Skip to Content

HALLO

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

Puisi itu hasil kerja otak dan hati. Puisi itu benda mati. Buku kumpulan puisi itu bisa saja dilemparkan ke tempat sampah ketika orang yang memegangnya tidak tahu siapa dan apa yang dipegangnya.

Apakah sebuah puisi berisi ruh? Ruh puisi? Ruh puisi itu ada pada jaringan. Ini yang tidak banyak orang tahu. Orang yang tidak tahu ketika diberi tahu tidak mau tahu. Ada yang tahu tapi tidak berniat membuat jaringan, Senang sebagai pemain tunggal. Buntu. Memang sulit mengajari orang memahami jaringan. Lengkapnya kerja jaringan.

Kerja jaringan itu tidak akan terlihat. Rapi, rahasia, jujur, setia, disiplin. Sejak dulu jarang orang yang mau bersusah-susah untuk berada dalam lima hal itu. Ribet.

Apa lagi pemain tunggal yang memegang prinsip “seni demi seni”. Ia akan asyik bermain-main dengan dirinya sendiri. Jika ia tukang bikin puisi maka siang malam diisinya dengan kerja bikin puisi. Ia tidak peduli apakah puisinya jadi duit atau tidak. Masa bodoh. Pokoknya kau suka puisi demi puisi itu sendiri.

Pemain tunggal yang memegang “seni untuk seniman” menyibukkan diri mencari cara bagaimana menjual buku-buku kesenian. Semuanya harus jadi duit. Kalau tidak jadi duit maka aku tidak makan.

Dua jenis pemain tunggal ini tidak akan pernah tampak di permukaan. Jika tampakpun tidak lebih dari permukaan empang atau kolam saja. Sebut saja pemain lokal.

Dulu, pernah terlihat kerja jaringan yang tampak sangat manis. Hasilnya lumayan. Namanya yang mulai hangat di daerah tiba-tiba melejit di kota besar. Menjadi panas. Dan dengan panas namanya itu dia mencetak rupiah sekaligusnama.

Yang hanya perlunya punya nama hidup ia tidak akan rakus terhadap duit. Dia ambil secukupnya sekedar untuk hidup. Sebagian besar hasil kerja jaringannya diberikannya kepada koleganya yang sadar menjadi anggota jaringan dan memainkan peran dalam jaringan dengan baik. Terutama, yang paling pokok yaitu jaga rahasia.

Kelompok seperti ini bisa tahan lama. Beda jika tokoh utamanya doyan duit. Rakus. Tidak mau bagi rata. Bahkan ia mengambil sangat banyak. Jaringan seperti ini biasanya hanya main satu  atau dua gebrakan saja.

Kembali ke kisah dulu. Di daerah ia sudah hangat. Koran lokal sudah terlalu sering memuat beritanya. Pemain ini punya ambisi yang lebih. Dari pemain lokal ia ingin menjadi pemain nasional. Jika bisa malah menjadi pemain internasional. Hasilnya ia memang jadi.

Bagaimana dengan tukang bikin puisi. Puluhan ribu puisi melesat setiap hari.

Seni demi seni punya tempat. Seni demi seniman juga punya tempat.

Hallo ….

 

202006131547 Kotabaru Karawang

 

 

 

 

 

 

 

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler