Skip to Content

Muhammad Rois Rinaldi, Anugerah Sastra Asia Tenggara

Foto Berita Sastra Nusantara

Di tengah huru-hara sastra Indonesia yang makin keruh oleh pertentangan antar-kelompok atau antar-komunitas sastra, seperti kelompok Djamal D Rahman dan Fatin Hamamah yang saling serang dengan Saut Situmorang CS, ada baiknya memunculkan berita lain yang lebih menggembirakan dunia sastra Indonesia. Dalam waktu lima tahun belakangan ini, masyarakat sastra mungkin mulai tidak asing dengan nama Muhammad Rois Rinaldi. Penyair Banten ini disebut-sebut sebagai  "jagoan" di panggung. Ia memilik gaya pembacaan puisi yang aktraktif dan ekspresif. Kalau diperhatikan dari gaya panggungnya, ia termausk pembaca puisi pertunjukan sebagaimana W.S Rendra, Asrizal Nor, Sosiawan Leak, dan Sutardji Calzoum Bachri.

Muhammad Rois Rinaldi semakin santar disebut-sebut di tengah obrolan kesusastraan. Tidak saja lantaran ia yang jagoan di panggung. Tetapi lelaki yang akrab dipanggil Rois kelahiran Mei 1988 ini, seolah tidak henti membuat gebrakan di tengah lesunya dunia kesusastraan Indonesia. Pada malam penghargaan sastra Asia Tenggara (23/3/2014) di Badan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Rois menjadi penerima Anugerah Utama Puisi Dunia. Ia berhasil mengalahkan senior-seniornya di dunia kepenyairan. Sebut Saja Bambang Widiatmoko (Ketua KSI), Syarifuddin Arifin, Acep Zamzam Nor, Djazlam Djainal (Malaysia), dan ratusan penyair lain harus rela mengantarkan Rois sebagai penerima Anugerah Utama.

Hadiah berupa plakat dan cek sebesar puluhan juta diserahkan oleh dua Sastrawan Negara Malaysia: Dato Dr Ahmad Khamal Abdullah (Kemala) Presiden Numera & Profesor Datuk Dr Awang Sariyan, Ketua Pengarah DBP. Puisinya yang berjudul "Nun Serumpun" dijadikan judul utama dalam antologi puisi lintas negara yang diikuti oleh Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, Belgium, dan Rusia yang diluncurkan di Badan Bahasa dan Pustaka Malaysia, Maret 2014.  

Tahun sebelumnya, Muhammad Rois Rinaldi merupakan satu-satunya penyair Indonesia yang mendapatkan penghargaan dari eSastera Malaysia, di mana penghargaan tersebut didominasi oleh penyair Malaysia di antaranya: Grup Lagu Puisi GLP (Malaysia) menerima Anugerah Prestasi Dampak Tinggi, Ibnu Din Assingkiri (Malaysia), Mansor A. Hamid (Malaysia), dan Kembara Ilmu (Malaysia) mendapatkan Anugerah Pengkarya Prolifik.  Zahid Naseer (Malaysia) dan Wan Ryzal Adly (Malaysia) menerima Anugerah Pengkarya Pelapis. Muhammad Rois Rinaldi (Indonesia) menerima Anugerah Khas Pengkarya Tempatan & Tokoh eSastra Indonesia 2013.

Penghargaan diberikan oleh Prof. Dr. Ir. Wan Abu Bakar Wan Abas (Presiden E-Sastera) berupa piagam dan uang tunai di Bali. Dimeriahkan dengan pembacaan puisi dari Wayan Sunarta Jengki (Bali), Frischa Aswarini (Bali), Dina Jayanira (Bali), dan, Ngurah Termana (Bali). Selanjutnya pembacaan puisi dari penyair Malaysia yakni Anbakri (Malaysia), Hasimah (Malaysia), Yusoff Abdollah (Malaysia), Izham Rizal (Malaysia), dan musikalisasi puisi yang dibawakan oleh GPL (Malaysia). Muhammad Rois Rinaldi dalam pemberian penghargaan tersebut berhalangan hadir.

Tidak puas dengan prestasi-prestasi lintas negaranya, Rois kembali menyabet tiga penghargaan sekaligus dalam malam penghargaan Sastra Indonesia-Malaysia yang diselenggarakan oleh E-Sastera Malaysia. Ia menyabet Anugerah Utama Penyair Siber, Anugerah Ketiga Cerpen Alam Siber, dan Piala Sastra Bergilir Nik Zafri sebagai pelengkap penobatannya sebagai best of the best dari semua penghargaan yang diberikan pada Desember 2014 di Kuala Lumpur itu. Rois menjadi penyair Indonesia yang paling bersinar.

Di Indonesia, beberapa tanggapan mengenai kekaryaan Rois datang di berbagai kalangan. Cunong Nunuk Suradja, penyair dan dosen di Universitas ibnu Kaldun Bogor, mengatakan bahwa karya-karya Rois memiliki ruh Chairil Anwar yang "meradang dan menerjang" sekaligus kekuatan W.S Rendra yang bebas dan terlepas. Pernyataan lain, Prof. Dr. Sudaryono, M.Pd, sastrawan dan dosen di Universitas Jambi, menyatakan Rois serupa Chairil yang tidak pernah takut pada kebimbangan zaman. Puja Sutrisna, penyair dan kritikus asal Boyolali, juga turut memberi pandangan bahwa Rois merupakan W.S Renda masa kini. Tidak jauh dari pendapat Cunong, Puja, dan Sudaryono, Dr. Esti Ismawati, dosen dan pengamat sastra di Klaten, mengatakan bahwa Rois sangat dibutuhkan dunia sastra masa kini.

Di Malaysia, Rois merupakan penyair muda Indonesia yang namanya ternyata sangat terkenal. Bahkan ia diakui sebagai icon sastra Indonesia masa kini oleh organisasi sastra Malaysia, yakni E-Sastera. Hal ini ditunjukkan oleh E-Sastera Malaysia dengan memberikan penghargaan sebagai Tokoh Sastra Indonesia 2013 yang diserahkan di Bali.  Selain di Malaysia, di Singapura, Rois juga sering diundang sebagai pembicara atau pengisi acara. Namanya sudah tidak asing bagi penimat sastra di Negeri Singa itu. Namanya juga mulai dikenal di Brunei Darussalam, dan Thailand Selatan.

Tentu terlalu dini untuk mengatakan bahwa Rois telah sampai pada puncak kekaryaannya. Perjalanan Rois masih sangat panjang. 


Sumber: Wikipedia, Lintas gayo.com, Horison Online.

Komentar

Foto Ilya Kablam

Mohon dibetulkan ejaan "GPL"

Perenggan 6, Baris 6 dan
Perenggan 7, Baris 10.

Bolehkah tukarkan ejaan "GPL" kpd "GLP" (Grup Lagu Puisi)... Terima kasih...

Foto Berita Sastra Nusantara

Terima kasih atas koreksinya.

Terima kasih atas koreksinya. Baik akan saya sunting. Salam Sastra Nusantara.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler