Skip to Content

PUISI-PUISI DEDET SETIADI

Foto SIHALOHOLISTICK

GEMBOK

Gerbang langit terkunci

tak bisa dibaca

sebelum gembok berhasil dibuka

 

mengetuk-ngetuk tabir bahasa

sajak hilang rasa!

 

Di ujung pintu

aku dengar langkahmu cethat-cethit

mengayunkan jarum arloji

ke arah langit yang masih terkunci

 

malam larut

kau pun datang ternyata

tak sekedar sebagai kilatan cahaya

tapi menjelma kunci

yang melepas gembok dalam jiwa

merogoh sukma

 

di awal fajar

langit membuka- melebarkan bayang semesta

tapi kau menolak sirna

bahkan berkata

akulah kunci yang akan selalu ada

ketika hendak kau buka gembok semesta jiwa

Magelang, 2012

 

POTRET DIRI

Inilah aku

Lahir dari kawah masa lalu di daratan miring

Sebelum tumbuh biji-biji salak pondoh

 

Matahari tak selamanya sengat

Untuk kemarau awal musim tanam tembakau

 

Aku lebih suka langit yang terbakar

Lebih suka minta hujan bersama para hewan

Ketimbang menjadi tadah hujan buatan

 

Aku suka sawah. Benci hama tikus, wereng, dan barisan kera

Tapi tak sanggup menolak apalagi mengutuknya

Sebab aku dan para tetangga selalu belajar sbagai hamba

 

Selamatan adalah bahasa hari. Mengepungaminkan tumpeng

Adalah caraku menampik bencana

Adalah puisiku memuja semesta

 

Aku tak mengidap sakit ketinggian

Pagi sore manjat pohon kelapa, ngobong kayu menyulap nira

Menjadi gula jawa

Merebus hidup bersama modin dan sesepuh desa

 

Bajak lembu adalah alat tulisku. Mengaduk rumus humus dan anti pestisida

Mencampur air kencing kambing dengan daunnan kering

Tanagpun jadi subur tak ada hingga

 

Inilah aku

Suka piara kerbau tapi tak berarti sealur pikir dengan otak kerbau

Magelang, 2012

 

MENEMPUH JALAN MUARA

Gerimis itu berangsur-angsur merobohkan pohon sunyi

dari pinggir tebing maha tidurku

yang menjulang tinggi

 

dan dari ranting-ranting yang berserak

kubangun sampan

hingga menjelma lengkung kepasrahan

yang menampung gundah

lalu hanyut mengikuti debur ombak

menuju muara

 

pada subuh berembun

kubasuh lusuh jiwa

sebelum fajar menerbitkan Matahari lain

di Muara yang lebih lain

Magelang, 2012

 

SAJAK SEBELUM BERANGKAT

Aku sudah harus berangkat

memasang kerekan timba di bibir sumur tua

menuang doa di talang-talang jiwa

agar mengendap di gentong kesabaran senja

sebelum kuciduk

dan kumatangkan di atas luweng

 

aku tak biasa menadahi segala yang mancur dari kran besi tua

acap bau tawas dan karat

aku lebih percaya pada pohon pisang

dan rumpun bambu

untuk menenggak air kehidupanNya

 

paling tidak hanya mencecap rasa sepat tanah!

 

Aku tidak suka panci

untuk merebus hidup, lebih enak di kuali

tanah lempung

yang dikeduk dari jugangan tanah kampung

sebab kelak akupun akan diusung

: Juga kembali pada lempung

Magelang, 2012

 

TUGU

Tegak di pusat jiwa

Menampung laju angin dari empat penjuru

 

Dari utara

Terusung lubang yang menganga

 

Dari Selatan

Terbentang jalan lurus kehidupan

 

Dari Timur

Matahari yang mengusung umur

 

Dari Barat

Terbayang daratan kiblat

 

Berkumpul jadi satu menjelma tugu

Menudung-nuding langit biru-ke arah lubang waktu

Sebuah misteri yang terang benderang itu

Magelang, 2012

 

 

ALUN-ALUN

Pada tanah lapang yang menghampar di hatimu

Tumbuh sepasang pohon

Yang senantiasa rimbun berdaun waktu

 

Meski matahari dan dingin malam bergilir memelintir

Hari-hari bergulir di tanah kehidupan

Menyurung peradaban-nilai-nilai yang bertabrakan

 

Tak juga jadi layu

Walau daun jatuh berjatuhan satu per satu

Tapi segalanya kembali tumbuh dan berkembang

Indah dalam iringan gamelan

 

Kirab pegunungan!

Yogyakarta, 2012

 

GERBANG

Gerbang sudah terbuka

Kesadaran begitu utuh memasuki halaman

Mengenali segala yang kemarin serba rahasia

 

Lihatlah

Tubuh para pohon gemetar

Menangkup embun

Lewat daun-daun yang melampirkan gaduh jagad raya

 

Di taman ini

Musim gugur rajin mengusung tegur

Bahasa pelepah

Yang menjuntai ke tanah

 

Sudahkah kita memasukinya juga?

 

Sederet angin tiba-tiba menyusun kalimat tanya

Sebagai gema yang tak ada habisnya

Magelang, 2012

 

SAJAK CALON PENGANTIN

Suatu ketika, kau akan meminangku, pulang sebagai cinta

Utuh berumah tanah

 

Sebagai wujud tanda jadi kau mengirim waktu

Semesta tempatku mematangkan tunggu

 

Aku pun tak bakal menolak ciuman gaibmu

Yang tanpa menunjuk tempat

Dan waktu-di mana dan kapan- semua di luar jangkau tanyaku!

 

Aku adalah tubuh hidup yang berjodoh dengan maut

Yang tersirat pada gurat-gurat garis tangan

Sejak meninggalkan rahim ibu – wadah catatan jagad ruhku dulu

 

Itulah kata cinta, pasangan yang terjaga, pada satu ketika

pelaminan agung tempat hdup dan maut bersanding nama

seusai musim gugur jasadku

Magelang 2012

 

SAJAK PARA PENDAKI

Kita adalah para pendaki

Menaklukan gunung yang menjelma dalam diri

Bertangga-tangga

Memaknai puncak kesadaran antara “ada” dan”tiada”

 

Tak harus mengibar angkuh

Walau sudah tergapai ketinggian yang seluruh

Menjaga silsilah lembah

Adalah tugas bagi jiwa untuk tetap tengadah

 

Sebagai pendaki

Matahari yang terbit dari belahan ufuk hati

Adalah landscap abadi

Yang tersimpan pada lensa teropong yang maha sunyi

Magelang, 2012

 

TENTANG DEDET SETIADI

Dedet Setiadi lahir di Magelang, 12 Juli 1963. Mulai aktif menulis tahun 1982, berupa puisi, cerpen dan juga esai. Tulisan-tulisannya, pada tahun1980-2000 banyak di publikasikan di berbagai media massa seperti: Suara Pembaruan, Suara Karya, Pikiran Rakyat, Berita Buana, Bali Post, Mutiara, Bernas, kedaulatan Rakyat dan lain sebagainya. Tahun 1987 diundang dalam temu penyair Indonesia ’87 di TIM Jakarta Tahun 1990, satu puisinya terpilih sebagai salah satu puisi terbaik versi Sanggar Minum Kopi, Bali.

Antologi yang memuat karya-karyanya antara lain, Puisi Indonesia 87 (DKJ), Konstruksi Roh ( UNS 1984, Solo), Vibrasi Tiga Penyair ( Tiwikrama, 1996 ), Jentera Terkasa ( Forum Sastera Surakarta-TBJT,1998), Rekontruksi Jejak (TBJT,2011 ), Equqtor ( Yayasan Cempaka Kencana Yogyakarta, 2011), Requim bagi Rocker ( Taman Budaya Jawa Tengah –Forum sastera Surakarta, 2012 ), Antologi Penyair Indonesia dari Negeri Poci 4 Negeri Abal-Abal, Februari 2013,  Antologi 127 Penyair : dari Sragen memandang Indonesia, 2013, dan lain sebagainya,

HP: 081328605589 Email: dedet setiadi63@yahoo.co.id

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler