Skip to Content

LAKI-LAKI YANG MATI DI SUNGAI

Foto Irfan Syadi Walalangi

pagi hari pada musim hujan bulan januari, Obled.

lelaki setengah waras tukang memancing ikan

seorang tetangga menemukannya telah mati

pukul 6.oo pagi dini hari,

di pinggir sungai tempat ia menukar nasib

Obled, denga mata bulatnya 

ditemukan telanjang tanpa pakaian, tersapu riak sungai cibiak 

: Obled mati, Obled mati

dan berbondong-bondong orang Desa melihatnya.

pernah,

suatu hari yang basah oleh gerimis, aku melihat Obled sedang men-tengger pancing

sungai cibiak berwarna coklat muda, beriak dan mengalir deras ke muara halua

tiga kilometer dari kampung lejok, disana juga ia menghabiskan hari harinya.

: mang Obled, lagi mancing? 

ia hanya mengangguk, tanpa berkata-kata.

: kan airnya lagi deres. ucapku!

dengan desah panjang, dengan tajam ia menatapku

mata bulatnya sempat membuatku takut, aku melihat ada kemarahan berkibaran

mata itu, mata yang menyimpan rahasia hari-hari Obled

: hidup bukan hanya sekedar mencari ketenangan, kita terjebak. selama ini manusia telah lupa hakikat hidup,

hakikat deras sungai

hakikat kail dan ikan-ikan dikedalaman yang sunyi dan gelap.

Obled terkekeh, jingkrak-jingkrak karena kailnya tersangkut di rimbun ilalang

: lihat mulianya ilalang ini

Obled menunjukan ilalang yang tersangkut di kailnya itu

: ini, lihat ini. ilalang yang baik, adil, jujur

ilalang tidak berpihak kepada pemancing manapun,

kemarin sore, saya melihat si Duleh juga kena ilalang ini, betapa jujurnya ia.

bukankah sungai telah mengajarkan manusia pada hakikat hidup sebenarnya. Obled-pun terkekeh.

 

matahari bertakhta di samudra, angin berhembus kencang

malam mulai datang, dan aku harus pulang

: mang Obled, hari sudah malam, sebaiknya kita pulang

: pulanglah! seharusnya kita mengerti, bahwa hidup tidak untuk keserakahan semata,

dan kita mesti mengerti, kesusahan membuat seseorang tau siapa diri sebenarnya.

Dua hari kemudian seorang tetangga menemukannya  mati

di sisi sungai cibiak, tepat pukul 6.oo 

 

Anyer, 2014


 

Irfan Syadi Walalangi mencintai menulis dan perjalanan. lahir di Mancak- Serang Banten 14 Juli 1992

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler