MENAGIH JANJI TUHAN
Sebuah monolog
Sebuah bentuk pertentangan
Antara kelayakan atau tidak
Aku mulai dari salah satu sudut malam
Ketika sunyi mulai merambat ke ubun ubunku
Ke setiap inchi pori pori dekilku
Jauh …
Jauh di tengah malam dalam sebuah perjalanan
Perjalanan batin mengikuti jalur jalur pengembaraan
Menjelajah berbagai dimensi waktu
Melintasi dan mengenali wujud wujud dan entitas
Melalap hamparan gelap
Sekejap aku merasa di kutub utara
Merasakan kebekuan hingga membekukan urat urat nadi
Sekejap lagi aku merasa berpijak di hampa kutub selatan
Merasakan kesendirian tanpa kata
Dan sekejap lagi
Aku kembali merasakan keaslian alamku
Yang berada di petak sempit kamar kumuhku
Hingga aku terantuk
Terbentur dalam sebuah dimensi beku
Tanpa suara
Tanpa cahaya
Tanpa denyut ataupun detak dari hingar bingar jagad raya
Ya …
Aku ada di titik nadir
Nol
Kosong
Hampa
Aku tak bisa bergerak
Aku sesak
Entah apa yang menjejal di ulu hatiku
Entah apa yang seolah menyumbat aliran darah dan detak jantungku
Tapi aku tidak sedang sakit jasmani
Secara fisik aku sehat
Secara logika aku tidak gila
Tapi di sini …
Di aliran absurd batin ini
Ada sebuah pemberontakan
Ya … mungkin ini sebuah pemberontakan
Tapi entah tentang apa masih kucoba untuk menganalisa
Atau hanya sebuah pertanyaan
Yang tidak bisa aku kompromikan dengan akal
Aku terdiam lagi sejenak
Lau …
Lalu aku teringat sedikit kepada Tuhan
Ya … hanya sedikit
Jika aku bandingkan dengan perhatian Tuhan yang tiada henti kepadaku
Dan yang lebih parah lagi
Ingatanku yang hanya sedikit kepada-Nya itu
Adalah sebuah ingatan yang tidak serta merta memposisikan aku sebagai hamba yang harusnya menegadah karena lalai
Ingatanku yang hanya sedikit tentang Dia itu
Justru sebuah ingatan yang datang secara tiba tiba dan memporovokasiku untuk memberontak kepada-Nya
Bukan memberontak untuk menjadi ingkar bukan
Bisa dibilang hanya sebuah pemberontakan kecil bagi Tuhan
Tapi bagi seorang hamba itu adalah sebuah kelancangan yang memalukan
Aku masih terdiam sejenak
Kudalami lagi, apa akar permasalahannya
Lalu aku teringat sebuah kata
Sebuah kata itu mulai nampak jelas
Semakin benderang dan semakin nyata bahwa kata inilah yang memncoba memprovokasiku
Dan aku termakan oleh provokasinya
Lho …
Kok kata ini…?
Kuperjelas lagi dan memang kata ini
Dia adalah …
Do’a …
Ya …
Do’a
Lalu …
Sisi bodoh dan lugu batinku bertanya dengan santainya
Ada apa dengan Do’a? ada yang salah?
Sisi batinku yang sudah mulai congkak membentak dengan sinis
Diam… kamu … culun …
Jangan sok care
Ngerti apa kamu dengan dinamika hidupku?
Bukan diam dan tersentak,
Malahan sisi culun batinku ternyata berani menjawab
O … berlagak pandai kamu ya …?
Berlagak sok intelek …?
Mulai memikirkan dinamika hidup?
Berlagak sok berfikir tasawuf?
Mau jadi orang sufi?
Atau bergaya seperti sufi tapi hanya retorika…?
Mbelgedhes …!
Angkuhku mulai lepas kendali
Kamu jangan mengguri aku
Jangan usil
Urus saja nasibmu sendiri
Jangan kau campuri permasalahanku dengan kebodohanmu
Batin culunku mengejek …
He … he …
Aku yang bodoh…?
Atau kamu yang tolol?
Batin angkuh bertanya
Apa maksudmu
Batin culun berkata
Nah …
Berarti kamu yang beneran tolol
Apa permasalahanmu dengan Tuhan?
Kenapa kau sampai mempermasalahkan tentang Do’a?
Batin angkuhku
Aku hanya ingin menagih kepada Tuhan
Aku ingin menagih janji Tuhan
Batin culunku
Janji apa?
Batin angkuhku
Janji tentang akan dikabulkannya segala permintaan
Segala Do’a
Aku hanya ingin menagih itu
Aku telah berdo’a
Banyak
Aku berdo’a minta kaya
Aku telah berdo’a minta derajat yang tinggi
Aku telah berdo’a minta disegani
Tapi mana …?
Mana…?
Tidak satupun diantara do’a do’a itu yangterwujud
Sampai sekarang
Sampai lelah aku
Batin culunku
Kamu sudah lelah berdo’a?
Berarti kamu tidak akan lagi berdo’a
Trus kalo kamu gak mau berdo’a
Kalo seandainya besok itu mestinya Tuhan mengabulkan
Terus giliran kamu ngambek berdo’a
Berarti apa yang kamu minta tidak akan terpenuhi dong?
Batin angkuhku
Ah … capek aku berdo’a
Tuhan telah ingkar dengan janji-Nya
Tuhan sudah tidak sayang lagi dengan aku
Mungkin begitu
Batin culunku
Astaghfirullahal’adhim …
Saudaraku
Jangan kau ikuti prasangkamu itu
Sebelum kau terselimuti dengan kesesatan
Tuhan tidak pernah ingkar dengan janjinya
Firman Tuhan itu Haq
Tuhan itu pengasih
Tuhan itu penyayang
Batin angkuhku
Kalau Tuhan tidak ingkar…?
Kalau firman Tuhan itu haq
Kalau Tuhan itu pengasih dan penyayang
Lalu kenapa do’a do’a yang kupanjatkan
Tidak diwujudkan
Batin culunku
Justru karena pengasih dan penyayangnya itulah saudaraku
Tuhan menunda mengabulkan do’a - do’amu
Tuhan maha tahu
Mana do’a yang terbaik untuk kebutuhan hambanya
Sekarang kau ingat – ingat lagi
Berapa banyak do’a yang kau panjatkan karena kebutuhanmu
Dan berapa banyak do’a yang kau panjatkan karena bisikan nafsumu
Tuhan punya hak prerogative untuk mengabulkan atau membatalkan
Do’amu meminta kaya …misalnya
Untuk apa…?
Kamu pelit kok minta kaya
Kamu memberi pengemis saja hanya koin limaratus perak berkarat
Sementara dalam kekayaanmu itu ada hak-hak orang miskin
Kalau kamu tidak bisa memberikan hak-hak orang miskin
Hartamu kelak diakhirat aka menjadi bara api yang membakarmu
Do’amu meminta derajat yang tinggi
Untuk apa…?
Pantas itu buat kamu…?
Derajat yang tinggi itu harus ada syarat yang terpenuhi
Kamu harus menjadi orang yang beriman
Kamu juga harus menjadi orang yang berilmu
Lha kamu … ilmu tidak punya kok mau minta derajat yang tinggi
Ngimpi …
Satu lagi …
Do’amu meminta untuk menjadi orang yang disegani…
Apa kamu lupa…
Kamu orang yang angkuh?
Dengan tetanggamu saja kau tidak pernah mau tersenyum
Lalu kau minta menjadi orang yang disegani
Mau kamu apakan tetanggamu nanti
Kamu injak-injak…?
Jadi jangan protes
Tidak semua do’a itu baik untuk makhluk
Karena tidak semua do’a itu ikhlas dari kebutuhan makhluk
Kamu harus ingat…
NABIMU saja …
MUHAMMAD SAW …
Sesempurna sempurnya makhluk
Makhluk yang paling dicintai oleh Tuhanmu
Ciptaan yang paling dibanggakan diantara semua ciptaan-Nya
Tidak serta merta semua do’anya dikabulkan
Ketika beliau meminta kepada Tuhan
Agar dibukakan pintu hidayah agar Pamannya – Abu Thalib – bisa segera masuk Islam
Tuhan tidak mengabulkan permintaan beliau
Maka … sekali lagi
Kamu tidak punya hak untuk memprotes prerogative Tuhan
Apalagi menggugat dan merasa punya kewenangan untuk
Menagih Janji Tuhan
Oleh: Muhammad Salim
Kamis, 26 Nopember 2015
01.38 WIB
Komentar
sudah diperformkan
di inaugurasi Teater Hasta MA Salafiyah
Tulis komentar baru