Skip to Content

Pegiat Buku ASEAN Siap Hadapi MEA

Foto indra
files/user/762/pegiat-buku-book-industry-in-asean-countries.jpg
Diskusi "Book Industry in ASEAN Countries" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan ASEAN Literary Festival (ALF) 2015 yang telah berlangsung sejak 15 Maret dan ditutup pada Minggu (22/3/2015).

Para pegiat buku di negara-negara ASEAN menyatakan siap menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan dimulai akhir Desember 2015 ini. Hal ini terungkap dalam diskusi "Book Industry in ASEAN Countries" di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Diskusi tersebut merupakan rangkaian dari pagelaran ASEAN Literary Festival (ALF) 2015 yang telah berlangsung sejak 15 Maret dan ditutup pada Minggu (22/3/2015) dan dihadiri pegiat sastra dan akademisi dari negara-negara ASEAN dan negara lainnya, seperti Tiongkok, Korea Selatan, Australia, Aljazair, Jepang, Jerman, Norwegia dan India.

Sejumlah pegiat sastra yang hadir dalam acara tersebut di antaranya, Syed Ali Ahmad Semait (Singapura), Nguyen Minh Nhut (Vietnam), Josephine Chia (Singapura), Bre Redana (Indonesia), Leon Agusta (Indonesia), Sa GongKyung (Korsel), Kyoko Yoshida (Jepang), Amol Titus (India), Jamil Maidan (Filipina).

Syed Ali Ahmad Semait yang bekerja di Exco of the Singapore Book Publishers Association itu mengatakan, MEA bukan ancaman bagi sejumlah negara di ASEAN, khususnya Singapura. Justru era MEA, kata Ali, akan membuat sastra di negara-negara ASEAN menjadi lebih dikenal.

Bahkan, Ali menambahkan, khususnya bagi Singapura, MEA sangat menguntungkan. Pasalnya, negara jiran ini punya latar belakang dari tiga budaya, yakni Tiongkok, Melayu dan India. Sementara banyak masyarakat di negara-negara ASEAN memiliki keterikatan dengan budaya Tiongkok dan Melayu. Sebagai contoh, masyarakat di Laos, Kamboja, Malaysia dan Singapura sangat familiar dengan budaya Tiongkok. Sementara budaya Melayu juga berhubungan dengan warga Indonesia, Malaysia dan Singapura.

"Karena itu, bagi Singapura MEA memberikan benefit," ujar Ali.

Ali menambahkan, pemerintah Singapura selama ini juga sangat mendukung implementasi MEA, termasuk untuk urusan sastra. Salah satu kebijakan pemerintah Singapura yang mendukung implementasi MEA pada akhir tahun ini, adalah dengan mensubsidi 50 persen biaya penerbitan bagi buku-buku sastra di negara jiran tersebut.


pikiran-rakyat.com, Minggu, 22 Maret 2015 20:55 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler