Skip to Content

menjadi perawat : bermanfaat di dunia pemberat amal kebaikan di akhirat

Foto ana tsabatunnisa

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain”

 

 

            Judul itu yang terus ku ingat setelah tiga kali rangkaian kunjungan dalam mata ajar keperawatan jiwa II ini dan juga merupakan sabda Rasulullah SAW, manusia luar biasa, suri tauladan yang baik bagi kita, manusia.

            Kunjungan pertama, ke masyarakat balumbang, bogor. Disana, memang tidak di temukan kasus KDRT atau NAPZA seperti yang sudah diberitahukan sebelum kami melakukan kunjungan ini. Namun bagiku, permasalahan yang diangkat jauh lebih menarik yaitu mengenai terapi kelompok terapeutik pada ibu yang memiliki infant terkait tumbuh kembang infant. Materi tambahan yang mungkin bisa ku dapatkan lebih dulu dibanding beberapa teman di RW lain, yang pastinya amat berguna kelak ketika aku menjadi ibu.

Kali ini aku diperlihatkan kesamaan teori yang sudah ku pelajari, bagaimana perawat jiwa saat memulai pertemuannya dengan klien. Diawali dengan salam terapeutik kepada keluarga dan bina hubungan saling percaya. Runtutan asuhan keperawatan yang diberikan amat  perfect tanpa sedikit pun cacat mulai dari pengkajian hingga evaluasi. semua itu membuat ku yakin, akan kualitas lulusan FIK UI yang begitu caring, memasyarakat namun tetap profesional.

            Bertolak dari Balumbang, kita pergi ke RS.Marzoeki Mahdi, Bogor. Ini kali keduanya aku menyambangi rumah sakit jiwa ( setelah RS. Soeharto Heerdjan) yang juga merupakan rumah sakit pendidikan, kelolaan  dosen-dosen hebat FIK UI. Awalnya kami diberikan pemaparan terkait program apa saja yang ada di IPK NAPZA RSMM. Setelah itu kami berkeliling menyambangi satu per satu ruangan yang ada di pelayanan NAPZA. Sepi. Itu kesan pertama kali yang ku tangkap. Karena sejatinya, rumah sakit yang ada di bayangan ku penuh oleh klien pada tiap ruangannya. Adanya perawat yang sibuk pada jam kerjanya. Tapi tidak dengan ku temukan disini. Semua tampak lengang, hanya ada beberapa perawat yang sedang duduk di ruangan, mengerjakan lembaran-lembaran kertas, ”pendokumentasian mungkin”, ujarku pada seorang teman yang juga ternyata sama sedang memperhatikan perawat itu. Ada lagi di sudut ruangan lansia, ketika melintasi ruangan tersebut dari luar, tampak adanya perawat yang sedang duduk berhadapan dengan seorang kakek tubuh ringkih. Terlihat betapa perhatiannya perawat ini dengan sabar mendengarkan kakek yang kala itu aku amati bibirnya membuka-menutup, tanda bahwa kakek ini sedang menyampaikan sesuatu kepada perawat. Hampir air mata, menetes. Merenungi, bahwa kesabaran itu dinilai pahala disisi-Nya. Betapa mulianya kita, jika menjadi perawat yang sabar. 

            Penghentian terakhir dari rangkaian kunjungan mata ajar ini. Lapas anak pria, Tangerang.Seperti halnya meniti anak tangga, semakin tinggi titian yang kita capai semakin banyak dan hebat hembusan angin yang menerpa. Lalu yang mesti dijawab, akankah hembusannya itu akan melenakan atau malah membuat kita berpegangan erat karena takut terjatuh karena terpaannya yang maha dahsyat. Itulah manusia. ada yang senantiasa terjaga bahkan ada juga yang  terlena dengan kesenangan-kesenangan semata. Hal ini dapat aku lihat saat kunjungan terkahir ke lapas anak pria tangerang, 13 Mei 2010 lalu. Andik (anak didik) itulah sebutan bagi mereka yang tinggal di-bui karna kasus yang mereka perbuat. Andik yang ku temui tersangkut masalah pemakaian shabu-shabu dan ganja. Ia berasal dari keluarga yang berada. Karenanya di awal paragraf ini, ku sisipkan bait mengenai terpaan angin dan dampaknya. Ketika ku tanyakan apa yang kamu lakukan saat keinginan memakai shabu-shabu itu datang lagi, ia menjawab ”saya ngerokok teh”. Kaget. Karena itu tidak menyelesaikan masalah. Rokok. Aku amat menghindari asap barang jahanam itu. Kurangnya kontrol petugas lapas padahal andik bilang dilarang merokok pada tata tertib di lapas juga turut memperburuk kejiwaan andik lambat laun mengakibatkan kopingnya tidak efektif yaitu ketergantungan terhadap rokok. Saat itu ku tukar pikiran mengenai dampak buruk merokok, andik pun menyampaikan keinginan untuk sedikit demi sedikit mengurangi kebiasaan merokoknya. Ku ajari ia teknik relaksasi dan distraksi. Ia mengatakan senang dan ingin memberitahu teman-teman sesamanya untuk melakukan teknik ini jika sugesti itu muncul. Lalu ketika ditanya mengenai harapan, ia menjawab dengan yakin ”Bermanfaat”. Itu yang ia ingin lakukan ketika menyadari sebaik-baik manusia, ialah manusia yang bermanfaat.

            Seberapa letihnya, seberapa beratnya, seberapa hebatnya ujian yang Alloh berikan,  tetaplah tersenyum, tetaplah semangat dan tetaplah bermafaat bagi sesama. Karena dibalik itu semua akan ada peneduh hati, penyeka air mata. Biarlah air mata itu tetap mengalir, jika memang dapat menyuburkan ladang keimanan kita. Dan teruslah bangga menjadi perawat, duhai nurul widiyastuti dan semua rekan sejawat. Menjadi Perawat. Adakah profesi lain yang lebih mulia dari ini?? ^_^

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler