Skip to Content

teori realisme sosialis

Foto yoga

Realisme sosial adalah salah satu paham/aliran sastra yang cukup kuat mendominasi di Eropa Barat khususnya ketika rezim sosialis menempati posisi kekuasaan. Aliran ini cukup mempunyai konstribusi yang besar terhadap kasanah sastra dunia. Namun hingga kini banyak orang yang kurang suka membicarakannya.Hal ini punya alasan yang cukup kuat mengingat kebanyakan para sastrawan masih banyak yang berpaham netral dan anti partisan terhadap segala macam bentuk kekuasaan. Lebih-lebih ketika realisme sosialis pernah mengalami sejarah buruk ketika berada dalam genggaman kekuasaan Stalin di rusia selama beberapa dekade. Kritik sastra marxis berdasarkan filsafat Marx, khususnya teorinya mengenai materialisme. Menurut marx  susunan masyarakat dalam bidang ekonomi, yang dinamakan bangunan bawah, menentukan kehidupan sosial,politik, intelektual dan kultural bangunan atas. Sejarah di pandangnya sebagai suatu perkembangan terus menerus, daya-daya kekuatan di dalam kenyataan secara progresif  mereka dan ini semua menuju masyarakat yang ideal tanpa kelas. Evolusi yang diharapkan tidak berjalan dengan halus tetapi berjalan tersendat sendat hubungan-hubungan ekonomi menimbulkan berbagai kelas yang saling bermusuhan, ini mengakibatkan pertentangan  kelas yang ahirnya di menangkan oleh kelas tertentu. Dalam teori ekonominya marx menerangkan bagaimana pertentangan antara kaum borjuis dan proletar bisa membawa revolusi yang bisa  menghancurkan sistem kapitalis, kaum proletar  yang jaya akan melaksanakan masyaraka tanpa kelas. Perubahan dalam bangunan bawah  mengakibatkan perubahan dalam bagunan atas. Bagi mark,sastra sama dengan gejala-gejala kebudayaan lainnya mencerminkan hubungan ekonomi, sebuah karya sastra hanya dapat di mengerti kalau itu dikaitkan dengan hubungan-hubungan tersebut. Lenin dapat di pandang sebagai peletak dasar bagi kritik sastra marxis. Ia menulis lebih banyak daripada marxis tentang masalah-masalah teoritis yang berkaitan dengan sastra dan mengembangkan suatu misi yang jelas tentang sastra. Ini di sebabkan karena  ia berpendapat bahwa sastra (dan seni pada umumnya) merupakan suatu sarana penting dalam perjuangan melawan kapitalisme.dari marx, lenin meminjam pandangan “bahwa sastra mencerminkan kenyataan sebagai ungkapan pertentangan kelas”. Tetapi sastra  tidak hanya mencerminkan kenyataan, sastra dapat dan harus turut membangun masyarakat, seperti halnya pendapat jan van luxembrug miekel bal dan wiliam g weststeijn dalam bukunya (pengantar ilmu sastra: 25) yang menyatakan “ sastra hendaknya tidak hanya membuka mata orang bagi kekurangan-kekurangan di dalam tata masyarakat ,tetapi juga menunjukkan jalan keluar”. Dalam sebuah karangan yang di tulis pada tahun 1905 lenin memaparkan apa yang di harapkan dari sastra. Tulisan itu berjudul “organisasi partai dan sastra partai”, dalam karangan tersebut lenin meneropong tulisanya dari sudut pandang jurnalis dan publistik. Dalam karangan itu lenin mengutarakan pengertian mengenai “ikatan partai” yang menerapkan tiga sarat bagi sastra: 1.       Sastra harus mempunyai suatu fungsi sosial. 2.      Sastra harus mengabdi kepada rakyat banyak. 3.      Sastra harus merupakan suatu bagian dalam kegiatanpartai komunis.
Degan demikian sastra di jadikan suatu bagian didalam mekanisme sosial-demokratik, yang di gerakkan oleh gugus depan segenap kelompok ”kelas” kaum pekerja yang sadar akan politik, sebuan unsur organik dan sebuah senjata ampuh di dalam perjuangan sosialisti.
            Selama tahun-tahun pertama semenjak revolusi, pengarang di uni soviet masih agak bebas dalam hal karang mengaraang, partai di sibukkan oleh hal-hal yang lebih penting(keadaan ekonomi yang gawat serta perang saudara), apalagi trostski dan lunattsjarski tidak mentah-mentah menolak gagasan bahwa seorang seniman harus di berikan sekedar kebebasan artistik.namun lambat laut partai makin mengengam dunia kebudayaan, semua meddia masa langsung di awasi oleh partai dan para pengarang dihimpun dalam satu organisasi yang di pimpin oleh partai pula. Pada kongres pertama himpunan pengarang pada tahun 1934diletakkan dasar bagi “realisme sosial” yang sampai sekarang ini melandasi pandangan resmi mengenai kesenian di uni soviet.             Aliran realisme sosialis,sesuai dengan pandangan lenin,mengandaikan adanya suatu hubungan dialektik antara sastra dan kenyataan. Dari satu pihak kenyataan tercermin dalam sastra sehingga sastra di anggap menyajikan suatu tafsiran yang tepat mengenai hubungan-hubungan didalam masyarakat(realisme), di lain pihak sastra juga mempengaruhi kenyataan sehingga mempunyai tugas mendampingi partai komunis dalam perjuangan membagun suatu masyarakat baru yang lebih baik (sosialistik), jan van luxembrug mikel bal dan willem g weststeijin (1982:26) berpendapat “realisme sosialis menuntut dari para pengarang agar melukiskan kenyataan dalam perkembangan revolusionernya, selaras dengan kebenaran dan fakta sejarah. Selain itu pelukisan yang barsifat artistik itu hendaknya di gabungkan dengan tugas mendidik kaum buruh sesuai dengan semangat komunis.


teorinya orang kecil.

Komentar

Foto Sengkuni

seni dan sastra memang

seni dan sastra memang sebagai alat perlawanan dan perjuangan, seperti musik reggae dan blues dari afrika adalah musik perlawanan untuk mencapai kebebasan.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler