Skip to Content

Sajak Kartini

Foto Steven Sitohang
files/user/3318/Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini.jpg
Portret_van_Raden_Ajeng_Kartini.jpg

Betapa si anak manusia,

Betapa asing mula tadinya,

Cuma sekilas, hati ikrar setia,

Tinggal menetap, tunggal dan esa.

 

Betapa hati di dada,

Tersayat dengan suara,

Betapa asing mula tadinya,

Lama, lama gaungi diri laksana doa.

 

Betapa ini jiwa,

Dalam sorak-sorai melanglang,

Jantung pun gelegak berdenyar,

Bila itu mata sepasang,

Ramah pandang menatap,

Jabat tangan hangat diulurkan!

 

Tahu kau, samudra biru,

Menderai dari pantai-ke pantai?

Di mana, bisikan padaku,

Di mana, mujizat bersemai?

 

Bayu tangkas, katakan padaku,

Pendatang dari daerah-daerah tanpa nama,

Siapa gerangan dia, pendatang tanpa dipinta,

Mengikat hati abadi begini?

 

Oi, bisikan padaku, surya bercaya kencana

Sumber sinar, sumber panas kuasa,

Apa gerangan mukjizat agung,

Nikmatkan hati bahagia begini,

Lembutkan, lunakkan derita,

Yang selalu datang dengan manjanya?

 

Sepancar surya, habis tembusi dedaunan,

Jatuh di laut pasang mengimbak-imbak,

Terang sekarang, gemilang dunia,

Dalam paduan caya kencana surya.

 

Permainan caya dan warna,

Pameran ditentang mata mesra, dan hati kecil yang terpesona,

Hembuskan doa-syukur tulus-rela.

 

Mukjizat ternyata tiga!

Di hamparan mutiara cair gemerlapan,

Dipahatkan aksara padanya oleh surya:

Cinta, Persahabatan, Simpati.

 

Cinta, Persahabatan, Simpati,

Berdesau ombak datang bisikan kembali,

Berdendang baju dan pohon,

Pada si anak manusia menganga bertanya.

 

Manis membelai terdengar,

Nyanyi gaib ombak dan bayu,

“Seluruh, seluruh dunia,

Jiwa setia bakal bersua!”

 

Tiada tenaga kuasa lerai,

Apapun, pangkat, martabat,

Tiada peduli segala,

Tangan pun berjabatan!

 

Dan bila jiwa telah seia,

Retak tidak, tali abadi,

Mengikat erat, setia arungi segala,

Rasa, Jarak, dan Masa.

 

Tunggal dalam suka, satu dalam duka,

Seluruh hidup gagap ditempuh!

Oi, berbahagia dia si penemu jiwa seia,

Yang mahakuasa dia suntingkan.

 

 

 

Kebajikan Suatu Takdir yang coba Digambarkan Oleh KARTINI dan Diabadikan Dengan Sebuah Sajak

 

Ditulis dengan nama samaran Jawa. Pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam suratkabar Bintang Timur (1961) dengan judul  Manusia dan Hatinya, dan beberapa fragmen oleh Iramani dalam majalah Api Kartini, Th. I, no. 1, Juni 1959, dengan judul Sajak Kartini.

Sajak Kartini ini sendiri saya kutip dalam buku Pramoedya Ananta Toer dengan judul Panggil Aku Kartini Saja, cetakan 9, April 2012, Lentera Dipantara. halaman 267-268.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler