Skip to Content

TIDAK BISA DICERNA OLEH OTAK BIASA-BIASA SAJA

Foto Hakimi Sarlan Rasyid

Kesamaan kata dalam beberapa tulisan sangatlah mungkin. Tapi kesamaan kata tidak menampakkan kesamaan ide.

Pemerintah berusaha keras meningkatkan produksi pangan agar rakyat tidak “kelaparan.”

Bencana “kelaparan” melanda Negara Manaboa.

Kata “kelaparan” pada dua kalimat itu sama tapi makna “kelaparan” nya beda.

Dengan kalimat lain bisa disimpulkan bahwa kata bisa mempunyai ragam makna. Kesamaan kata dalam sebuah tulisan dengan sebuah atau beberapa tulisan lain bisa dianggap sebagai sebuah kebetulan.

Tidak demikian halnya dengan angka. Simbol angka menampakkan kepastian.

Ada angka-angka yang ditampakkan dalam AlQur”an (Surat Pembuka/ AlFatihah). Jika angka-angka yang ada dalam Surat Pembuka sama dengan angka-angka dalam Injil (Wahyu 21 : 15-21) apakah bisa disebut sebagai kebetulan?

Menurut saya tidak. Apalagi jika angka-angka itu sangat persis.

Menemukan kesamaan angka-angka itu menjadi obsesi saya dengan dasar pertanyaan “apakah ada benang merah terentang dari sebuah kitab suci ke kitab suci lainnya.

Menghabiskan waktu memanjakan keingintahuan berakhir pada KUNCI PEMBUKA KOTA,

 

KUNCI PEMBUKA KOTA

 

dengan kunci di tangan

aku menyeberangi jembatan

sandi-sandi yang merujuk tuhan

aku pecahkan

inilah kunci kuserahkan utuh

empat tiga tujuh tiga empat tujuh

empat tiga duabelas tiga empat duabelas

duabelas duabelas seratus empatpuluh empat

sembilan

 

inilah kota yang gerbangnya kubuka

kota indah yang disangga

tujuh malaikat memegang tujuh cawan,  

pintu gerbangnya dua belas  

di atas pintu-pintu gerbang itu ada dua belas malaikat

di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang

di sebelah utara tiga pintu gerbang

di sebelah selatan tiga pintu gerbang

di sebelah barat tiga pintu gerbang

tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar

yang berkata-kata mempunyai suatu tongkat pengukur  

kota itu bentuknya empat persegi,

dua belas ribu stadia panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama

lalu mengukur temboknya seratus empat puluh empat hasta

dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara

sembilan

 

202006260744 Kotabaru Karawang

 

Angka yang muncul pada dua sumber itu sangat jelas konsepnya. Puncaknya adalah bilangan “sembilan”, dan kita mengenal lambangnya, yaitu “9”.

Saat angka hanya dikaitkan dengan aritmetika/matematika, dan kebanyakan orang tidak suka maka KUNCI PEMBUKA KOTA dipastikan tidak bisa dicerna oleh otak yang biasa-biasa saja.

Apalagi oleh mereka yang berpikir bahwa puisi itu tidak lebih dari permainan kata untuk menghibur diri.

Mereka tidak akan bisa mencerna apa sebenarnya yang ingin disampaikan dalam KUNCI PEMBUKA KOTA.


Kotabaru Karawang 25 Juli 2020_0840

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler