Skip to Content

ASEAN Literary Festival 2017 Resmi Dibuka

Foto indra
files/user/762/asean-literary-festival-2017-resmi-dibuka.jpg

Pagelaran sastra ASEAN Literary Festival (ALF) 2017 resmi dibuka oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Kementerian Luar Negeri, Japan Foundation, dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang diwakili oleh Unit Pengembangan Kawasan Kota Tua (UPT Kota Tua), Kamis malam, 3 Agustus 2017. Pembukaan sekaligus merupakan pertanda dimulainya berbagai rangkaian acara ALF, mulai dari Jambore Nasional Sastra sampai Diskusi Ruang Tengah.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Hilmar Farid yang membuka acara, mengatakan sastra bisa menjadi satu alat yang dapat merekatkan Asia Tenggara.

“Di Asia Tenggara ini punya sejarah keterikatan sastra yang panjang, dari ratusan tahun yang lalu," katanya. Antara lain kemiripan kisah Panji yang juga ada di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina, Kamboja, dan Thailand. Panji di negara-negara itu diberi nama yang berbeda. Selain Panji, ada kisah Mahabarata.

Era modern serba kontemporer ini, kesenian di kawasan ASEAN juga identik, mereka sama-sama menyajikan sastra dengan konsep sunyi. Model ini sering ditampilkan oleh belakangan. Contohnya di Indonesia ada Pramoedya Ananta Toer yang menampilkan konsep sunyi lewat novelnya berjudul "Nyanyi Sunyi Seorang Bisu" yang ditulis saat ia dibuang ke Pulau Buru, akibat akibat kondisi perang dingin di tahun 1965-1966 dan berdampak secara politik pada situasi di tanah air.

Karya Pram yang menampilkan konsep ‘sunyi’ sebagai telaah kritis terhadap kondisi saat itu ternyata juga menjamur di kalangan pembaca ASEAN, salah satu penikmatnya adalah penulis kelahiran Malaysia yang juga pemberi kuliah umum untuk pembukaan ALF, Faisal Tehrani.

Hilmar menutup pidatonya dengan berpesan bahwa kawasan ASEAN bisa memperkuat hubungan dengan menemukan dan menggali lebih dalam bentuk-bentuk kerjasama selain politik dan ekonomi, salah satunya adalah sastra.

Sementara itu, Direktur Program Okky Madasari menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung acara, termasuk Japan Foundation.

Dalam pidato pengantarnya, Okky menggarisbawahi bahwa perayaan ALF kali ini bersamaan dengan ulang tahun ke-50 ASEAN. “ASEAN Literary Festival mengambil tema ‘Beyond Imagination’ dengan harapan bahwa kita dapat melakukan refleksi pada fokus kita dan harapan kita akan makna ASEAN untuk masyarakat, dan kita harus membuat ASEAN lebih dari sekedar slogan,” katanya.

Okky percaya bahwa sastra adalah alat yang terbaik yang bisa membangun kesepahaman dan kesamaan identitas antara komunitas ASEAN. Salah satunya dengan melibatkan sastrawan untuk ikut memikul tanggung jawab dalam merespons masalah paling mutakhir di kawasan ASEAN.

kumparan.com, Jumat, 04 Agustus 2017 08:49 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler