Skip to Content

Maret 2023

Puisi ke 59 dalam MENGHITUNG RINDU (1)

 

PANGGUNGNYA JALAN SETAPAK  

 

Seperti ombak bergulung berkejaran lalu berderai

SENJA KUDA TUA

 

 

Senja kuda tua malang kakinya timpang

langkahnya congklang

Jejak Bapak Guru

BAPAK GURU..

KU INGIN BISA SEPERTIMU KELAK

BERDIRI GAGAH TANPA RASA GUNDAH 

MELONTARKAN KALIMAT HALUS NAN INDAH

 

BAPAK GURU..

antara cinta dan kebencian

menabur dan memelihara cinta 

adalah seperti menabur benih dan memelihara tanaman 

pelan dan harus penuh kesabaran 

ia tetap hidup dalam diam

bila kembang-kembang tak lagi rajin berbunga 

dan meluruhkan daun-daunnya 

jangan segera kau anggap ia tak akrab lagi 

dan enggan untuk menemani 

ketika hembusan semilir angin merasuk

ketika hembusan semilir angin merasuk

mebuka hari bersama fajar

sejuk menuntun langkah

untuk menemui-Mu

menyusuri jalanan sepi

kita hanya menjalani

kini kita masih saling menanti dari tepian yang beriringan

dan sesekali bergeser pada tepian yang berhadapan

kita masih bisa saling bica lewat kerlingan

ingin kutabur wewangian ruhaniah

telah kuinjakkan kaki di area pemakaman ini

di sini jasad para leluhurku telah menyatu dengan bumi

yang tak lagi bisa kukenali

aku hanya meniti jalan

aku kembali menemukan gairah 

untuk meniti jalan yang lama memudar 

begitu tiba-tiba 

ya.....begitu tiba-tiba 

Hey Rindu, Jangan Terlalu Menggebu!

Capek ya
merindukan tuan yang bahkan
pungungnya sudah tak terlihat



Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler