Skip to Content

TELAAH ATAS MEMBUKU DI BATU Chanchan Parase

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

 

Chanchan Parase mengunggah puisi berpola 4334 di Grup Syair Bidadari. Puisi itu kakek pindahkan ke grup yang kakek buat khusus untuk penggemar puisi bentuk 4334.

Kakek telah mengunduh puisi tersebut lalu kakek menyusunnya menjadi 4 bait dengan pola 4, 3, 3, dan 4.

Banyak yang harus dibicarakan tapi kali ini cukup satu saja dulu.

Yang ingin kakek koreksi kali ini adalah bait kedua dan bait ketiga. Jika akhir bait kedua berbunyi a, i, a maka bait ketiganya harus a, i, a juga.

Demikian sobat Chanchan Parase. Silakan perbaiki.

 

BARBEQYU ASMARA

 

Rasa penasaranku gila hingga langit kuracik kuah

Tertumis kuning telur di kuali tunduk malu mu

Teka-teki popeye membela tingkahmu dari seruduk cinta serakah

Adalah aku yang sedari pucuk pokok mengkudu berketinggian 1500 kalbu

 

Dapatkah kau jadikan caraku tebu mengandung kadar gula

Hanya dengan cara senyum angin menjemput damai

Pada begitu datar nan luas meminta

 

Jangan malah sebaliknya melebihi keledai plastik mainan bocah kemarin

Dibuat aku butuh alkohol

Untuk menyelesaikan labirin

 

Tumit gunung yang memanjang di keterlaluanmu

Tolonglah pertegas agar aku insaf menikmati ketololan mimpiku

Semua tergantung sesingkat- singkatnya

Dalam barbeqyu sinting asmara

 

#cc atok

Hakimi Sarlan Rasyid

 

 

TELAAH ATAS MEMBUKU DI BATU

Chanchan Parase

 

MEMBUKU DI BATU

 

Angin baik datang dari bawah sekali

Kebetulan rembulan melipat separuh

Betapa tajam retina kali ini terjadi

Sampai batangan tangan ke langit dibasuh

 

Perlu kiranya pertanyaan pada rindu

Sampai di mana sanggup membuku batu

Padahal semua Allah lebih tentang tau

 

Sadar lebih penting dari cara dikte

Asal yang dianggap kecil tidak sepele

Kapan lagi diri ini merobah gaya ritme

 

Baik masuklah seluruh gelisah raga

Terigukan daya simulasi pada jiwa

Aku butuh terampil adonan nyawa

Tak mau terlibat kembali warna warni dosa

.

bt13012022

 

Selamat pagi.

 

Pagi ini Chanchan Parase tampil dengan MEMBUKU DI BATU. Masih seperti puisinya yang pertama pagi ini kakek belum akan mencoba menelaah isi. Hanya menelaah persajakannya saja.

 

Dibandingkan dengan puisi terdahulu maka MEMBUKU DI BATU menampakkan usaha sungguh-sungguh untuk memenuhi apa yang telah ditentukan pada patokan. Hasilnya bisa disebut sempurna. Namun ada catatab sedikit pada bait ketiga.

 

Meski baris-barisnya secara huruf semua sama berakhir dengan “e”, ada yang perlu dipertanyakan. Apakah huruf “e” pada kata “ritme” sama bunyinya dengan bunyi “e” pada “dikte” dan “sepele”?

 

Demikian sedikit catatan untuk Chancan Parase dengan MEMBUKU DI BATU.

 

Terima kasih telah mencoba dan mencoba lagi. Simpan puisi ini untuk dijadikan dokumen. Jangan bosan.

 

PAYUNG MATA LIDI

 

Ada payung pelangi indah menaungi sebuah hati

Hati yang rindu pelukan erat namun takut didekap

Kadang terapung kadang melayang dibuai sunyi

Sesekali khayalnya melesat terbang tanpa sayap

 

Ada mata yang menatap memancarkan berjuta kata

Mata yang bicara tentang pemilik rahasia cinta

Bibir kaku lidah kelu tak kuasa mengungkap rasa

 

Ada lidi terikat erat menahan gejolak hasrat

Hasrat membubung gila menerjang sekat-sekat

Payung lidi dan mata lelah membaca sebab akibat

 

Payungmu matamu lidimu pelangiku bisuku hasratku

Bersama mengeja rindu dan cinta sepanjang malam

Jika siang tiba selalu ada pertanyaan baru

Biarlah tanpa jawaban biarlah berlalu semua kelam

201905182041_Kotabaru_Karawang

 

 

Kakek sertakan PAYUNG MATA LIDI SEBAGAI bahan bacaan untuk semuanya, khususnya untuk Chanchan Parase.

 

202201130713 Kotabaru Karawang

Hakim Sarlan Rasyid

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler