Skip to Content

PUISI-PUISI MANSUR SAMIN

Foto SIHALOHOLISTICK

PERNYATAAN

Sebab terlalu lama meminta
tangan terkulai bagai dikoyak
sebab terlalu lama pasrah pada derita
kesetiaan diinjak

Demi amanat dan beban rakyat
kami nyatakan ke seluruh dunia
telah bangkit di tanah air
sebuah aksi perlawanan

terhadap kepalsuan dan kebohongan
yang bersarang dalam kekuasaan
orang-orang pemimpin gadungan

Maka ini pagi
dengan resmi
kamu mulai
aksi demonstrasi

Pernyataan ini
disahkan di Jakarta
kami
Mahasiswa Indonesia

PIDATO SEORANG DEMONSTRAN
(Karya Mansur Samin)

Mereka telah tembak teman kita
ketika mendobrak sekretariat negara
sekarang jelas bagi saudara
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia

Ketika kesukaran tambah menjadi
para menteri sibuk ke luar negeri
tapi korupsi tetap meraja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja

Ketika produksi negara kosong
para pemimpin asyik ngomong
tapi harga-harga terus menanjak
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja

Di masa gestok rakyat dibunuh
para menteri saling menuduh
kaum penjilat mulai beraksi
maka fitnah makin berjangkit
toh rakyat masih terus diam saja

Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?

 

NOVEMBER

Seperti pelancong larut dari perjalanan jauh
dibebani semua hasrat bermakna mimpi
kami hadir di November ini
membawa rahasia keharusan untuk ditanya
dekatlah kemari ke denyut kehidupan ini
dengar, dari kerinduan tanah air kami mulai

di tepi harapan sepanjang malam
pertanyaan makin tumpul dalam diri
adakah kepercayaan melahirkan pegangan
sedang pasar, gudang , kantor dan pabean
telah lam aluput tangkapan
karena berlaku hukum kediam-diaman

Bukan tidak percaya kami bertanya
sebab kami cinta apa yang kami yakini
jangan biarkan kami sendiri
mengadu pada arti November ini
bukankah bertahun semua tarohan siap merana
untuk kemenangan yang sama kita percaya

Seperti penanggung rindu kami datang kesampingmu
minta disingkap tabir rahasia itu
tuan-tuanlah pengemudi tanah air
sari kehidupan hasrat mencari
datanglah ke dapur kami ke baringan anak-anak kami
gelap dan terang jelaskan o, para budiman
dasar Kemerdekaan !

Bagaimana pula mendiamkan ini kenyataan
kerna sarat oleh goda cobaan
meri tegakan kesini ke November ini
bersaksi jasa dan nyawa-nyawa yang pergi
untuk kelanjutan nilai hari datang
ini kepercayaan jangan tangguhkan tapi lajukan
sebab nilai kenangan Indonesia
berakhir pada arti dan jiwa

 

BUKU HARIAN PRAJURIT

1. malam tengadah di atas kaca
akan sepi bermukim asing di sini
napas sisi jendela, jeriji besi-besi tua
menghisap angin dingin atas kekerdilan hati

Mengapa palu itu tak segera memutus
apah mereka tahu aku bukan pembunuh
hukum dunia mengnal noda untuk kira-kira
dada bunda hanya kenal sorga atau neraka

Malam tengadah di atas kaca
jauh dari hati melebur hari-hari pergi
kalung mentega, lonceng gereja dan layap mata
diliput batin ini antara hidup dan mati

kalaupun sesal tinggal dendam
berbeda harap dengan permintaan

2. Demi hukum keadilan, haii anak lajang !
tabir dosa kekal adalah garis penyelesaian
memberatimu saksi tangan, titik bukti tebal
adakah misal satu-satunya kau kenal ?

Begitu hati, wahai hati yang takut mati
sampaikan salam dunia dan diri sepi
kuyup mata, ruang dahaga dan doa setiap bunda
tiada mengharapkan dosa

Demi hukum keadilan haii anak lajang !
kami bawakan pelita melewati jalan-jalan sesal
kitab suci, sumpah murni dan tangis hati
akan memberkahi segi-segi yang bakal lahir

Dalam pemeriksaan dan misal kelanjutan
lenyap nilai jawab di tubuh jatuh terlentang

3. Dari hati yang tersirat, pengadilan yang terhormat !
aku bukan pembunuh Tuhan pun tahu
hidup ini bermain pada kira-kira dan sia-sia
dosa kita mencari bukti dalam misal

Jika salamku hilang ke tengah dunia
kasih pada hari-hari silam belum berakhir
dengan dosaku dan kemelut tahun yang berduka
tinggal garis henti, semua kata hilang arti

 

AGUSTUS

Berdirilah hening dalam kehampaan malam
jiwa siapa yang patut dikenang
hitung dari mula
kerna letak kejadian indah
adalah hadirnya upcara duka
membangun kepercayaan teguh

Apakah mereka dengan kita bicara
menghitung hari-hari silam kehilangan rupa
atas rumah-rumah di lingkaran gelap
atas anak-anak di ketiadaan harap
dari dulu terduga selalu

Berdrilah hening dalam kehampaan malam
ucapkan lunak kesanggupan yang bimbang
jangan tangisi, jangan hindari kenyataan ini
kerna fajar pagi akan membuka langit letihnya
menyediakan tanya untuk kita saling tidak bicara

Di mendung gerimis Agustus ini
simpanlah risalah lama melantung kedalaman
tentang hari-hari gemilang yang akan datang
tentang akhir-akhir hutang yang tiada pegangan
heningkan di sini, jangan dengan separo hati !

Berdirilah hening dalam kehampaan malam
melupakan cedera kehilangan rupa
tegakkan pula
suatu bentuk baru di hatimu mengorak jauh
suatu pandangan kudus di pilumu diam bergalau
kita pun semua tahu untuk apa mengenang itu.

 

HIJRAH

Ladang-ladang sepi langit bernyala
Berangkatlah ke mana saja
Antara nilai dan jiwa
Apa gunanya kita bicara
Hutan-hutan hening malam mengaca
Sedialah ingatan pasrah
Antara duka dan rana
Apa gunanya kita mendamba
Batas-batas tebing sungai kesumba
Saksikanlah korban binasa
Antara tangis dan gundah
Apa gunanya kita berhiba
Begitulah kita diburu
Ancaman maut tiap penjuru

 

DESA TINGGAL

Memisah puncak luasan
Segugus kecil jalan semak ke Selatan
Sampailah kiranya wilayah Angkola
Lenyap bertahun ditinggal pengembara
Secarik asap di kejauhan
Lebih mirip tikar pandan klabutan
Betapa ramai di situ dulu melincak alam
Kini berganti, benteng darurat dan gardu panjang
Bulir padimu kuning kemilau
Ke tanah rantau suling menghimbau
Desa tinggal di musim menuai ini
Menyentak ingatan kemelut hari-hari silam
Tapi kau dan aku, ah sebentar lagi
Lupakanlah perang, hidup baru menyinar di hadapan

 

MAKAM

Sekeping papan rimbun kembang lalang
Menyeling semak rumbia dan pokok tusam
Di sinilah kiranya tempatmu makam
Dikabarkan di front Selatan
Jiwa muda sering terbawa arus
Adakah itu nasibmu, adikku
Dari suratmu dulu berisi kata-kata garang
Masihkah ingat, apa kumaksud kesederhanaan?
Di bawah kemijap bintang dini malam
Memadat tangisku diam
Paman kita telah menyusulmu datang
Tinggallah adik
Memang hidupku sebaiknya tersisih
Arti perang sudah lama tak kumaklumi

 

PERAWAN

Sesegar ini malam bersih
Sekeping jendela masih terbuka
Hati perawan di lengkung sunyinya
Bertahun surat tak datang
Menyubur rindu membagi kenang
Tapi jejaka tak kunjung pulang
Jejaka anak terbuang
Pencari larut, kutukan bumi
Hasrat sekampung lebih baik ia mati
Perawan menanti
Kekeringan kasih
Di teluk hati
Jejaka makin kerasan di tanah Jawa
Hidupnya terkubur dalam sajak

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler