Skip to Content

Minangkabau Gerakkan Tangan Penyair

Foto indra

Bumi Minangkabau tak habis-habisnya menginspirasi lahirnya karya sastra. Kemarin (25/3), dua sastrawan nasional melun­curkan karya berupa puisi dan novel. Pertama peluncuran buku puisi D Zawawi Imron berjudul Mengkaji Bukit Mengeja Danau, lalu novel Tadarus Cinta Buya Pujangga karya novelis Akmal Nasery Busral, di Rumah Budaya Fadli Zon, kompleks Aia Angek Cottage, Kecamatan X Koto, Tanahdatar.

Peluncuran dua buku yang dihadiri puluhan sastrawan nasional dan lokal tersebut, juga diisi senandung lagu Sajadah Panjang karya maestro Taufik Ismail oleh putra Hooridjah Adam. Lalu, pembacaan puisi Mengkaji Bukit Mengeja Danau secara berganti oleh beberapa seniman. Selanjutnya, Akmal Nasery Busral membaca BAB I Novel Tadarus Cinta Buya Pujangga

Sentuhan puitis pria kelahiran Desa Batang-Batang, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur itu, benar-benar membuat takjub tamu dan undangan yang hadir.  Zawawi menyampaikan, inspirasi untaian kata-kata indah tersebut lahir tatkala dirinya menyadari kebesaran jasa seorang ibu terhadap anak yang tak terbalaskan. Beragam kebesaran ciptaan-Nya dapat dirasakan berkat jasa seorang ibu.

“Sebelum ini, saya ke Sumbar tepat setahun setelah kepergian ibu saya menghadap Sang Khalik. Dan di bumi ini (Ranah Minang), saya mengalami stoned semacam ekstase. Kelengkapan alam seperti gunung, danau, dan sebagainya semua seperti berbisik menggerakkan tangan ini hingga menghasilkan puisi,” ujar Zawawi kepada Padang Ekspres.

Zawawi berujar, “Bumi Minangkabau tidak hanya indah. Namun, juga mampu menggerakkan tangan penyair untuk melahirkan puisi,” kata pria peraih penghargaan “The S.E.A Write Award” di Bangkok Thailand tahun 2012 lalu. Penghargaan itu diberikan keluarga Kerajaan Thailand untuk para penulis di kawasan ASEAN. Selain itu, pada Juli 2012 lalu, beliau juga meluncurkan buku puisinya berjudul “Mata Badik Mata Puisi” di Makassar, kumpulan puisinya ini berisi tentang Bugis dan Makassar. 

Dia menempuh pendidikan di Pesantren Lambicabbi, Gapura Sumenep. Ia seorang penyair dan kyai. Selain melakukan kegiatan dakwah, Zawawi yang mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak Temu Penyair 10 Kota di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 1982 ini, juga aktif membacakan sajaknya di berbagai tempat, antara lain Yogyakarta, ITS Surakarta, Unhas Makassar, IKIP Malang dan Balai Sidang Senayan Jakarta serta di berbagai tempat lainnya.

 

Hidupkan Sosok Hamka

Di sisi lain, novelis Akmal Nasery Busral melalui novelnya Tadarus Cinta Buya Pujangga berusaha menghidupkan kembali sosok Buya Hamka. Novel bergenre sejarah ini memotret kehidupan Buya Hamka sampai usia 30 tahun, ketika itu dia bertemua Bung Karno di Bengkulu.

Akmal berupaya mengajak masyarakat Minangkabau memahami nilai-nilai karakter positif  Hamka kecil. “Melalui novel sejarah ini digambarkan seseorang yang sekalipun tidak mengecap pendidikan tinggi, namun mampu meraih gelar doktor kehormatan. Kesuksesannya yang harus jadi percontohan generasi atau di dalam keluarga,” ungkapnya.

Penulis novel best seller “Sang Pencerah” ini mengawali penulisannya masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa muda seorang Malik yang penuh pembangkangan, pemberontakan. Malik yang sering bolos sekolah, kabur sampai ke Bengkulu, menulis surat rayuan untuk kawan-kawan perempuannya sejak kecil,  jadi joki kuda pacu untuk mencari uang, dan lainnya, sampai proses metamorfosis Malik menjadi penulis dengan nama pena H.A.M.K.A (Haji Abdul Malik Karim Amrullah).

Selain itu, juga tentang lahirnya dua roman yang melambungkan namanya di jajaran pujangga Balai Pustaka—Tenggelamnya Kapal Van der Wijk dan Di Bawah Lindungan Ka’bah—keduanya terbit saat Hamka berumur 30 tahun. Sampai akhirnya, Hamka bertemu dengan Soekarno di pengasingan (Bengkulu, red).

Pemilik Rumah Budaya, Fadli Zon menyampaikan, kegiatan ini diharapkan dapat menggugah semangat sastrawan di Sumbar. “Kita berharap berbagai implementasi kegiatan budaya yang digelar Rumah Budaya, mampu menggugah semangat jiwa seni di Sumbar. Pada kesempatan ini, kami mencoba membaurkan antara seniman di berbagai daerah di Indonesia,” sebut Fadli Zon.


padangekspres.co.id, Selasa, 26 Maret 2013 11:26 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler