Skip to Content

Istri WS Rendra angkat lagi Mastodon & Burung Kondor

Foto Hikmat

Kenzuraida Project bersama kelompok Teater Luwes akan mementaskan pertunjukan Mastodon dan Burung Kondor karya penyair kenamaan WS. Rendra pada 11-14 Agustus di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

Pertujukan ini disutradarai langsung oleh istri almarhum Rendra, Ken Zuraida dengan melibatkan para pemain yang secara rutin menggelar latihan dan tergabung dalam Bengkel Teater Rendra di kawasan Depok Jawa Barat.

“Pementasan ini untuk mengenang kepergian Rendra yang Agustus nanti akan genap dua tahun, sekaligus mengingatkan kepada semua masyarakat bahwa kondisi negeri kita saat ini ternyata tak lebih baik dari kondisi 1970-an,” ujarnya di sela-sela diskusi awal pementasan Mastodon dan Burung Kondor, siang ini.

Kebudayaan Indonesia yang cemerlang karena berbasis adat dan kesenian tradisi seperti tiarap dan tengkurap, terlindas oleh gebyar inkulturasi budaya kekinian yang serba instan dan populis.
Mastodon dan Burung Kondor merupakan karya masterpiece Rendra yang ditulis dalam rentan waktu 1971-1973.

Karya ini pertama kali dipentaskan di Bengkel Teater pada 1973, lalu menyusul di tiga tempat berbeda GOR Kridosono Yogyakarta, Gedung Merdeka Bandung, dan Istora Senayan Jakarta.

Karya Mastodon dan Burung Kondor ini pulalah yang kala itu di cap membangkitkan semangat kebangsaan masyarakat pinggiran yang terlindas oleh belenggu kekuasaan.

Di mata pengamat politik Eep Syaifulah Fatah karya Rendra kerap kali mencerminkan kondisi sosial politik dan ekonomi yang tengah terjadi dan tertuang dalam bentuk karya seni berupa puisi maupun drama yang keras dan berani.

“Saya pernah terlibat diskusi menarik dengan beliau. Dia mengatakan negara ini terlalu memaksakan kehendak pada rakyatnya. Unit-unit besar dibangun terlebih dahulu, lalu unit dibawahnya harus menyesuaikan bukan sebaliknya,” ungkapnya.

Satu yang diingat oleh Eep, ketika Rendra mengkritik pembangunan rumah oleh Perum Perumnas di wilayah Papua.

“Bagaimana mungkin rumah yang dibangun oleh Perumnas di Papua bentuknya sama persis dengan rumah di Bekasi. Akhirnya rumah itu tidak ditinggali, karena bagi masyarakat Papua bangunan seperti itu bukan rumah,” paparnya.

Artinya, konteks budaya dalam konsep pembangunan yang disusun pemerintah tidak memperoleh porsi yang sebenarnya.

Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan menambahkan pemikiran dan karya WS.Rendra masih menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan wacana republik ini.

“Rendra tidak hilang dan dia tidak mati,” jelasnya.

Pementasan Mastodon dan Burung Kondor akan diselingi dengan kegiatan pendukung lain, diantaranya lingkaran doa mengenang Rendra pada Minggu 7 Agustus, ritual jalan bisu dan perkemahan kaum urakan pada 7-15 Agustus, dan workshop teater metode Rendra pada 9 Agustus. (faa/Bisnis Indonesia)


Sumber: BISNIS.com, Senin, 25 Juli 2011

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler