Skip to Content

PUISI-PUISI BY. TAND

Foto SIHALOHOLISTICK

DOA SEORANG MANUSIA

Tuhanku

Jadikan aku batu-batu tembok kota Jakarta

biar kusimpan semua rahasia penghuninya

dalam diamku yang setia

Karena diamku sebagai manusia

tak dapat kupercaya

Jakarta, 1980

 

DAUN-DAUN MENATAP

Daun-daun menatap setelah hujan reda

ke mana perginya deru angin yang menyebarkan

uap jerami dari ladang-ladang terbuka

sementara laut hijau di celah jari-jari hari

tiba-tiba bangkit memacakkan tiang-tiang

di beranda rumah tinggal

 

Barangkali dia kembali kepada ombak

ibu kandung yang menyusuinya

sampai dewasa

kemudian menjadi badai

yang bakal menyinggahkan bayang-bayang panjang

di setiap pantai.

1980

 

RINDU-RINDU

Ombak menggoreskan rindu di batu-batu

Angin menggoreskan rindu di bukit-bukit

di batu-batu

di bukit-bukit

kita hempaskan rindu kita, kita hempaskan

berderai batu-batu, berderailah

berderai bukit-bukit, berderailah

 

Berderailah rindu-rinduku

tumpah di telapak kakimu.

1980

 

WAKTU

Dalam deras sungaimu

aku dan waktu berpacu

mendaki bukit sunyi

yang kaujanjikan

 

Hiruk pikuk suara

menggapai langit putihmu

terlempar ke kolam-kolam

Lihat!

Ikan-ikan berenang menimba waktu

mencari matahari di teluk-teluk pualam

Tetapi tiba-tiba malam menjalanya

dengan kain sutera

yang kausimpan di surga

 

Aku dan waktu berjanji

akan berhenti pada stasiun terakhir

kereta senja yang kausediakan

Tak ada percakapan

kecuali sepi

sekali-sekali mengetuk pintu

menjengukku

Aku tahu sebentar lagi

roda kereta berputar makin perlahan

sementara waktu di sisiku tersipu

memandangku.

1982

 

MENGAPA TIBA-TIBA KAU MENJADI ASING

Mengapa tiba-tiba kau menjadi asing

ketika angin beku dan teka-teki itu

tak juga terjawab.

 

Sebelum sisa senja itu tenggelam

katakanlah sesuatu. Dengan tersipu

batu-batu itu kaudengar mengaduh

getarnya terasa mendenyut

dalam mimpimu.

1980

 

TIBA-TIBA KITA TEMUKAN DIRI KITA

Tiba-tiba

kita temukan diri kita

lengkap. Terperangkap

dalam nisbi.

Sia-sia!

1980

 

DALAM LAUTKU KAPAL-KAPAL BERTOLAK DAN BERLABUH

Dalam lautku

kapal-kapal bertolak

memuat luka-luka

 

Dalam lautku

kapal-kapal berlabuh

menyusukan luka-luka

 

Tiba-tiba badai bangkit

menelan lautku

ke dalam lautmu.

1981

 

LUKA

Luka Adam

kita basuh dengan cuka

nyerinya berjangkit ke udara

Hiruplah!

 

Dosa Adam

kita tebus dengan luka

darahnya berceceran ke bumi

Teguklah!

1980

 

DIAM, II

Kautuliskan diam di pasir-pasir

tak sempat terbaca angin

kaudesahkan diam di gumam-gumam

tak sempat terdengar angin

 

Diamlah diam

angin selalu sibuk

angin selalu sibuk, saudara

diamlah dalam diammu

arif dan bijaksana!

1980

 

PRAHARA

Prahara bermula dari laut dosa telaga purba

mencoretkan dendam demi dendam manusia

di dinding-dinding laut terbuka

mengunyah darah dagingnya

 

Sepi berderit

mengayuh perahu-perahu ke hulu

di hilir sungai-sungai keruh

pasir di pantai menjeritkan keluh

ke angkasa luka

Tuhan kita terbunuh

di mana-mana

darahnya jadi sungai

mengalirkan racun nestapa

 

Angin menjulangkan ombak

ke langit hijau

mengetuk pintu demi pintu. Malaikat

dengan jari-jari putih

mencatatkan rindu demi rindu

pada daun-daun ungu

dan jendela-jendela termangu

 

Ombak laut hijauku

julangkan aku

ke pucuk sepimu sayup-sayup ke puncak sepiku

mereguk gerimis bulan sendu. Atau karamkan aku

ke laut tangismu karena perahuku telah kutambatkan

pada hijau lumut di batu-batu

1982

 

CERMIN, I

Kudekap gemetar lautmu

dan bayang-bayang

yang hampir hilang

tatkala cahaya merebut gelap

dari sisiku

 

Ke mana hilangnya sajak-sajak

yang kutuliskan dengan angin

pada bayang-bayangmu di cermin itu

Masuklah kembali, wahai

masuklah. Barangkali sebentar lagi

tangan-tangan senja menutup

pintu-pintu.

1982

 

CERMIN, II

Adakah kaudengar?

suara bergetar bangkit dari bangkai anjing

di tepi jalan itu ramah menyapamu

Ketika kau tergagap

suara itu menyelinap

masuk merebut senyap dari setangkai bunga hutan

yang sedang membuka kelopaknya

 

Sebaris angin singgah dari perjalanannya yang jauh

mengipas-ngipaskan sayapnya kemudian memetik detik-detik

yang terlepas dari jari waktu pada mata bangkai anjing itu. Adakah

kautangkap?

Seluruhnya dan cuaca yang tiba-tiba redup

meneteskan gerimis sepanjang hari itu?

 

CERMIN, III

Setiap saat jam bertanya kepada waktu

Pukul berapa sekarang?

Jam hanya menggerak-gerakkan tangannya

menunjuk pada angka-angka

Tetapi dia tahu

jam sudah letih dan semakin pelupa

sementara di luar hari sibuk menghitung

daun-daunnya yang gugur sebelum senja tiba

dan saat-saat waktu istirahat panjang.

1982

 

KALAU MASIH ADA PILIHAN LAIN

(kepada Federico Garcia Lorca)

 

Kalau masih ada pilihan lain

kupilih ombak ganas. Menghempas

dalam matamu. Semak belukar

hangus terbakar

dalam dendam

Hutan jati menggeliat

dalam api

 

Kupilih kau Federicoku

angin patah-patah hinggap

di puncak kuda zanggi

bulan purnama

Kita pacu tanpa pelana

kita taburkan racun

di langit Granada

 

Dan jika boleh memilih lagi

kupilih jalan itu juga, kata Louis Aragon

mungkin kepadamu

Kalau masih ada pilihan lain

kupilih jalan itu juga, kataku

Cordobamu!

Indonesiaku!

Medan, 1981

 

APIKU, AIRKU, ANGINKU, TANAHKU

Di atas apiku kubakar matahari

luka-luka kubasuh dalam airku

Kepada anginku kutaburkan rindu-rindu

dendam-dendam kutanamkan ke dalam tanahku

 

Asal api pulang ke api

Asal air pulang ke air

Asal angin pulang ke angin

Asal tanah pulang ke tanah

 

Matahariku pulang ke matahari

luka-lukaku pulang ke luka-luka

Rindu-rinduku pulang ke rindu

dendam-dendamku pulang ke dendam

 

Tuhanku

kukembalikan matahariku

kukembalikan luka-lukaku

kukembalikan rindu-rinduku

kukembalikan dendam-dendamku

kepada-Mu

Telah kubasuh luka Adam

dengan darahku sendiri.

1981

 

 

TENTANG B. Y. TAND

B. Y. Tand lahir 10 Agustus 1942 di Indrapura, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara. Mulai menulis puisi, cerpen, kritik/esai sastra sejak tahun 1963 di berbagai Koran di Medan, juga pernah di Berita Buana, Merdeka, Horison, Basis, dan Dewan Sastra (Kuala Lumpur). Sejak 1976 bekerja sebagai Penilik Kebudayaan pada Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kec. Sir Putih, Asahan di Indrapura. Karyanya: Bunga Laut (puisi, 1977), Tangkahan (puisi, cerpen, esai, 1978), Ketika Matahari Tertidur (1979), Khatulistiwa (puisi, 1982) dan 25 Cerpen (1979).

Pilihan tampilan komentar

Pilih cara kesukaan Anda untuk menampilkan komentar dan klik "Simpan pengaturan" untuk mengaktifkan perubahan.
Foto mpramanayudhistira

Terimakasih mas udah

Terimakasih mas udah mempublish sajak atok saya.. Salam hormat

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler