Skip to Content

Guru Benteng Pembinaan Sastra

Foto indra
files/user/762/bengkel-sastra-guru-smp-temanggung-2016.jpg
Para peserta memperhatikan paparan dari nara sumber Budi Maryono dalam kegiatan Bengkel Sastra bagi guru bahasa Indonesia SMP dan MTs se-Kabupaten Temanggung, di aula SMP 2 Temanggung. (suaramerdeka.com/Henry Sofyan)

Guru Bahasa Indonesia menjadi benteng terakhir untuk pengembangan dan pembinaan sastra, khususnya karya puisi. Guru Bahasa Indonesia tidak hanya berperan mencetak siswanya menjadi sastrawan. Namun penting pula untuk membangkitkan motivasi mereka agar gemar membaca karya-karya sastra.

Hal itu diungkapkan sastrawan Roso Titi Sarkoro, ketika menjadi nara sumber kegiatan Bengkel Sastra bagi guru bahasa Indonesia SMP dan MTs se-Kabupaten Temanggung, di aula SMP 2 Temanggung, pekan lalu. Selain, Roso pembicara lain ialah satrawan Budi Maryono (Semarang), dan Soekoso DM (Purworejo).

Menurut Roso, dirinya sangat prihatin, sebab selama ini minat masyarakat terhadap seni sastra. Khususnya, pembacaan puisi masih sangat terbatas. Bahkan, di institusi pendidikan, baik sekolah maupun perguruan tinggi, bidang sastra terkesan masih dipinggirkan.”Alih-alih di masyarakat umum yang awam kesusastraan, di institusi pendidikan, baik sekolah maupun kampus, keberadaan sastra terkesan masih dipinggirkan,” tandas sastrawan asal Temanggung itu.

Melihat realitas tersebut, sambungnya, sebenarnya, yang dapat menjadi benteng terakhir untuk pengembangan dan pembinaan sastra adalah guru bahasa Indonesia. Para guru bahasa Indonesia tak hanya dapat mencetak siswa menjadi sastrawan, namun juga berperan memotivasi mereka menyenangi karya-karya sastra..

Adapun Budi Maryono mengatakan, untuk bisa menghasilkan sebuah karya sastra, harus banyak membaca buku  pengetahuan umum, sastra, koran, majalah, blog dan sebagainya. Semua itu akan menjadi sumber referensi dalam membuat karya sastra.      “Ide dalam menulis karya sastra bisa muncul dari mana saja, dari pengalaman pribad dan orang lain, tayangan televisi, film, pertunjukan musik, teater dan lain-lain,”paparnya.

Soekono DM menuturkan, karya puisi setidaknya mengandung empat hal. Yakni, tema (sense), rasa (feeling), nada (tone) dan tujuan (intention). Kemudian, teknik dalam menciptakan puisi, harus membaca, mengamati dan menginterpretasi.

Ia juga mengatakan, tema yang paling gampang dan mudah untuk diangkat dalam menciptakan puisi bagi pemula ialah kehidupan sehari-hari. “Biasanya, bagi para pemula cenderung memilih tema-tema cinta dalam arti luas. Silahkan mencoba, jangan takut salah dan gagal,”pesannya.

Koordinator Pembinaan Bahasa Balai Bahasa Jateng Agus Sudono, dalam laporannya mengatakan, pelatihan Bengkel Sastra tersebut diiukti 60 guru bahasa Indonesia SMP dan MTs di Kabupaten Temanggung. Melalui pelatihan itu, diharapkan guru bisa lebih apresiatif terhadap sastra maupun dunia tulis-menulis, yang selama ini dirasa kurang begitu mendapat perhatian. Menurutnya, pelatihan itu dilakukan di berbagai kabupataen/kota di Jateng, seperti sebelumnya telah digelar di Klaten, Kendal dan kota lainnya.


suaramerdeka.com, Minggu, 3 April 2016 19:24 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler