Temu Sastrawan MPU VII: DKI Mengusung Sastra Lokal dan Modern

Dalam Temu Sastrawan Mitra Praja Utama (MPU) VII 2012 di Yogyakarta yang berlangsung 15-17 Oktober yang lalu, rombongan sastrawan Jakarta yang dipimpin Rusmantoro, Kepala Seksi Kelembagaan Bidang Pemberdayan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, mengusung dua genre sastra Jakarta, yaitu sastra lokal dan sastra modern. Ini berbeda dengan tahun-tahun lalu. Demikian diutarakan Yahya Andi Saputra, seorang sastrawan peserta acara itu, Sabtu (20/10).

Sastra lokal yang dimaksud adalah sastra tutur atau sastra lisan Betawi yang hampir punah, yaitu sohibul hikayat. Ini ditampilkan Yahya Andi Saputra yang juga Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan Betawi bersama temannya, Zeffry Alkatiri dan Chairil Gibran, dengan judul Hikayat Aminah, Bila Raja Zalim, Berkah Hilang.

Drs Jusuf Sugito, pengamat seni budaya yang ikut dalam rombongan DKI, menilai Yahya Andi Saputra yang membawakan sohibul hikayat itu terasa tanpa beban. Ia begitu akrab dengan audiensi.

Yahya merupakan penerus sastra tutur Betawi setelah meninggalnya seniman sohibul hikayat H Ahmad Sofyan Zaid lima tahun yang lalu. Sohibul hikayat dahulu secara tetap dikumandangkan di radio oleh almarhum Sofyan Zaid yang lebih populer dengan panggilan Bang Zaid dan digemari pendengar di Jakarta.

"Ini yang menjadi ciri temu sastrawan MPU. Selalu ada regenerasi, ada yang tua dan ada yang muda sebagai penerusnya," kata Jusuf Sugito.

Sedangkan seni modern yang ditampilkan adalah kolaborasi musikalisasi dan dramatisasi puisi racikan Slamet Rahardjo Rais bersama Pudji Isdriani dan Giyanto Subagio. Totalitas kelompok itu mendapat apresiasi penonton cukup bagus.

Sementara itu, Rusmantoro selaku pemimpin rombongan menjelaskan, Temu Sastrawan MPU itu dibuka Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, GBPH Yudaningrat, MM, di Pendopo Hotel Brongto yang diikuti 7 provinsi dari 10 provinsi anggota MPU.