--Simpang Lima--
Laki-laki setengah baya,
Terus saja berdiri di bawah tiang,
"Lampu Merah",
Perempatan jalan,
Simpang lima tengah kota,
"Balada 12"
Suatu ketika,
Serigala dan domba asyik bertukar muka,
Berkisah tentang negeri-negeri yang dipenuhi penguasa,
“Fragmen Hujan 3”
Baru saja,
Arloji yang melingkar di pergelangan kirimu menunjukkan kearifan senja,
Gerimis memacu langkahnya menjadi hujan,
“Fragmen Hujan 2”
Ada kalanya,
Hujan,
Yang berkalang di perlintasan,
Membawakan sebidang tanah datar,
Lalu,
“Kunang-Kunang”
Belum lagi kering,
Gundukan tanah dengan dua batang kayu penanda di atasnya,
“Garuda Yaksa”
Apalah artinya kemerdekaan,
Jika kebebasan menanak nasi di rumah sendiri diawasi,
Apalah artinya keberagaman,
“Solitude 2”
Seumpama belati,
Akulah,
Karat pertama di kiri-kananmu yang melahirkan aus hingga tak kelihatan lagi bahwa kamu adalah belati,
“Mantra”
Manuskrip tua,
Di atas meja kayu berngengat itu dibukanya kembali,
“Bejana, Api, dan Perburuan Semalam”
Bejana,
Di dapur rumah-mu,
Komentar Terbaru