Skip to Content

Rumah Puisi Beri Anugerah Sastra Ali Audah

Foto Hikmat

Rumah Puisi Taufiq Ismail "Aie Angek" Tanah Datar, Sumatera Barat memberikan anugerah penghargaan kepada sastrawan nasional Ali Audah atas pengabdiannya kepada sastra Indonesia.

Anugerah penghargaan sastra tersebut adalah yang pertama diberikan Rumah Puisi Taufiq Ismail sejak berdiri pada akhir Desember 2008, kata Manajer Humas Rumah Puisi Muhammad Subhan di Padang, Kamis.

Penghargaan, katanya, akan diberikan Taufiq Ismail dalam suatu kegiatan di Rumah Puisi Aie Angek, pada Sabtu (3/11) 2011.

Penyerahaan anugerah tersebut akan dihadiri sejumlah tokoh Sumbar, sastrawan, budayawan, wartawan, pengusaha dan para peminat sastra dan budaya baik nasional maupun Sumbar.

Dalam kegiatan tersebut, kata dia, juga disampaikan orasi budaya oleh budayawan nasional Emha Ainun Nadjib.

Ia menjelaskan, penerima anugerah sastra 2011 yakni, Ali Audah merupakan sastrawan dan budayawan besar kebanggaan Indonesia yang lahir di Bondowoso, Jawa Timur, 14 Juli 1924.

Ali Audah selama ini sangat produktif menulis karya sastra seperti, cerita pendek, novel, esai, kritik sastra dan menerjemahkan sastra Arab, tambahnya.

Sastrawan ini, pernah menjadi anggota pengurus Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat dan DKI Jakarta, anggota pleno Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada 1971 hingga 1981 dan anggota Dewan Pekerja Harian DKJ (1977-1980).

Ali Audah juga pendiri dan Ketua Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) pada 1974 hingga 1984, katanya.

Karya-karya sastra Ali Audah antara lain berjudul Malam Bimbang (1961), Hari Masih Panjang (1963), Jalan Terbuka (1971), Icih (1972), Sebuah Pengantar (1983).

Sedangkan terjemahan karya sastranya antara lain, Suasana Bergema (Hamid G. Al-Sahar, 1959), Peluru dan Asap (kumpulan cerpen karya beberapa pengarang Aljazair), Kleopatra dalam Konferensi Perdamaian (M. Taimur, 1966) dan Membangun Kembali Pemikiran Agama dalam Islam (M. Iqbal, terjemahan Ali Audah, Taufiq Ismail dan Goenawan Mohamad, 1966).

Kemudian, Genta Daerah Wadi (kumpulan cerpen karya beberapa pengarang, 1967), Lampu Minyak Ibu Hasyim (Yahya Hakki, 1976), Kisah-Kisah Mesir (kumpulan cerpen karya pengarang Mesir, 1977), Murka (Mustafa Hallaj, 1979), Theseus (Andre Gide, 1979) dan Kisah-Kisah Empat Negara (kumpulan cerpen karya beberapa pengarang, 1982).

Lalu, Saat Lonceng Berbunyi (Taufiq al-Hakim, 1982), Di Bawah Jembatan Gantung (kumpulan cerpen Aljazair, 1983), Dua Tokoh Terutama (Taha Husain, 1983), Hari-Hari Berlalu (Thaha Husain, 1985), Marie Antoinette (Stephan Zweig, 1986), Dua Tokoh Besar (Thaha Husein, 1986), Lorong Midaq (Najib Mahfud, 1991), Reinkarnasi, Kleopatra dan Timur Leng dalam Konferensi Damai (M. Taimur, 2003).

Selanjutnya, dalam format besar, karya-karya terjemahan Ali Audah adalah, Tafsir Alquran 30 Juz (Abdullah Yusuf Ali, 2009), Sejarah Hidup Nabi Muhammad (M. Husain Haekal, 2010), Abu Bakr as-Siddiq (M. Husain Haekal, 2010), Umar bin Khattab (M. Husain Haekal, 2011) dan Usman bin Affan (M. Husain Haekal, 2010).

Berikutnya, Konkordasi Quran (referensi), 2008, Ali bin Abi Thalib (biografi), 2010, dan Nama dan Kata dalam Quran (studi) 2011.

Menurut pimpinan Rumah Puisi, Taufiq Ismalil, banyaknya karya Ali Audah yang fenomenal dan berkali-kali dicetak ulang sehingga selayaknya Rumah Puisi memberikan penghargaan ini. (H014/A035)


Sumber: AntaraNews.com, Kamis, 24 November 2011 04:53 WIB

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler