BIARLAH RAHASIA TETAP MENJADI RAHASIA/Hakimi Sarlan Rasyid
Apa jadinya jika rahasia dibuka? Tentu saja bukan lagi rahasia. Hilang keindahannya. Bahkan rahasia yang dibuka salah-salah bisa mendatangkan malapetaka.
Berikut ini ada 3 puisi. Ada TENANGLAH SERUPA ILIR ANGIN/Ifa Arifin Faqih, ada RINDU YANG TERABAIKAN/Lilik Puji Astutik, dan ada RINTIK HUJAN/Suyatmi.
Meskipun jenis rahasianya berbeda dan beda alasan pula untuk menyembunyikannya, tetap ada persamaannya. Ada perasaan rindu yang begitu dalam. Di relung hati yang mana mereka menyimpannya hanya mereka yang tahu.
Kerahasiaan itulah yang tampaknya menjadi daya tarik sebuah gubahan puisi dalam hati pembacanya.
Coba simak kata Ifa Arifin Faqih :
“Biarkan malam memeluk kelam
Seperti rasa yang kian lebam
Biarkan angin membawa kisah
Tentang cerita yang kian terpisah”
atau yang ditulis oleh Lilik Puji Astutik :
“Senja kian pudar malam pun tiba
Saat rindu kian menyiksa
Mencoba merangkai aksara menjadi kata
Walau sakit tetap saja tersimpan rindu dalam dada”
dan yang ditulis oleh Suyatmi :
“Menanti dalam kerinduan yang menggigit
Sungguh perih melilit menjerit
Sulit meronta dari kenangan yang menghimpit”
Semuanya terlihat menyimpam misteri, menyimpan rahasia. Dan sekali lagi karena misteri ini maka puisi mereka terasa indah.
Demikian kata pengantar untuk menghadirkan 3 puisi berikut ini.
Selamat membaca.
202009231205 Kotabaru Karawang
TENANGLAH SERUPA ILIR ANGIN/Ifa Arifin Faqih
Bersabarlah hati
Jangan menangis lagi
Tenanglah jiwa
Jangan ada air mata
Tenggelamkan gundah
Raih cahaya cerah
Larungkan gelisah
Pergilah nelangsa
Redalah kecewa
Redam dalam dada
Biarkan malam memeluk kelam
Seperti rasa yang kian lebam
Biarkan angin membawa kisah
Tentang cerita yang kian terpisah
Probolinggo, 16 September 2020
RINDU YANG TERABAIKAN/Lilik Puji Astutik
Tak bisa aku ungkapkan meski dengan berjuta kata
Saat rindu datang menyelinap mulai menggoda
Mengapa kehadiranmu tak pernah sempurna
Selalu dan selalu hanya samar siluet ketika senja
Rindu merona pada jingga
Sakit menyusup diantara penantian yang lama
Tak terhitung purnama terlewati tanpa sapa
Sendiri tersiksa memahami makna
Rindu yang terabaikan kian membuat kusam jiwa raga
Entah apa yang membuat rasa tak mau berpaling darinya
Senja kian pudar malam pun tiba
Saat rindu kian menyiksa
Mencoba merangkai aksara menjadi kata
Walau sakit tetap saja tersimpan rindu dalam dada
Krian 18 September 2020
RINTIK HUJAN/Suyatmi
Hujan rintik menitik hati
Tetesannya menggugah rasa sepi
Sadar akan penantian yang tak pasti
Menggeliat terbangun dari mimpi
Menanti dalam kerinduan yang menggigit
Sungguh perih melilit menjerit
Sulit meronta dari kenangan yang menghimpit
Rintik hujan tak kunjung berhenti
Titik demi titik membasahi hati
Sejuk dingin bercampur cinta sejati
Titik-titik hujan menyuburkan rindu
Tumbuh lebat dalam kalbu
Jiwa tak lagi kering dan sendu
Sadar akan mengikis kenangan kelabu
Yogya, 12092020 12.21 127
Tulis komentar baru