Skip to Content

Februari 2015

Arkeologi Beha: Kehidupan Urban yang Rakus

Arkeologi Beha: Kehidupan Urban yang Rakus

fericksahidpersi.blogspot.com - Iseng-iseng membaca naskah monodrama Arkeologi Beha Karya Beny Yohanes karena naskah tersebut menjadi salah satu syarat festival monolog Yayasan Lanjong.

Bumi Cadas

"Bumi Cadas"

Kulihat:
cakar-cakar siang itu
bergegas
memantikkan neraka di pucuk-pucuk pulau.
menghunuskan amarah
ke sekujur hutan-hutan bakau,
hingga sepenjuru dedaun waru!

PAPUA TELANJANG

Lihat disana burung surga bernyanyi
Kembang-kembang hitam jatuh terkulai
Embun berkabut menatap sang mentari
Alam buana merayap sepi...
kerasnya tangisku...
Damaipun berduka

NYANYIAN BANGSAKU

Di kalah matahari mulai sembunyi rupa,
terdengar nyanyian senja,
unggas- unggas hutan,
lentingan suaranya merdu,
membujuk rimbahku tidur,
itulah nyanyian bangsaku.

AIR MATA NEGRI

Musim berlalu tinggalkan kesan
DUkacita melanda air mata menetes
Itulah kehidupan di tanah ini

Memang pedih ku
Sedih yang bisu
Hanya harap kepada pertolongan Tuhan ku

SANG JAWARA

SANG JAWARA

Pontianak, 14 Februari 2014

Oleh Avira

 

Dengan doa dia dipanggil;

BARAGAJUL

BARAGAJUL

Pontianak, 29 Maret 2014

Oleh Avira

 

Kata demi kata yang kau ucapkan;

Hai baragajul!

CATATAN BANJIR KEMARIN

setelah puas berjalan-jalan di ibukota, ia pun pulang ke  samudera

LEGENDA DANAU ASMARA

Secara  etimologi, kata  “waibelen  berasal  dari  dua  kata, yakni  wai yang berarti  air, dan belen yang  berarti  besar. Waibelen  berarti  air  yang  besar  atau  air  yang  luas.

Jangan Datang!

Jangan datang padaku sebagai kekasih,

karena batinku tak hanya damai.

Datanglah padaku,



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler