Skip to Content

PUISI-PUISI Y. THENDRA BP

Foto SIHALOHOLISTICK

TAMAN BERMAIN

di taman bermain

merendah angin pada bunga bunga

dua kanak-kanak berkejaran dalam mata

dua kanak-kanak dalam diri bicara

 

+ kita mau ke mana?

-  ke mana saja asal ada tempat bermain

+ hari sudah petang

-  aku belum mau pulang

 

NOKTURNAL

suara mesin dalam kepala

getar dada melintasi negeri malam

cahyamukah mendera kaca jendela kereta?

ada panggilan tak terjawab di telepon genggam

 

MENINGGALKAN PULAU PENYENGAT

dalam gerimis petang,

bersama pompong

aku tinggalkan pulau penyengat

tanpa menziarahi gurindam dua belas.

aku membaca pasal 13:

air laut yang kembali kepada laut

 

kesunyian bangkit

antara tiang kapal yang bersandar

dan kibasan sayap burung burung

langit yang jauh, langit yang jauh

semuram punggung laut

seperti dentuman pertama

meriam paranggi di selat malaka

mengusir bahasa melayu

 

aku menghirup angin garam

telepon genggamku masih memiliki sinyal

antara rambut gimbal saut dan kacamata bode

aku mendengar sorak-sorai

orang-orang membangkitkan yang mati

jadi hantu laut merompak pelayaran bahasa

 

pom pong pom pong

pom pong pom pong

 

PENGAKUAN

dari manakah aku belajar mencintai sesuatu yang

mulanya begitu jauh?

seperti gugusan bintang di langit september itu,

                                         tak kupahami utuh.

aku hanya ingin mencintaimu tanpa alasan yang rumit –

misalnya, perang yang tak berkesudahan, warna kulit,

                                          kelamin, dan tuhan.

biarlah cinta tumbuh sebagaimana biji pala di negeriku,

sebagaimana akar menyembunyikan dirinya ke dalam

                                          bumi lembab di negerimu.

demi nektar bunga tulip itu

demi kupu-kupu yang terbang di biru matamu

 

cinta telah mengubah diriku tak pernah merasa

                                          tua dan pengantuk

juga mematah jarak antara kita, memanggil pagi

                                          cemerlang untukmu,

menghiasi sunyi mimpi daun musim gugur

            dalam postcard yang kau kirim padaku.

 

MANUSIA PERGI

seekor bangau melintas di langit petang

melintas menuju sarang

aku yang bergegas

ke mana mesti pulang?

 

aku manusia pergi

menyimpan banyak lambaian

menahan ragam kenangan

 

NGAI OI NGI

waktu yang singkat

menyusun ingatan yang panjang, mei lan

di belinyu, di belinyu

kita bertemu

ruko ruko tutup pada jam 4 petang

dikepung bekas lubang-lubang tambang

yang ditinggalkan

 

aku menggenggam tanganmu lebih dalam

-- tangan yang datang dari negeri hutan terbakar --

di benteng bongkap, pha kak liang

pantai penyusuk atau di bawah bulan

ketika listrik padam

pada jam 9 malam

 

tetapi sepanjang jalan depati amir

angin mengembalikan tangan kita

jadi milik masing-masing

agar bisa menangkap senja

bangunan-bangunan tua

dari masa gemilang timah

hingga kesedihan

orang-orang hakka

dalam pembakaran taiseja

 

agar bisa merasakan

suara mereka yang hidup dan tak bisa pulang

lalu membangun kampung dalam dirinya

jauh lebih sunyi, jauh lebih sunyi

daripada sihir puisi

igauan pelayaran

yang tak pernah menyentuh lautan

belinyu-yogyakarta, agustus 2009

 

DISEBABKAN HUMOR

seorang ibu berkata kepada temannya

sesama penghuni panti jompo:

 

“kalau aku mati

aku ingin dikremasi

abuku ditaburkan

di depan mall terbesar

di kota ini

aku yakin

anakku akan

menziarahiku

sekali seminggu.”

 

APRIL, HAIKU, CHAIRIL

aku melangkah

di jalan sajak –

bukan buat ke pesta

 

 

TENTANG Y. THENDRA BP     

Y. Thendra BP, berasal dari Nagari Padang Sibusuk, Sumatera Barat, yang lahir di Bangkinang, 10 Mei 1980. Studi di Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Buku puisinya Tuhan, telpon aku dong (Gambala Media, 2004). Mengelola Weblog: http://langit-puisi.blogspot.com. Emailnya: thendra1980@gmail.com.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler