Rumah segala penampungan dirimu, menjelma menjadi suasana kota yang kubenci
Di akhir deru musim kemarau
Seperti malam yang terbakar di tengah waktu
Bulan memadatkan cahaya di bibirmu
Menjadi api yang menanggalkan pakaian bintang-bintang
1
Padi-padi bernyanyi di kulitmu,
Tangan pepohonan menari di hembusan nafasmu,
Dan suara siamang menyerukan namaku
Aku ingin menyusuri suaramu
Di lintasan musim yang kusut,
Di tahun-tahun yang ribut,
Di antara jalanan yang semerawut,
Mencintaimu
Pohon-pohon tumbang dari dadaku
Daun-daun rontok menyalakan api
Pagi-pagi sekali. Orang-orang kehilangan diri.
Pada Petang yang meninggalkan bercak-bercak itu
Wajahmu menyerupai ribuan kunang-kunang
Dua bukit kembar yang asing
Menarik kedua bola mataku
Getar-getar kasmaran menidurkan kesadaranku
Kumasuki hasrat musim yang hijau
Ketika kutemui kau untuk kesekian kalinya
Udara semakin panas dan mengeras di perutku
Tak bisa kumaknai arti dari sebuah keberangkatan atau kepulangan
Mengapa harus ada bintang yang jatuh
Segala permohonan beriring pada garis cahayanya yang lurus
Pohon dan rumput mengirim pesan padaku
Komentar Terbaru