pewaris mimpi mimpi aku dan kau.  Lalu dari lubang lubang berlarian babi babi. Kau pun makin menangis sejadi jadinya. “ Oh …”

CERMIN BERDEBU

::kepada Akhmad Zailani

oleh : Akhmad Zailani

Akhmad,

masih saja kau seperti itu ; hilir mudik ke hulu ke hilir. kau seperti terburu-buru, mengejar sesuatu dengan kepala penuh batu. kau selalu memohon-mohon  sorga kepada Tuhan . tapi kau takut mati dan tidak takut sama Tuhan. kau berharap didoakan ; semoga kau tenang di sorga-Nya? sementara kau enggan  mati dan masih saja sibuk hilir mudik ke hulu dan ke hilir

 

Akhmad,

kau takut pada Tuhan? tapi kenapa bersujud hanya sesekali? kenapa kau tidak mematuhi perintah-Nya. aku tidak mencampuri urusan kau dengan Tuhan atau urusan kau dengan ciptaan-Nya yang lain. aku tak bilang kau sungguh rakus; mau sorga di bumi mau pula sorga di akhirat. aku hanya mengingatkan kau untuk merenung diri.

 

Akhmad,

aku tahu,  kau pasti akan beralasan begini; “Tuhan itu Maha Pemaaf, dan  nanti juga semua akan dimasukkan ke sorga”. begitu mudahnya. apa sebenarnya yang kau cari? sorga di bumi, dengan harta yang banyak sekali. atau wanita yang cantik sekali  agar nafsu bisa terpuaskan. atau kekuasaan yang banyak sekali  agar kau dihormati dan disembah-sembah seperti Tuhan? bila itu yang kau inginkan,  sungguh kasihan. ternyata kau tak merasa memiliki apa-apa. memiliki Tuhan sekalipun.

 

MAAF, TUHAN TAK SIBUK

oleh : Akhmad Zailani

Maaf,

jangan kau menuduh Tuhan sedang sibuk

memuntahkan  air mata hujan

atau

melipat selimut  malam dan menyalakan bulan

atau

menimbul tenggelamkan matahari

atau

melukis  awan awan, gunung gunung, laut laut,  angin angin

semua sudah bergerak sendiri

Tuhan tentu tak sibuk

dengan hidup mati

 

 

kau lah yang sibuk

dengan urusan kau sendiri

Sajak Ramadan

Puisi : Akhmad Zailani

 

Aku kotor dan hidangan ramadan-Mu tersaji

ketika pintu pintu rahmat dibuka dan pintu pintu neraka ditutup

terimalah puasa mataku agar baik melihat Mata-MU

terimalah puasa telingaku agar baik mendengar Suara-MU

terimalah puasa hidungku agar baik mencium Wangi-MU

terimalah puasa mulutku agar baik menyebut  Nama-Mu

terimalah puasa tanganku agar baik menyambut Hadir-Mu

terimalah puasa kakiku agar baik melangkah di Jalan-MU

terimalah puasa  pikiranku agar baik selalu mengingat Diri-Mu

terimalah puasa kelaminku agar baik merasakan Nikmat-Mu

terimalah puasa hatiku agar baik merasakan Cinta-Mu

terimalah puasa semua yang ada di diriku agar bisa mendekap erat Diri-Mu

 

Aku kotor dan hidangan ramadan-MU tersaji

ketika pintu pintu rahmat dibuka dan pintu pintu neraka ditutup

berkahi mataku lewat puasaku

berkahi telingaku lewat puasaku

berkahi hidungku lewat puasaku

berkahi mulutku lewat puasaku

berkahi tanganku lewat puasaku

berkahi kakiku lewat puasaku

berkahi pikiranku lewat puasaku

berkahi kelaminku lewat puasaku

berkahi hatiku lewat puasaku

dan berkahi semua yang ada didiriku

 

memang tidaklah bersih sempurna dan suci sempurna

mohon pelukkan diriku

bawalah ke Ramadan-Mu lagi,

untuk kembali mandi dengan air ramadan-Mu

agar sejuklah diri dan hatiku

untuk siap bertemu dengan diri-MU

 

 

Samarinda, 13 Ramadan 1437/18 Juni 2016

Puasa Puisi

Puisi : Akhmad Zailani

puasa  puisi

ada yang makan nasi

tampak kaki di siang yang basi

mengaku puasa sama  mami papi

tak tahunya makan sembunyi sembunyi

di warung  yang sepi

 

ini bulan suci

jaga hati

jangan biarkan hati berdaki

buang sifat  iri dengki

atau masukan dalam laci

dikunci rapi

 

Ini bulan suci

jangan persulit  birokrasi

mulut  penuh tahi

karena caci maki

wajah penuh tahi

karena senyum telah mati

ini saatnya berhenti

untuk merehabilitasi diri

 

 

puasa  puisi

ini bulan suci

jangan tidak tahu diri

perbanyak berbagi

jangan makan sendiri

saatnya mulai berhenti

untuk tidak lagi korupsi

 

 

Samarinda, 13 Ramadan 1437/18 Juni 2016

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler