SAYA MENULIS MENCUMBU AWAN SEPERTI INI
MENCUMBU AWAN gubahan Ifa Arifin Faqih di bawah ini pantas untuk disebut bagus. Setidaknya dari sudut pandang saya. Coba baca dengan perlahan. Ikuti irama rasa yang tercurah ke dalam kata dan kalinat serta bait-baitnya.
Temanya klasik. Hati merana karena janji yang hanya tinggal janji. Janji yang hanya menjadi mimpi.
Yang menarik dalam puisi ini adalah kalimat-kalimatnya terkesan sempit. Ada beberapa imbuhan yang mestinya ada tapi dihilangkan. Pada bagian tertentu MENCUMBU AWAN menyimpan kesan tanda tanya.
Ada kalimat dalam bait-baitnya yang sebenarnya bisa diluaskan. Dalam MENCUMBU AWAN, Ifa Arifin Faqih mencoba untuk bermain hemat kata. Permainannya berhasil. Kalimat-kalimat pendek yang disusunnya tidak mengurangi keindahan rasa yang muncul.
Saya mencoba meluaskan kalimat menjadi bentuk lain MENCUMBU AWAN. Beberapa kalimatnya sangat berbeda dengan MUNCUMBU AWAN aslinya.
Bentuk baru ini tidak bermaksud mengecilkan keindahan aslinya. Hanya kepada para pemula hendaknya bisa menentukan pilihan kata untuk sebuah puisi. Apakah puisinya akan padat atau longgar,
Selamat membaca.
MENCUMBU AWAN Ifa Arifin Faqih
Bila kaupinta aku diam
Aku akan bungkam
Tak akan lagi terdengar tawa
Bahkan meski sekadar canda
Kupegang ucapanmu sebagai azimat rindu
Walau sesak dada bagai disayat sembilu
Mungkinkah bertahan, demi harapan palsu
Begitu tega larungkan rasa
Janji setiamu tiada nyata
Manis di bibir, di hati dusta
Jangan lagi mencumbu awan
Bila mendung ceraikan hujan
Tak mungkin pelangi bergegas datang
Bila gerimis tak dijemput pulang
Probolinggo, 06022021: 15.29 ( #Iaf35_21 )
Saya menulis ulang MENCUMBU AWAN seperti ini :
Bila kaupinta aku untuk diam
Aku akan patuh dan aku akan bungkam
Tak akan ada derai tawa tak ada untaian kata
Bahkan meski hanya untuk sekedar canda
Kupegang ucapanmu kuanggap sebagai azimat rindu
Walau sesak dada hati perih bak tersayat sembilu
Hauskah aku bertahan demi sebuah harapan palsu
Begitu tega kau mengharubirukan rasa
Janji setiamu hanya sebatas kata
Indah manis di bibir namun hati berhias dusta
Sekarang sudahilah jangan lagi mencumbu awan
Bukankah mendung akan cerai-berai menjadi hujan
Sungguh tak mungkin pelangi bergegas datang
Bila gerimis tak segera dijemput pulang
202102080840 Kotabaru Karawang
Sungguh luar biasa Aby Saat
Sungguh luar biasa Aby
Saat menulis, mengalir kata begitu saja, mengapa ketika membaca kembali air mata tak bisa ditahan
Terima kasih untuk apresiasinya Aby
Tulis komentar baru