Siapa Akhmad Zailani?
Akhmad Zailani dilahirkan di Samarinda Kalimantan Timur, 24 Pebruari 1969. alumnus Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda. Menulis sejak sekolah dasar. Puisi dan ceritanya pertama kali dimuat di majalah anak Bobo dan Kuncung. Ketika remaja, cerpennya pernah dimuat di majalah Anita Cemerlang, Aneka dan Hai.
SEPERTI ANJING ANJING LIAR TERPERANGKAP
oleh : Akhmad Zailani
tak ada yang berbeda dari kita
kadang seperti anjing anjing liar yang terperangkap
di dalam penampungan dan dikurung dalam kandang
tak bisa keluar dan terus menggonggong
kadang juga seperti ikan ikan yang berenang ke sana kemari
dikurung dalam akuarium dan berdoa
semoga ditempatkan di lautan yang luas
kita kurang lebih sama saja
tanah hidup yang kerap menyimpan anjing anjing
yang menggonggong di mulut busuk
yang terbiasa memelihara kerbau kerbau di kepala kita
rajin memberi makan ular ular
yang mendesis desis dari kedua telinga
merawat tikus tikus di dalam kedua lubang hidung
dan melahirkan mereka melalui dubur
anjing anjing
ular ular
atau tikus tikus
sama memiliki cinta
berbeda cara mengungkapkan
anjing anjing
ular ular
tikus tikus
sama membunuh
tapi berbeda tujuan
tak ada yang berbeda dan sama saja
tidak menggunakan otak
untuk memikirkan-Nya
tidak menggunakan hati
untuk mencintai-Nya
atau tak menggunakan tangan untuk meraba-Nya
dan kaki kaki tak melangkah di jalan-Nya
tak ada yang berbeda dan sama saja
bila cara mengungkapkan dan tujuan
hidup seperti binatang
bahkan terperangkap di dalam kandang
seperti anjing ajing liar
yang mencari jalan keluar
AWAN YANG MEMBENTUK GELOMBANG BABI
awan awan bergerak gerak
disetubuhi angin
membentuk adegan per adegan
cerita tentang drama istana
sekalian sandiwara gedung perwakilan
yang membentuk gelombang babi
kau awan sekaligus babi babi itu
kau memakan kotoran sendiri
bangkai kursi kedua hampir habis
dijilati dan dilahap
tapi tak ada yang berubah juga
ya, janji tergeletak di tanah
dan dijilat jilat kembali
lalu aku mau apa?
lalu aku bisa apa?
aku tetap saja dijadikan biduk kecil
yang dipermainkan gelombang besar
aku biduk dan kau gelombang
dan aku tenggelam kau tertawa
kau tiada henti menjadi gelombang babi
yang dibentuk dari awan awan
dan terus saja memakan kotoran sendiri
BABI YANG BERKELIARAN DALAM DIRIMU
I
Kau tak hanya memelihara babi di banyak bagian kandang dalam dirimu
tapi kau telah menjadi babi itu sendiri
dan yang aku takutkan adalah kelak kau akan melahirkan babi dari otak melalui pikiranmu. dari mulut melalui perkataanmu. dari telinga melalui melalui pendengaranmu. dari mata melalui penglihatanmu
Setelah babi babi itu kau lahirkan akan semakin banyak lah babi babi yang berkeliaran.
Itu yang aku takutkan.
II
bayi babi yang dilahirkan dari mulut, mata, telinga, hidung sudah berkeliaran di berbagai tempat.
tidak menunggu besar masuk melalui pikiran dan kemudian dilahirkan kembali melalui mulut, mata, telinga, hidung.
babi babi terus berkembang biak tak hanya memakan kotorannya sendiri, tapi juga memakan sel sel otak.
babi juga memakan suara, memakan penglihatan, memakan pendengaran, memakan penciuman
semua sudah dimakan babi
termasuk dirinya
tapi babi babi belum mati juga.
III
kau bertanya, “apakah babi babi itu juga sudah memasuki eksekutif, legislatif yudikatif dan lembaga lembaga lain?”
aku tak menjawab, karena aku tak ingin kau ikut menjadi babi
aku tahu pertanyaanmu hanya untuk menyakinkan saja
babi memang sudah berkeliaraan di mana mana
termasuk di dalam dirimu
dan aku tak ingin mengatakannya kepadamu.
TENTANG DAUN DAUN YANG MERINDUKAN HUJAN
oleh Akhmad Zailani
Daun daun merindukan hujan
bukan berarti membenci kemarau
daun daun rindu dengan jari jemari hujan yang menyentuh dan mengajaknya menari
“kemana hujan, kok lama tak datang. tidak lah mungkin hujan merajuk, hujan tak seperti itu. atau awankah yang merajuk sehingga angin mengusir jauh jauh,” daun daun sedih.
daun daun sudah hampir mati rindu tapi hujan kok belum datang datang juga
“kemana hujan, kemana hujan?,” daun daun berteriak teriak
bila kali ini hujan datang, daun daun tak ingin sekedar menari. daun daun ingin mendekap lama lama sambil melepas pelan pelan tangan jari jemari hujan
bila kali hujan datang, daun daun ingin lebih banyak mendengar cerita dari hujan tentang cerita langit
tapi kok hujan lama sekali datang?
daun daun sudah mati rindu
AKU INGIN MENGAJAK KAU KE HUTAN
Puisi : Akhmad Zailani
I
Aku ingin mengajak kau ke hutan. Berkelana menulis puisi yang indah. Puisi tentang hutan. Mumpung belum punah. Sekalipun keindahannya hanya sedikit. Tentang pohon pohon yang kita lihat di sepanjang langkah. Jangan takut ada harimau, ular, beruang atau binatang buas lainnya. Ada aku. Aku bisa menjadi lebih dari harimau untuk membunuh harimau atau aku bisa lebih menjadi ular dan beruang untuk membantai ular dan beruang. Untuk mengusir rasa takut kau. Tapi tentu saja, binatang binatang itu sudah tak ada lagi. Orang orang telah memelihara di dalam diri. Ya, aku berharap di dalam hati. Bila aku dan kau beruntung; kita akan mendapati kupu kupu yang terbang , mungkin akan ada bunga anggrek hutan, yang tumbuh liar di antara pohon pohon besar, yang aku pun tak tahu namanya, lalu kau berteriak girang ; “ oh indahnya”.
II
Seorang kenalan menawarkan kelezatan hutannya. Mungkin dia bercanda. Mungkin masih hutan. Tapi aku kurang terpikat, dan berpikir; hutan dia, hutan ku dan hutan kau, tidak berbeda jauh. Sudah dijamah. Aku dan kau memang bisa saja mencari hutan di daerah lain, berkelana untuk menulis puisi. Mencari kupu kupu dan inspirasi pun muncul berterbangan ke luar lewat telinga, mata dan mulut. Tapi cukup lah sementara hutan yang ada di pikiran ku saja. Atau hutan di kepala kau saja, yang belum dijamah. Tapi tidak menutup kemungkinan, bisa saja kita diam diam sambil mengendap ngendap menengok hutan kenalan itu, lalu merasakan aromanya. Seperti menghirup secangkir kopi nikmat di hari dingin dan kita rasakan perbedaannya ; “oh lezatnya”
III
Hutan perlu buru buru diubah menjadi puisi, karena mimpi mimpi dari tidur aku dan kau tentang hutan telah habis dimakan babi babi, yang berdatangan dari jauh. Hutan perlu segera diberi sayap, agar segera terbang bersama kupu kupu, dan tidak merasa kesepian. Karena kupu kupu bukan sepenuhnya asesoris hutan. Bila suatu ketika aku dan kau beruntung, akan ketemu kupu kupu yang terbang bersama hutan hutan secara terpisah. Bila hutan sudah beterbangan, babi babi hanya bisa memakan kotoran sendiri secara berulang ulang, tiada habis. Hutan hutan berterbangan, bersama kupu kupu, lalu ada bunga anggrek yang menuliskan harapan di pohon pohon besar, dan kau pun terkagum kagum melihatnya;” oh mari buru buru kita lukis kenangan”
IV.
Tapi terlambat. Aku dan kau gagal membungkam waktu. Babi babi tak bisa ditahan, terus berdatangan seperti hantu. Mungkin berkendaraan angin. Tidak tampak, namun terus mencukur hutan hingga botak. Kau pun menangis sejadi jadinya. Hutan hutan beberapa di antaranya tak sempat diterbangkan. Hutan hutan yang tak sempat diberi sayap, lenyap dimakan babi babi hingga tak bersisa. Bukan sekedar mati. Bahkan hingga ke dalam jantung hati. Tersisa galian lubang lubang besar seperti mulut raksasa. Air mata kau menetes, tertampung di dalam lubang yang telah memakan anak anak pewaris mimpi mimpi aku dan kau. Lalu dari lubang lubang berlarian babi babi. Kau pun makin menangis sejadi jadinya. “ Oh …”
CERMIN BERDEBU
::kepada Akhmad Zailani
oleh : Akhmad Zailani
Akhmad,
masih saja kau seperti itu ; hilir mudik ke hulu ke hilir. kau seperti terburu-buru, mengejar sesuatu dengan kepala penuh batu. kau selalu memohon-mohon sorga kepada Tuhan . tapi kau takut mati dan tidak takut sama Tuhan. kau berharap didoakan ; semoga kau tenang di sorga-Nya? sementara kau enggan mati dan masih saja sibuk hilir mudik ke hulu dan ke hilir
Akhmad,
kau takut pada Tuhan? tapi kenapa bersujud hanya sesekali? kenapa kau tidak mematuhi perintah-Nya. aku tidak mencampuri urusan kau dengan Tuhan atau urusan kau dengan ciptaan-Nya yang lain. aku tak bilang kau sungguh rakus; mau sorga di bumi mau pula sorga di akhirat. aku hanya mengingatkan kau untuk merenung diri.
Akhmad,
aku tahu, kau pasti akan beralasan begini; “Tuhan itu Maha Pemaaf, dan nanti juga semua akan dimasukkan ke sorga”. begitu mudahnya. apa sebenarnya yang kau cari? sorga di bumi, dengan harta yang banyak sekali. atau wanita yang cantik sekali agar nafsu bisa terpuaskan. atau kekuasaan yang banyak sekali agar kau dihormati dan disembah-sembah seperti Tuhan? bila itu yang kau inginkan, sungguh kasihan. ternyata kau tak merasa memiliki apa-apa. memiliki Tuhan sekalipun.
MAAF, TUHAN TAK SIBUK
oleh : Akhmad Zailani
Maaf,
jangan kau menuduh Tuhan sedang sibuk
memuntahkan air mata hujan
atau
melipat selimut malam dan menyalakan bulan
atau
menimbul tenggelamkan matahari
atau
melukis awan awan, gunung gunung, laut laut, angin angin
semua sudah bergerak sendiri
Tuhan tentu tak sibuk
dengan hidup mati
kau lah yang sibuk
dengan urusan kau sendiri
Sajak Ramadan
Puisi : Akhmad Zailani
Aku kotor dan hidangan ramadan-Mu tersaji
ketika pintu pintu rahmat dibuka dan pintu pintu neraka ditutup
terimalah puasa mataku agar baik melihat Mata-MU
terimalah puasa telingaku agar baik mendengar Suara-MU
terimalah puasa hidungku agar baik mencium Wangi-MU
terimalah puasa mulutku agar baik menyebut Nama-Mu
terimalah puasa tanganku agar baik menyambut Hadir-Mu
terimalah puasa kakiku agar baik melangkah di Jalan-MU
terimalah puasa pikiranku agar baik selalu mengingat Diri-Mu
terimalah puasa kelaminku agar baik merasakan Nikmat-Mu
terimalah puasa hatiku agar baik merasakan Cinta-Mu
terimalah puasa semua yang ada di diriku agar bisa mendekap erat Diri-Mu
Aku kotor dan hidangan ramadan-MU tersaji
ketika pintu pintu rahmat dibuka dan pintu pintu neraka ditutup
berkahi mataku lewat puasaku
berkahi telingaku lewat puasaku
berkahi hidungku lewat puasaku
berkahi mulutku lewat puasaku
berkahi tanganku lewat puasaku
berkahi kakiku lewat puasaku
berkahi pikiranku lewat puasaku
berkahi kelaminku lewat puasaku
berkahi hatiku lewat puasaku
dan berkahi semua yang ada didiriku
memang tidaklah bersih sempurna dan suci sempurna
mohon pelukkan diriku
bawalah ke Ramadan-Mu lagi,
untuk kembali mandi dengan air ramadan-Mu
agar sejuklah diri dan hatiku
untuk siap bertemu dengan diri-MU
Samarinda, 13 Ramadan 1437/18 Juni 2016
Puasa Puisi
Puisi : Akhmad Zailani
puasa puisi
ada yang makan nasi
tampak kaki di siang yang basi
mengaku puasa sama mami papi
tak tahunya makan sembunyi sembunyi
di warung yang sepi
ini bulan suci
jaga hati
jangan biarkan hati berdaki
buang sifat iri dengki
atau masukan dalam laci
dikunci rapi
Ini bulan suci
jangan persulit birokrasi
mulut penuh tahi
karena caci maki
wajah penuh tahi
karena senyum telah mati
ini saatnya berhenti
untuk merehabilitasi diri
puasa puisi
ini bulan suci
jangan tidak tahu diri
perbanyak berbagi
jangan makan sendiri
saatnya mulai berhenti
untuk tidak lagi korupsi
Samarinda, 13 Ramadan 1437/18 Juni 2016
Komentar
Tulis komentar baru