Salah satu rekomendasi pertemuan sastrawan internasional dalam Dialog Borneo-Kalimantan (DBK) XI di Samarinda, Kaltim 13-15 Juli 2011 menyepakati Kalimantan sebagai Pusat Sastra Indonesia.
“Untuk mewujudkan itu, Rumah Sastra Korie Layun Rampan akan menerbitkan antologi Kalimantan dalam Cerita Pendek (Cerpen, red) Indonesia dan Kalimantan dalam Fragment Novel Indonesia,” kata Mizar Bazarvio, Ketua Yayasan Sastra Indonesia (YASSIN) Kalbar kepada Equator, Sabtu (30/7).
Bukan itu saja, Korrie Layun Rampan juga akan menerbitkan Majalah Sastra Indonesia. Ide cemerlang itu, disampaikan Korrie saat perbincangan dan pertemuan dalam Dialog Borneo Kalimantan XI. “Bahkan, Bang Korrie bertekad menjadikan Kalimantan sebagai Pusat Sastra Indonesia,” ujar dia.
Hal senada diungkapkan Yosi Pontian, Ketua Kajian Budaya Kalbar. Menurut sastrawan dan budayawan Kalbar ini, sangat wajar bila Kalimantan dijadikan pusat sastra Indonesia. Selama ini sastra di Kalimantan selalu saja dianaktirikan oleh pemerintah pusat.
“Ini terbukti saat pemerintah pusat membukukan cerita-cerita rakyat, di mana cerita rakyat dari Kalimantan tidak ada satu pun yang masuk dalam buku tersebut,” sambung Yosi.
Atas dasar inilah Rumah Sastra Korrie Layun Rampan bertekad untuk mewujudkan harapan positif itu. “Ya kepada rekan-rekan sastrawan Kalimantan Barat dapat saja mengirim karya sastranya,” harap Yosi.
Acara inti DBK berupa seminar atau dialog telah melahirkan banyak gagasan dan pemikiran dari para pemakalah yang hadir dari Malaysia Timur dan empat provinsi di Kalimantan, serta para peserta yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia.
Pertemuan itu, sambung Ketua Harian Dewan Kesenian Kalimantan Barat (DKKB), H Sataruddin Ramli juga melahirkan rekomendasi sangat penting bagi perkembangan sastra di Borneo-Kalimantan. Rekomendasi itu di antaranya berupa menunjuk Wilayah Persekutuan Labuan sebagai tuan rumah Dialog Borneo-Kalimantan XII, direncanakan tahun 2013 nanti.
Selain itu, ada penandatanganan MoU kerja sama pengembangan sastra di Kaltim antara Gubernur Kaltim, Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim, dan Rumah Sastra Korrie Layun Rampan.
Sataruddin Ramli juga mengutip pernyataan Gubernur Kaltim, Dr Awang Faroek Ishak, saat penutupan DBK, beliau menyatakan rasa bangga, Karena pertemuan sastra internasional sepulau di Kalimantan ini dapat menjadi penanda adanya jalinan kekerjasamaan di bidang bahasa, sastra.
Tak heran, kata dia, Gubernur Kaltim juga menyatakan pemerintah akan berusaha memberi perhatian yang lebih untuk kemajuan dunia sastra ini. Karena bangsa yang berbudaya tinggi adalah bangsa yang menghargai sastra.
“Bentuk-bentuk perhatian yang akan diupayakan itu bisa berupa memberikan kemudahan dan dukungan pendanaan bagi para sastrawan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sastra di wilayah ini,” ujarnya. (Harian Equator)
Komentar
Tulis komentar baru