Hei...Dew..... Embun Berkilau riang Menyongsong hari yang terang dengan sedikit tetesan air hujan aku menunggu hujan terang dengan sabar dan kasih sayang menunggu mu pulang
Kembali rasa pedas itu membikin merah dan menggetarkan kedua matanya. Rasa itu pula yang kemudian menghimpun kesedihannya, lantas butir-butir air—hangat dan berasa garam—menghilir ke pipinya yang letih. Hembus napasnya berderak, dadanya sesak! Macam ada bongkahan bertaring yang kian detak kian membengkak. Oihdah, selalu ada pedih yang tak terkisahkan selain dengan lantak air mata.
Di keluargaku, ada satu jenis sambal yang nyaris tidak pernah absen dari meja makan kami, terutama saat makan pagi. Sambal itu sangat sederhana, baik bahan maupun cara pembuatannya. Beberapa butir cabai hijau, ditambah sepotong kecil bawang putih dengan garam secukupnya, lalu ditetesi minyak goreng panas sisa menggoreng sesuatu.
Untuk yang kesekian kalinya Nyonya Rakusni menanyakan tentang kemajuan studi Agus di Bandung, putra Anisah, ketika Anisah menerima beberapa liter beras untuk jasa mencuci pakaian. Anisah yang kelihatan lebih tua dari usianya itu tampak begitu gelisah.
Lorong itu sangat sunyi. Tidak ada satu pun yang lewat, sore itu. Bahkan tiap sore, sangat jarang yang lewat di lorong sepanjang 700 meter itu. Semua rumah dan gedung di sana membelakangi lorong itu dengan temboknya yang tinggi. Semua seolah tidak mau membuatnya sebagai jalan untuk dilewati.
Komentar Terbaru