Skip to Content

HB Jassin dan Pusat Dokumentasi Sastra: Sebuah Perjalanan Panjang

Foto Hikmat

Berbicara tentang pusat dokumentasi sastra yang satu-satuya dan terlengkap di Indonesia itu, barangkali juga di dunia, tak terlepas dari peran aktor tunggal yaitu Hans Bague Jassin, kelahiran Gorontalo, Sulawesi Utara, 31 Juli 1917 dan meninggal di Jakarta pada 11 Maret 2000.

Sebagai dokumentator sastra yang langka, kritikus sastra itu mencurahkan hampir seluruh hidupnya pada dokumentasi sastra, yang diawali sejak usia remaja, terutama ketika sebagai redaksi di Balai Pustaka (1940-1947).

Sejak kecil HB Jassin hobi menulis dan membaca. Ayahnya memiliki perpustakaan pribadi, tetapi Jassin masuk secara diam-diam. Jassin bercerita, ia senang membuat sajak, namun ketika dilihat ayahnya, ia malu, lalu sajak itu dibuang di kali.

Awalnya, ia mengoleksi buku-buku sastra dan tulisan-tulisan tangan para penyair tempo doeloe, dan catatan dokumen lainnya, yang kemudian dititipkan di Lembaga Bahasa dan Budaya, Jalan Diponegoro 82, Jakarta Pusat. Sebelumnya dokumen itu disimpan di rumah kontrakannya, Gang Siwalan, di bilangan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.

Kemudian dokumen dipindahkan ke Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (sekarang IKJ) di kompleks TIM. Setelah dibangun gedung di kompleks TIM, dokumentasi HB Jassin pindah ke lantai 2 gedung TIM di belakang. Kemudian pindah ke gedung Arsip Jayakarta lantai 4, dan akhirnya di gedung sekarang yang masih dalam kompleks TIM.

Perjalanan panjang dokumentasi milik penerima berbagai penghargaan dalam dan luar negeri itu akhirnya dikukuhkan dengan pendirian Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin pada tanggal 28 Juni 1976. Selanjutnya pada tanggal 3 Mei 1977, Gubernur KDKI Ali Sadikin meresmikan Yayasan Dokumentasi HB Jassin, namun baru mendapat subsidi mulai tahun anggaran 1997/1998.

Sebagai kompensasi atas jerih payah HB Jassin selaku pendokumentasi, Ali Sadikin memberi hadiah sebagai pribadi sebuah mobil Honda Civic dan perumahan di kompleks seniman di Pasar Rebo, Pondok Gede, Jakarta Timur. Sebagai pendokumentasi, HB Jassin dianugerahi Gelar Adat Gorontalo (1993) dan penghargaan lainnya.

Lebih dari 75 tahun perjalanan dokumentasi HB Jassin yang kini tercatat memiliki 16.816 judul buku fiksi, 11.990 judul buku nonfiksi, 457 judul buku referensi, 772 judul buku/naskah drama, 750 map biografi pengarang, 15. 552 map kliping, 610 lembar foto pengarang, 571 judul makalah, 630 judul skripsi dan disertasi, 732 kaset rekaman suara, dan 15 buah kaset rekaman video.

Tak terhitung pula para pelajar, mahasiswa yang memanfaatkan jasa kliping sastra di PDS HB Jassin untuk studi, pembuatan skripsi, tesis, dan disertasi termasuk juga wartawan untuk bahan berita atau penulisan, pengarang serta pengguna jasa lainnya. Para pengguna jasa itu tidak hanya dari Indonesia, tetapi juga dari mancanegara. (Susianna)

 

 


Sumber: suarakarya-online.com, Jumat, 15 April 2011

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler