Skip to Content

PUISI-PUISI TAN LIOE IE

Foto SIHALOHOLISTICK

BURUNG PEMATUK BIJI MATA

Burung apa yang bertengger di kepalamu?

Sementara kau terus berdoa

sambil menghitung biji-biji tasbih

dari waktu yang batu.

 

Tiba-tiba terserap kau ke dalam pintu

Membuka dan menutup diri

Menjadi tua dan lapuk.

 

Aneh, meski keras kau guncangkan kepalamu

burung itu tak juga pergi

menunggu saat mematuk biji-biji matamu.

 

Lalu ruh angin datang

       menerbangkan

ruhmu ke peniupnya

 

Dan kau pun tahu

Mata yang padam

Tak menyimpan cahaya

 

HU

Sediakan tubuhmu

Dewa hendak masuk

Hirup berbatang asap dupa

Dengarkan mantra pelupa

Menari dan torehkan pedang sakti

Guratkan tuah aksara dari alam dewa-dewi

Jadilah Hu! Lidah darah dewa

Mengawal pintu-pintu

Bersama Sin Touw dan Ut Lui

Menangkal jurik, demit, setan pengganggu

Menangkal segala yang jahat

 

Tapi, iblis dalam diri

       dapatkah ditangkalnya?

 

Hu. Bunga bintang timur

Mengetuk pintu langit

Mengetuk pintu bumi

Mengawal pintu-pintu

Bersama Sin Touw dan Ut Lui

 

Tapi, masih ada yang masuk

Ke bilik-bilik rahasia

Mencuri sebagian diri anak-anak

Mencuri sebagian diri kita

Hu, tak menangkalnya

Sin Touw dan Ut Lui membiarkannya

 

Apa sifatnya?

Keterangan:

-        Hu : jimat penangkal “kekuatan” jahat

-        Sin Touw dan Ut Lui, adalah dua dewa pintu

 

 

KUPU-KUPU SAMPEK ENGTAY

sungai mati, tak mengalir

di atasnya perahu melaju

 

Tubuh terkubur

Cinta tidak. Maka

     retak nisan

Dan sepasang kupu-kupu

     terbang dari celahnya.

 

Tak angin, tak hujan dapat menghadang

Di daerah antara, ia hidup

Abad-abad terbang

yang disangga suka kita

 

Kita suka yang kita hindari. Jalan

samar yang tak hendak kita lalui.

 

Di daerah antara

risik daun berbisik:

     “kupu-kupu pertanda maut

     kupu-kupu pertanda tamu.”                                                                                                                                                          

Maut, tamu bersayap

Tak pernah lelah menerbangkan arwah.

 

CING BING

Sepasang kupu-kupu

       menerbangkan khayal alam

       Sampek Engtay

Benih yang ditanam

telah tumbuh

Berpijak di bumi

menggapai langit

 

Untuk Giam Lo Ong

dibelah semangka merah

Sebab tertulis di langit:

       Belah semangka merah

       Tak putus garis turunan

 

Di depan Bong Pai

Anak-cucu bertanya-tanya:

       Santapan tersaji

       bagi lapar ruh

       atau lapar daging?

 

Sepasang kupu-kupu mendekat

membaca tanya

berkata:

       Santapan kasih

       bagi ruh

       bagi daging

 

Sepasang mata uang

       berwajah beda

Sepasang kupu-kupu

       terbang ke sayap silam

Batang-batang lilin leleh

       dari cahaya ke cahaya

 

Ket:

-        Cing Bing, upacara bersih kubur

-        Giam Lo Ong, raja akhirat

-        Bong Pai, batu nisan

 

 

PUISI

Kantuk adalah kutuk

     bagi mata yang enggan pejam

Mata setajam mata elang

     menyambar segala

            yang jadi puisi

nafas penyair

     di mana kata-kata

menggeliat hidup

 

Bahkan setelah kau pejam

     oleh kantuk yang memberat

            tak tertahankan

masih saja kata-kata itu

     menggeliat

            menjadi dirinya

            menjadi dirimu

 

MATA YANG TAK TAKUT

Saat lelah

Langit leleh ke laut

 

Tubuh kebas

Menolak sentuh

 

Ikan-ikan menggigil

Seakan asing dari laut

 

Dan senja menebar kabut

Bagi mata yang tak takut

 

 

ANGGUR LANGIT

Kita abaikan

Singa bersayap

Yang bersemayam

Di atas cawan anggur

 

Bersulang kita bersulang

Melenggang kita di depan nasib

Jala yang terayun di udara

Diintai binatang pengerat

 

Bumi jadi perahu

Melaju ke bulan dan bintang

Yang menari

Seirama siul lembah

Dan nyanyian bunga-bunga

Begitu riang. Begitu riang

 

Kalian yang di remang senja

Di gelap malam

Mari ikut bersulang

Anggur ini dicurahkan langit

Untuk kita

Yang tak jemu meramu hidup

Telapak dengan sekawanan jari

Yang tak mengenal tikai

 

Singa bersayap jadi lumpuh taring

Oleh anggur langit ini

 

Begitu riang. Begitu riang kita

Serupa kanak-kanak

Kekasih Tuhan

 

MALAIKAT BIRU KOTA HOBART

Musim gugur mencopot daun-daun. Malaikat

biru yang tabah di segala musim

menyanyikan nina bobo bagi gunung

penjaga gerbang kota

Burung-burung laut, merpati-merpati

mendekat saat ditembangkannya ayat-ayat hidup

Maka keriangan bagi semua

 

Tapi siapa meratap di kejauhan? Malaikat-

malaikat baru telah lahir

dari legam tubuh hangus. Musim gugur

yang lain melekatkan daun telinganya ke pasir

 

Kau katakan ratap itu karena

bayang-bayang dalam diri tak sepatuh

bayang-bayang di luar diri

Bukan kawan. Bukan. Legam itu

sungguh bukan bayang-bayang

 

Terbanglah. Bacakan ayat-ayat hidup

bagi yang tenggelam oleh duka

Terbang dan lihatlah

orang-orang membakar separuh dirinya

menjadi separuh manusia

 

Sesaat gundah juga hatimu

menangkap deru angin yang tak kau kenal

dari musim gugur yang lain

Tapi sayapmu tak cukup kuat

untuk terbang jauh, katamu

Maka kembali kau nyanyikan

nina bobo dan ayat-ayat hidup

bagi gunung dan kotamu

 

Dan keriangan bagi semua

 

MALAM CAHAYA LAMPION

Lampion. Tarian naga bersayap

       di tanah ini. Tanah hidupku

Tempat angin pertama menyentuh.

 

Matamukah setajam silet

       mengulitiku. Kesurupan

Atau mabukkah kau? Benamkan

kepalamu. Bayangkan

       kita dikuliti bumi

Dan semut-semut bersarang

       di liang mata

 

Tubuh tak kekal

Jiwa diterbangkan naga

       di malam cahaya lampion

       di waktu

tak terbaca telapak nasib.

 

DEWA DAPUR CHAO KUNG

Rasa malu mengantar tubuh

Jadi abu. Maka dewa dapurlah ia

Bermata api bertubuh asap

Menyelinap di anglo dan panci

Bersiul teko, berdendang dandang

Mengendap-endap di antara lengkuas, jahe, cabai

Sepanjang tahun menyusun laporan rahasia

Tentang penghuni rumah berdapur

Bisa sepedas cabai, bisa segurih gulai

Bisa semanis gula, bisa sepahit pare

Bisa pula sejernih air atau segelap jelaga

 

24 Cap Ji Gwee, asap tubuhnya menjadi awan

Membumbung ke istana langit

Melapor kepada kaisar langit. Perempuan

Masih saja perempuan yang banyak dilaporkan

Lalu lelaki? Dan yang tak berumah, tak berdapur?

 

4 Cia Gwee, bersama angin barat

Menukik ia melintasi naga ekor api

Pilar penyangga langit

Kembali ke dapur-dapur

Menyusun laporan baru

Berkah bagi si baik, hukuman bagi si jahat

 

Tapi si busuk hati, penguasa tamak

Pandai berkelit

Tahta darah berlimpah harta

Mencuri lebih mahir dari tuyul

Banyak yang dikelabui

Pun Chao Kung

 

Musim berganti

Dapur beralih rupa

Chao Kung semakin uzur

Mata api meredup

Saatnya diganti dewa muda

Yang tak dapat dikelabui

Menjaga alasan memuja dewa

Dan berkah bagi si baik, hukuman bagi si jahat

 

Ket.

-        24 Cap Ji Gwee = tanggal 24 bulan 12 Imlek

-        4 Cia Gwee = tanggal 4 bulan 1 Imlek

 

 

LAGRIMA

Air mata siapa begitu merdu?

Berdenting lewat gitarmu

 

Air mata tak berkelamin

Dan kau tak percaya

Tangis tabu bagi lelaki

Maka kau lantunkan lewat gitar

 

Kau puja air mata

Karena keindahan

Dan untuk keindahan

 

Melacak jejak air mata

Kau temukan pemburu air mata

Menguras kering kantung air mata

Bukan karena keindahan

Bukan untuk keindahan

 

Kau lagukan pula hidup

Yang melodi dan irama

Bertambah cepat dalam accelerando

Melambat dalam ritardando

Mengeras lewat cresendo

Lalu sayup dan senyap

 

Air mata siapa berkilau indah?

Menutup lagumu.

 

 

TENTANG TAN LIOE IE

Tan Lioe Ie lahir di Denpasar, menamatkan SD hingga SMA di kota yang sama. Pernah kuliah di fakultas teknik arsitektur Universitas Jakarta (tidak tamat). Menyelesaikan studi S1 Manajemen di Universitas Udayana. Selain menulis puisi, juga melakukan musikalisasi puisi, menulis cerpen dan artikel. Pernah aktif di Sanggar Minum Kopi (SMK).  Tahun 2003 mengikuti Tasmanian Reader dan Writer Festival, serta menjadi Writer in Residence di Tasmania, Australia. Kumpulan puisinya yang lain adalah Kita Bersaudara (diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Dr. Thomas Hunter Jr, We Are All One)

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler