Skip to Content

Balai Pustaka Luncurkan Seri Sastra Klasik "Indonesian Cultural Heritage"

Foto ombi

JAKARTA - Dalam rangka melestarikan warisan budaya nasional, Balai Pustaka berencana menerbitkan kembali karya-karya sastra klasik yang terhitung "masterpiece". Selain itu, sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang pendidikan dan budaya, Balai Pustaka merasa terpanggil untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai moral dan budi pekerti yang terkandung dalam literasi dan karya sastra pujangga Indonesia. Sebagai tahap awal upaya pelestarian nilai-nilai tersebut, Balai Pustaka memilih delapan judul karya sastra monumental yang dianggap dapat mewakili karya sastra klasik Indonesia selama ini, dan mewakili kekuatan nilai-nilai moral manusia. Kedelapan karya sastra itu adalah:

1.         Azab dan Sengsara (Merari Siregar)
2.         Layar Terkembang (Sutan Takdir Alisjahbana)
3.         Atheis (Achdiat K. Mihardja)
4.         Salah Asuhan (Abdoel Moeis)
5.         Salah Pilih (Nur Sutan Iskandar)
6.         Habis Gelap Terbitlah Terang (R.A. Kartini)
7.         Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma (Idrus)
8.         Sitti Nurbaya (Marah Roesli).

Guna menginformasikan rencana penerbitan buku-buku tersebut, telah diselenggarakan soft launching penerbitan buku-buku karya sastra edisi premium tersebut kemarin malam di Musium Nasional, Jakarta.
Selain upaya pelestarian nilai budaya, soft launching ini juga bertujuan menunjukkan bahwa Indonesia memiliki karya-karya sastra klasik yang berkualitas tinggi dan layak dijadikan referensi, bahkan disandingkan dengan karya-karya sastra mancanegara; serta menyelamatkan dan melestarikan karya sastra Indonesia sebagai warisan budaya yang amat berharga dan tak ternilai.

Para profesional/pengusaha muda serta pemerhati sastra menjadi sasaran kehormatan dalam kegiatan soft launching ini. Kegiatan soft launching dan roadshow melibatkan pula para figur publik sebagai ikon dari setiap judul buku, yaitu:
1.  Cornelia Agatha (ikon buku Layar Terkembang)
2.   Maudy Kusnaedy (ikon buku Salah Asuhan)
3.   Yuni Shara (ikon buku Azab dan Sengsara)
4.   Andrei Aksana (ikon buku Habis Gelap Terbitlah Terang)
5.   Tio Pakusadewo (ikon buku Atheis)
6.   Lukman Sardi (ikon buku Salah Pilih)
7.   Vincen 80's (ikon buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma)   
8.   Happy Salma (ikon buku Sitti Nurbaya).

Nilai-nilai yang terkandung dalam karya-karya sastra klasik para pujangga tersebut memiliki keterkaitan yang sangat lekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia sampai saat ini, meskipun karya sastra mereka itu ditulis rata-rata pada sekitar awal abad ke-20.

Kedelapan judul buku ini dikemas dalam satu paket eksklusif berjudul "Indonesian Cultural Heritage" ini dilengkapi dengan nomor seri, hologram, serta setifikat untuk menjaga keaslian dan keeksklusifannya. Nomor seri buku dan tulisan "Sastra Klasik Indonesia" diukir dalam sebuah pelat logam yang tertanam di setiap buku. Setiap buku juga dilengkapi sengan sentuhan "ornamen" kain Indonesia dari seorang perancang terkenal Indonesia, Obin. Kain tersebut mewakili kebudayaan dan seni yang ada di Indonesia. Setiap sentuhan ekslusif yang ada pada paket buku ini diupayakan untuk tidak meninggalkan kesan klasik karya sastra tersebut. Kesan klasik juga dimunculkan melalui tulisan judul setiap buku yang distempel dengan emas dan diembos.

Sebagai informasi, buku Sastra Klasik Seri Indonesian Cultural Heritage, dengan harga Rp2.150.000,00 (dua juta seratus lima puluh ribu rupiah), ini bisa didapatkan di:
1. Times Book Store
2. balaipustakaonline.com
3. Katalog Bank Mandiri

(mbs)


Sumber:www.okezone.com

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler