tutuplah setiap ujung malammu dengan shalat witir
maka aura hidupmu akan senantiasa berbinar
seperti bintang pagi berbinar dalam kegelapan
manakala senyum kebahagiaan mengembang
bersama lilin-lilin ulangtahunmu
atau mungkin dikau meramu dalam pesta
maka sejenak hela nafasmu
cipta ruang keheningan
aku memang tidak begitu peduli mata-mata menghina
aku memang tidak begitu peduli mulut-mulut mencerca
aku memang tidak begitu peduli tangan-tangan mengadudomba
tetap menjadi misteri
ketika aku masih bersila di atas sajadah
selepas dhuhur di mushalla kantor itu
ada suara mengikutiku
merasuk di jiwaku
Ingatan masa kecil
Waktu berlalu kian jauh
Masa di mana aku bebas
Tak terhitung kenangan yang membekas
Beribu menit berlalu
entah berapa lama benih itu tersimpan di ladang hidupku
karena seringkali aku tak peduli dengan yang terjadi
akupun seringkali tak peduli dengan yang ada di sekelilingku
perjalanan bianglala cinta kian mengkristal
meski kita masih meraba
tentang kesungguhan
ataukah hanya sebatas hiasan
seperti bunga-bunga meja
kucari rembulan malam ini
kusibak mendung dengan tatapan di antara gemuruhnya kota
untuk sekedar bercanda dan mengalunkan bait-bait puisi
anak-anakku
perlahan dan pasti engkau akan sampai
saat-saat engkau harus menelusuri makna perjalanan diri
lautan rindu meneggelamkanku
dikala hujan menghapus jejaknya
seumpama senja yang ikut menghilang
terhapus malam yang menggantikan sore
Komentar Terbaru