Skip to Content

Urus saja orang lain, lupakanlah dirimu

Foto Willyshayudana
files/user/9130/1633158068385.jpg
1633158068385.jpg

Urusanmu adalah urusanku 

 

Setiap individu adalah hak kita untuk bebas. Dari apapun itu yang membelenggu jiwa dan perasaan. Kita sebagai manusia di lahirkan sebagai makhluk yang “berwatak” seluruh elemen menguasai akal sebagai insting mencela untuk menjadikannya jahat atau mengarahkannya ke hal yang lebih baik.

Bahkan kesadaran yang terbatas membawa akal tanpa perasaan yang bersih, kita selalu mengisi kekosongan dengan memenuhkan urusan orang lain. Menjatuhkan ataupun merendahkan! Seakan kebanggaan atas nama keburukan sudah hal yang biasa di lakukan. Tapi tak pernah mau mengakui kesalahan yang sudah di perbuat sendiri, walau hanya sekecil debu yang terhempas angin. Kita sangat takut mengakui kesalahan atau keburukan diri sendiri secara individu yang kongkret. Di lain hal, Tapi kita sangat bangga dan tanpa merasa mali menjatuhkan atau mencela perbuatan buruk kita terhadap objek yang kita benci.

 

Kelemahan yang menjijikan! Merekalah orang-orang lemah yang sesungguhnya. Menyudutkan mereka yang tidak berdaya atau merendahkan hidup orang lain yang di anggap gagal. Lantas siapa yang begitu lemah? Mereka lah para pecundang! Dan saya katakan sebagai pecundang besar Atau musuh yang tak terlihat, aku adalah sahabatmu, juga musuh terbesarmu. Semakin terikat dan keterbegantungan terhadap objek setiap individu yang sama sekali di manfaatkan sebagai rasa penghianat. Aku katakan sekali lagi sebagai pecundang terbesar.

Kita sebagai manusia di lahirkan kedunia tidak hanya dari tanah atau rahim seorang ibu.Tetapi kita lahir sebagai cahaya matahari dan bulan malam. Yaitu kita di anugerahi karunia oleh tuhan. Yaitu “cinta”

Lalu apa yang telah kita gunakan dengan memakai cinta?

Apakah cinta datang dari orang lain, yang akan membuat diri kita sebagai  manusia yang rendah, dan tanpa arti. Kita telah di hancurkan oleh dendam dan iri di hati, bahkan sampai ke tulang-tulang tubuhmu.

Manusia adalah wajah-wajah bertopeng, dengan tubuh tanpa busana. 

Pandai menutupi wajah-wajah manis di balik topeng yang di pakai. Saling menjatuhkan dan merasa paling tinggi (berkuasa atas hak orang lain)

Tidak mau mengalah atas kebanggaan diri yang berlebihan atau membandingkan satu objek yang di anggap lemah dan tak berdaya.

Tapi taukah mereka secara tidak sadar telah membentuk jurang untuk dirinya sendiri. Yang sama sekali tidak memiliki rasa bersalah, dan paling merasa benar atas kelakuannya? 

Apakah kita puas, sudah merusak diri kita sendiri untuk mengurus kehidupan orang lain ? 

Sebenarnya kau telah membentuk belenggu atas dirimu sendiri, sibuk mengurus untuk membenci orang lain, sibuk dengan rasa iri yang sebetulnya kau telah menjadi orang yang egois untuk tidak bisa membiarkan satu objek tujuan yang kau benci untuk bahagia.

 

 

 


Berbuatlah kebaikan, tanpa maksud apapun.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler