Skip to Content

SAYA MENULIS MENCUMBU AWAN SEPERTI INI

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

SAYA MENULIS MENCUMBU AWAN SEPERTI INI

 

 

MENCUMBU AWAN gubahan Ifa Arifin Faqih di bawah ini pantas untuk disebut bagus. Setidaknya dari sudut pandang saya. Coba baca dengan perlahan. Ikuti irama rasa yang tercurah ke dalam kata dan kalinat serta bait-baitnya.

 

Temanya klasik. Hati merana karena janji yang hanya tinggal janji. Janji yang hanya menjadi mimpi.

 

Yang menarik dalam puisi ini adalah kalimat-kalimatnya terkesan sempit. Ada beberapa imbuhan yang mestinya ada tapi dihilangkan. Pada bagian tertentu MENCUMBU AWAN menyimpan kesan tanda tanya.

 

Ada kalimat dalam bait-baitnya yang sebenarnya bisa diluaskan. Dalam MENCUMBU AWAN, Ifa Arifin Faqih mencoba untuk bermain hemat kata. Permainannya berhasil. Kalimat-kalimat pendek yang disusunnya tidak mengurangi keindahan rasa yang muncul.

 

Saya mencoba meluaskan kalimat menjadi bentuk lain MENCUMBU AWAN. Beberapa kalimatnya sangat berbeda dengan MUNCUMBU AWAN aslinya.

 

Bentuk baru ini tidak bermaksud mengecilkan keindahan aslinya. Hanya kepada para pemula hendaknya bisa menentukan pilihan kata untuk sebuah puisi. Apakah puisinya akan padat atau longgar,

 

Selamat membaca.

 

MENCUMBU AWAN Ifa Arifin Faqih

 

Bila kaupinta aku diam

Aku akan bungkam

Tak akan lagi terdengar tawa

Bahkan meski sekadar canda

 

Kupegang ucapanmu sebagai azimat rindu

Walau sesak dada bagai disayat sembilu

Mungkinkah bertahan, demi harapan palsu

 

Begitu tega larungkan rasa

Janji setiamu tiada nyata

Manis di bibir, di hati dusta

 

Jangan lagi mencumbu awan

Bila mendung ceraikan hujan

Tak mungkin pelangi bergegas datang

Bila gerimis tak dijemput pulang

 

Probolinggo, 06022021: 15.29 ( #Iaf35_21 )

 

Saya menulis ulang MENCUMBU AWAN seperti ini :

 

Bila kaupinta aku untuk diam

Aku akan patuh dan aku akan bungkam

Tak akan ada derai tawa tak ada untaian kata

Bahkan meski hanya untuk sekedar canda

 

Kupegang ucapanmu kuanggap sebagai azimat rindu

Walau sesak dada hati perih bak tersayat sembilu

Hauskah aku bertahan demi sebuah harapan palsu

 

Begitu tega kau mengharubirukan rasa

Janji setiamu hanya sebatas kata

Indah manis di bibir namun hati berhias dusta

 

Sekarang sudahilah jangan lagi mencumbu awan

Bukankah mendung akan cerai-berai menjadi hujan

Sungguh tak mungkin pelangi bergegas datang

Bila gerimis tak segera dijemput pulang

 

202102080840 Kotabaru Karawang

Pilihan tampilan komentar

Pilih cara kesukaan Anda untuk menampilkan komentar dan klik "Simpan pengaturan" untuk mengaktifkan perubahan.
Foto Anonymous

Sungguh luar biasa Aby Saat

Sungguh luar biasa Aby

Saat menulis, mengalir kata begitu saja, mengapa ketika membaca kembali air mata tak bisa ditahan

Terima kasih untuk apresiasinya Aby

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler