Skip to Content

PUISI-PUISI MATHORI A. ELWA

Foto SIHALOHOLISTICK

MATHORI A ELWA, dilahirkan di Magelang. Menulis sajak sejak SMA. Alumnus PP Jamsaren Surakarta , MA-SMA I Al-Islam Surakarta, dan Fak. Ushuluddin Program Teologi & Filsafat IAIN Sunan Kalijaga ini pernah membacakan sajak-sajaknya—antara lain—di Gedung Kesenian (GK) Purna Budaya Yogyakarta, Hall IAIN Sunan Kalijaga, GK Rumentang Siang Bandung, Galeri Popo Iskandar Bandung, GK Tasikmalaya, GK Nyi Rara Santang Cirebon, Teater Arena Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Fakultas Sastra UGM, Kedai Kebun, Teater Arena Surakarta, Galeri Nasional Jakarta, dan Festival Puisi Internasional Indonesia 2002. Buku sajaknya yang sudah terbit antara lain Yang Maha Syahwat (Yogyakarta: LKiS, 1997), Rajah Negeri Istighfar (Yogyakarta: Aksara Indonesia, 2001), dan Aku Pernah Singgah di Kotamu (Bandung: Kiblat Buku Utama, 2008)

 

TAK SEPAHAM
: menengok demokrasi di r.s. nusantara indah

 

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku meniru abu bakar
kalian kritik aku berlagak sabar

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku meniru umar bin khaththab
kalian kritik aku ghodhob

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku meniru utsman bin affan
kalian kritik aku terlalu dermawan

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku meniru ali bin abi thalib
kalian kritik aku nglakoni ilmu gaib

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku hanya meniru kanjeng nabi
kalian kritik aku berlagak sufi

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku bersilaturahmi pada penguni makam
kalian kritik aku penganut aliran kepercayaan

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku hanya bertaubat mengerjakan doa
kalian kritik aku tak mau bekerja

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku sembunyikan pekerjaan besar
kalian kritik aku terancam lapar

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku mengajak orang berjihad dengan harta
kalian kritik aku menjilat orang kaya

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku mengajak orang berjuang dengan jiwa
kalian kritik aku putus asa

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku mengajak orang belajar pada yang mahatahu
kalian kritik aku terjerumus dalam keanehan tingkah laku

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku mengajak orang segera istighosah
kalian kritik aku takut dan gelisah

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku uzlah menjaga jarak dengan konflik
kalian kritik aku sok dan munafik

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku pindah tempat hijrah menghindari maksiat
kalian kritik aku meninggalkan tanggung jawab

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku mengemukakan pendapat dan tabayyun
kalian kritik aku membuat orang makin bingung

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku diam puasa bicara
kalian kritik aku tak punya rasa

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku mempercayakan orang sesuai ahlinya
kalian kritik aku karena tak becus mengerjakannya

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku kerjakan sendiri sesuai tuntutan
kalian kritik aku rakus dan tiran

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku datang sesuai undangan
kalian kritik aku mau mencuri makanan

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku menjawab sesuai pertanyaan
kalian kritik aku tak menjawab kebenaran

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku jujur apa adanya
kalian kritik aku membuka rahasia

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku konsisten tak mau buka rahasia
kalian kritik aku tak terbuka

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku katakan apa adanya
kalian kritik aku bohong belaka

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku diam tak bertindak
kalian kritik aku pengecut

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku bertindak tegas
kalian kritik aku penindas

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku kritik kalian
kalian kritik aku kejam nian

aku tak paham
jalan pikiran kalian
aku kritik diriku sendiri
kalian kritik aku melarikan diri

masing-masing kita memang cerdas
alias
tak punya perasaan

di manakah moralitas?
meminjam ungkapan ebit
tanyakan pada kursi yang digoyang
kalau yang duduk undur diri
baru kita tahu rasa

Agustus, 2000

 

Suluk

memetik pelajaran dari daun-daun
hidup tumbuh berguguran
bersama waktu, matahari dan rindu

dari lautan tinta
aku menulis berkah
manfaat dan madarat
saling bercumbu
menempa parang cinta
menggosok batu permata

jika bencana telah usai
pertempuran sebenarnya baru dimulai
agar tetap tegar dan waspada
bersama pertapa
aku memilih fajar

1990

 

SAKIT
ribuan sajak minta ditulis segera
dalam kertas
seperti rasa rindu yang mengeram
seperti resep dokter

ribuan sajak kautelan
bersama waktu
pagi siang dan malam
seperti ingin bersama selalu

tak kunjung sembuh juga
sakit jiwamu?
1994

 

ADA KEMATIAN
ada kematian
lewat di depan rumah
tampak dari sembilan puluh jendela
aduh cantiknya

ada kematian
jalan-jalan sore hari
esok pagi, katanya
mau main ke sini

ada kematian
berkunjung ke rumah
besok malam, janjinya
mau singgah
: ah!
1993

 

JADZAB
: KAMU
berhentilah memandangku begitu, sayang
agar aku tak gelisah. Agar aku tak susah tidur
ingin rasanya kauludahi saja wajahku
yang gosong oleh waktu
kini aku pilih jadi anak-anak kembali
agar engkau jengkel, “Nakalnya anak ini!”

berhentilah nancapkan paku asmara, sayang
agar aku tak jatuh cinta. Agar aku tak terkapar
ingin rasanya kaubunh saja pohon cintaku
yang roboh oleh seteru
kini aku menjelma maling dan kecu
agar engkau menghukumku

berhentilah menggodaku, sayang
agar aku tak gede rasa. Agar aku tak pingsan
ingin rasanya kaucakar saja tubuh ini
yang mati rasa oleh amarah
kini aku mengubah diri jadi musuhmu
agar engkau makin galak kepadaku

berhentilah marah kepadaku, sayang
agar kau tak malah penasaran. Agar aku tak makin gila padamu
ingin rasanya kauusir saja hidupku
yang moksa oleh kebohongan
kini kuperankan seorang pengkhianat
agar engkau makin cemburu

berhentilah menangis, sayang
agar aku tak mengucurkan airmata. Agar aku tak membaca rahasia
ingin rasanya kauhapus saja namaku
yang neraka oleh dendam dan benci
kini aku menjadi doa
agar engkau amin!
2001

 

MIMPI TELAGA
pada sebuah arus rahasia
tak jauh dari tempat berbaring
antara makam dan sebuah musium
kulepas perahu purba
nuh, luth, musa

dan negeri-negeri terkutuk
berseliweran dalam tidur jaga
membentang di antara tahajud
dan tangis yang membusuk, rabbana
seorang tamu ditakdirkan (akan?) datang
pagi-pagi sekali
menagih hutang (kematian?)
mengajak pergi

—engkau mungkin nyinyir
tertawa getir
kapankah para pengungsi abadi
pernah punya tempat yang dapat disinggahi
hingga ada yang sempat berpikir
ingin menjumpaimu lagi?

hutang demi hutang menumpuk
dalam dada, tas plastik dan sibuk
pegunungan putus asa tumbuh sebagai bisul-bisul
doa apakah yang terkandung dalam derita ayyub
zabur, taurat, injil, al-quran berdengung dalam telingaku yang tuli
puluhan nama nabi dan rasul menziarahi mayat hidupku
samiri, fir’aun, abrahah, abu lahab
jengis khan, hitler, orde baru tumbuh subur sebagai pohon kalap
gigiku menyeringai di antara jutawan wisatawan dan penganut agama
dada, paha dan selangkangan kalian
adalah dajjal yang menyedot habis nuthfah para pengritik
jutaan ular weling menjelma bursa effek
bajak laut dan udara kenakan surban para nabi dan rabbi
meledakkan bom dan gunung-gunung rahasia
dalam amarah, dengki dan dendam kesumat

kucoba membaca takdir
dan di pagi buta itu
sebelum penagih hutang dan kematian lainnya menjemputku
kuukir terlebih dahulu huruf demi huruf
pada dinding perahu
aku bermimpi nuh bermimpi ibrahim bermimpi musa
bermimpi sulaiman bermimpi musthafâ habîbinâ
bermimpi tuhan
bermimpi telaga
mata air dari barat atau timurkah itu
menghanyutkan perahu doa dan dukacintaku?
permohonan telah mendidih dalam magma ubun-ubun jiwa
shalawat dan salam padamu, ya musthafa habibina
mengalir dalam hatiku yang busuk
menggumpal dalam dahak dan ludah hilafku yang sempurna
nafasku tersengal sebagai sejarah yang terpenggal
menggendong derita dan bahagia
memanggul pelarian
melolong sebagai qithmir
menembus kegelapan makrifat
tersingkir dari jalan tembus khidhir

 

KEPADA UMBU LANDU PARANGGI
pertapa sembahyang di pucuk daun alang
rerumput berjemur di tengah sawah
para petani kalimat menanam gelisah
di ladang yang pongah

pejalan semadi di puncak hilang
rerumputan menjemput maut di padang-padang
pera penari menunggang kuda sembrani
di ufuk matahari kintamani

pesolek sembahyang dalam bara api
tulang daging ruh menyelam di kuta
brahmana ksatria bertempur melawan sudra
di nganga ngaben pariwisata
penyair samsara
di pulau dewata

SIDI GEDE-LETEH
Kado bagi Penganten

di sidi gede hingga leteh
para pendaki bukit itu
tak lelahnya menulis puisi
memang, harus ada yang tak terpahami
agar engkau bersaksi
bahwa, tiada tuhan selain allah
: tabir pelan-pelan terbuka
cinta pun terungkapkan
genderang rindu ditabuh
hingga subuh bertalu-talu
di sini hari selalu mulai
bagai tak mengenal ajal
berasa pengantin baru
tersenyum abadi dan kekal
ada warna yang selalu hijau
putih dan surga
tersembunyi di balik wajah pucat dunia
masuklah. Salamun qaulam mir-rabbir-raham
salamun qaulam mir-rabbir-raham
salamun qaulam mir-rabbir-raham
allahumma inna nas’aluka malaikata jibra’ila, waisriafila wa ‘izra’ila
innaka ‘ala kulli syai’in-qadir
al-hamdulillahi rabbil-‘alaman...
al-fatihah!

 

CATATAN UNTUK KEBENCIAN

kebencian, telah kucoba melupakanmu
setiap berpapasan denganmu
kupalingkan wajahku ke langit dan cakrawala cinta
dasar setan belut
tubuhmu selalu saja tak kukenali: luput
tak kusadari tahu-tahu engkau telah menjelma cinta palsu
yang kupuja dan kubela-bela sampai sekarat
kaujebak aku dalam lingkaran kebusukan
apakah jika begitu aku kudu memusnahkanmu?
Mathori A Elwa, 20, 2, 2004

 

KUPINANG ENGKAU DENGAN SAJAK

kupinang engkau, kekasih
dengan sajak
suka dan duka kita satukan
petaka dan keberuntungan
ialah malam dan siang
marilah kita sama-sama dekap
erat-erat
di setiap laut pasti ada ombak
karena angin adalah kekasihnya
dan setiap cinta ada nyerinya
karena cemburu adalah darah apinya
rindu kita sudah sama-sama mendidih lama sekali
dan setiap pagi
di musim dingin nanti
kita akan mandi bersama
air hangat kehidupan
agar kita sama-sama tahu
makna sesungguhnya kebersamaan
kita telah lama berangkat dewasa
hingga ingin menjadi kanak-kanak semula
pada hari libur suamimu akan bersiul di depan rumah
minum kopi kelegaan
ada saat di mana pekerjaan dan tetekbengek soal masyarakat
kita anggap sebagai bola sepak atau sarana olahraga
atau makanan tambahan dari kehidupan
engkau memasak makanan favorit kita
dan aku membersihkan mobil dan beranda
melupakan kemiskinan
hari-hari akan kita lalui dengan mulus
dan setiap malam jumat kita harus beribadah
agar menghasilkan anak yang berkualitas
kehidupan harus kita seduh bersama
agar seperti kopi atau teh nasgitel
sedap rasanya
kematian dan duka cita
kapan-kapan pasti datang
seperti godaan dan kesulitan-kesulitan
besar atau kecil
sudah pasti ada
dan itulah realitas. Ah!
tapi kita harus tersenyum terus
menyambut apa atau
siapapun yang datang ke rumah kita
jangan tanya mau apa
kita akan berikan apa yang terbaik bagi tamu tuhan itu
apa yang ia mau
mungkin kita bisa membantu
melaksanakan kebajikan
yang susah direalisirnya
ketika sore tiba
kita sediakan waktu yang khusus untuk
memikirkan hal-hal yang terdalam
dari kehidupan yang serba materialistik ini
dan jika malam tiba
kita bisa beribadah lagi
sebagai suami-istri
kita perlu nafkah batin
dan saat yang tepat
setelah shalat ‘isya’
untuk saling menyelimuti
kita bersyukur diciptakan sebagai manusia yang sempurna
dan lengkap
punya hati, onderdil unik yang hebat
dan berfungsi
meskipun nampak aneh ketika kita sama-sama bercermin
orang lain tetap tak boleh
tahu detil apa yang kita lakukan
dengan benda-benda aneh dan rahasia kita
anugerah yang mahakuasa
dulu ketika kecil
kita mungkin pernah berkhayal menjadi pengantin
dan nanti kita tidak sedang berkhayal lagi
sudah tidak musim
kita sudah sama-sama dewasa
bukan kanak-kanak mula
meskipun jika kita berdua
malam-malam begini
kita sudah lupa
bahwa kita benar-benar jadi anak-anak kembali
manja sekali
kupinang engkau suatu saat
secepatnya
setiap makhluk ada pasangannya
(kalau tidak, bukan makhluk namanya)
aku sudah besar
engkau pun demikian
tunggu apa
kita sama-sama mapan
jika ada masalah
semua dapat ditata
kesulitan pasti ada
karena itu tantangan
lelaki sejati pantang menyerah
perempuan sejati juga pantang menyerah
apapun bisa saja terjadi
dan kita dianugerahi otak dan hati
tuhan menyediakan doa, sedekah dan sillaturrahmi
sebagai fasilitas spiritual
untuk mengubah takdir dan nasib buruk
garis hidup yang misterius
tapi benar-benar nyata
ada kalanya kita juga bisa pening
menghadapi peliknya hal dan soal
ada kalanya kita mudah melupakannya
itulah isi dunia
kita punya banyak kehendak
tuhan yang menentukan
(salah sendiri banyak keinginan
mestinya satu, dua, atau tiga saja)
selebihnya wallahua‘lam, tawakkal
kita serahkan
baik atau buruk
sudah digariskan
tapi tetap saja kupinang engkau segera
setiap pagi ada embun
hinggap di apa saja
tapi tidak setiap siang ada matahari
tak setiap malam ada bintang atau rembulan
tapi terimalah lamaranku, kekasih
agar matahari tetap bersinar
bintang-bintang menghiasi langit
dan purnama kehidupan
mewarnai malam-malam kita
pepohonan tumbuh atau berguguran
alam bernyanyi
seperti burung-burung yang berkicau di pagi buta
kehidupan jadi fajar
cinta kita hangat dan berangsur membara
agar istirah kita
di senja nanti enak dan surga
kita sepakat untuk tidak mudah marah
dan cemburu buta
apalagi keluar sumpah serapah
kita punya mulut yang bagus
untuk saling berciuman
bukan saling mengumpat
kita punya tangan yang lentur dan sempurna
untuk saling meraba
bukan saling menampar
kita punya badan dan jiwa yang sehat
untuk bergesekan dan bersetubuh
bukan saling berjauhan
dan terimalah bisikan cintaku
dan pasrah jiwaraga
di haribaanmu yang lembut dan suci

kupinang engkau dengan sajak
dan cinta
setiap duka ada akhirnya
setiap luka ada obatnya
setiap lakon ada endingnya
tapi inilah awal kita memulai
membuat lakon bersama
mengarungi takdir yang lebih baru
melintasi samudra cinta kasih
menuju kebahagian lahir dan batin
sesuai pancasila
dan undang-undang dasar ’45...

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler