Skip to Content

3600 Detik

Foto Nur Hidayah

Aku Allea, anak tunggal dari keluarga Broken Home. Sudah 12 tahun yang lalu mereka bercerai. Tapi tetap saja sampai sekarang aku masih tidak percaya kehancuran itu terjadi dikeluargaku. Semenjak mereka bercerai, Aku hidup berdua bersama Ibuku. Ibu selalu menasehatiku, agar tidak membenci laki-laki, hanya karena sikap ayah kepada Ibuku. Mendengar nasehat seperti itu dari Ibu, aku langsung berfikir secara rasional, benar juga yang dikatakan oleh ibu, tidak semua laki-laki didunia ini seperti Ayahku, tapi tetap saja tidak semudah itu aku percaya dengan yang namanya Cinta sejati. Aku harus tetap berhati-hati dan tidak mudah jatuh cinta.

Aku single, yang selalu jadi bahan Bully’an oleh teman-temanku. Tapi itu semua tak pernah ku anggap serius. Karena dibalik bully’an itu, aku tahu bahwa sebenarnya mereka begitu peduli denganku. Soal pacar, itu bukan prioritas utama, karena aku sudah cukup bahagia mempunyai Ibu yang sangat menyayangiku dan para sahabat yang aku miliki saat ini. Kami selalu bersama kemanapun kami pergi. Mau kekelas, kekantin sampai keparkiran. Aku biasa pergi kekampus mengendarai motor, tapi untuk hari ini tidak, karena motorku sedang dipakai ibuku pergi kerumah saudara dan menginap, jadinya aku naik kendaraan umum.

Sudah tiba didepan kampus, aku langsung turun dan menyebrangi jalan. Tiba-tiba sebuah Mobil menabrakku, aku langsung terjatuh dan kepala ku sedikit berdarah. Mikha, Fana dan Gio yang melihatku dari kejauhan langsung berlari menolongku, dan membawaku ke Rumah sakit dekat kampus. Untunglah tidak terlalu parah dan biayanya ditanggung oleh pengendara mobil. Aku melarang teman-temanku agar tidak menceritakan kejadian ini kepada Ibuku, aku tidak ingin membuatnya khawatir, dan menurutku tidak ada yang perlu dikhawatirkan, lagipula aku kan masih bisa berjalan. Tidak terasa september pun tiba, karena bulan inilah penerimaan Mahasiswa/i tahun ajaran baru, baik itu reguler maupun lanjutan. Mataku tertuju melihat halaman kampus yang begitu ramai dipadati penghuni baru. Dan ternyata dikelas kami ada Mahasiswa lanjutan, dia bernama Dimas. Kami satu kelas dihari tertentu saja, yaitu hari Senin, Selasa dan Kamis. Aku mengetahui namanya secara tak sengaja, pada saat dosen memanggilnya dengan sebutan Dimas.

Suatu hari, Dimas telat masuk kelas, entah mengapa macet atau karena dia lembur kerja. Dan setelah jam kuliah selesai, Dimas bilang “Boleh aku pinjam buku catatanmu? soalnya aku tadi telat masuk.” “Iyaaa...boleh” jawabku dengan suara lambat. “Oooiya kita belum kenalan kan..kenalin aku Dimas, nama kamu siapa?” Dimas mengulurkan tangannya. “Aku Allea” jawabku dengan terburu-buru lalu pergi.

Mata kuliah kami hari ini hanya satu saja, jadi aku dan sahabat-sahabatku langsung pulang. Selama diperjalanan kami membicarakan tentang keseruan dikampus. Tiba-tiba saja Mikha bilang “Oiya itu tadi siapa yang sedang duduk disebelahmu? sepertinya dia mau meminjam catatanmu ya? tanya Mikha sambil ngemil snack. “Ohh kalian belum mengenalnya juga, dia anak lanjutan, namanya Dimas” jawabku dengan santai. “Cakep juga loch..kelihatannya baik dan pintar, kamu gak naksir?” tutur Mikha. “ Hmm.. biasa saja Mikh, jangan cepat memuji, lagian kami kan baru kenal”. “Kamu memang selalu seperti itu, bukan sekali atau dua kali cowok mendekatimu, tapi kamu selalu menghindar, gimana gak Jomblo” nada Mikha yang mengejekku. “i don’t care” ketusku.

Hari kedua aku bertemu dengan Dimas. Ternyata Dimas orangnya baik dan mudah bergaul, buktinya baru dua hari masuk kuliah, tapi sudah akrab dengan siapapun. Kami mulai belajar, dosen memberikan tugas kelompok kepada kami semua, tapi anggota kami telah ditentukannya. Dan aku satu kelompok dengan Dimas. Tidak tahu mengapa aku merasa senang saja satu kelompok dengannya. "Apa mungkin aku menyukainya ya?" terus bertanya dalam hati.

Semenjak aku dan Dimas satu kelompok, hubungan kami semakin dekat. Hampir setiap malam kami telfonan dan chattingan. Aku merasa nyaman saja, kalau ada didekatnya. Hingga tiba saatnya Dimas menyatakan persaannya kepadaku, ternyata Dimas juga menyukaiku, perasaannya tumbuh saat kami sering belajar bareng. Tapi aku menolaknya, dengan suatu alasan tertentu, dan tak ada yang mengetahuinya, kecuali…. (????). Tapi walaupun aku telah menolaknya, Dimas tetap saja baik, malah dia terus membuktikan dengan cara apapun agar aku percaya kalau dia benar-benar menyayangiku.

“Heei…memangnya apa kurangnya Dimas, sampai kamu gak mau menerimanya? Udah cakep, baik, pintar, lagi” tegas Fana.  “aku gak mau pacaran” singkatku menjawab.

Hari terus berlalu, hanya sebatas pertemanan yang aku jalani bersama Dimas. Aku tidak bisa membiarkan Dimas terus mendekatiku. Karena itu semua akan membuatnya sakit hati dikemudian hari. Walaupun  sebenarnya perasaanku juga menyukainya, menyayanginya. Alasanku menjauihinya, tak ada satupun dari sahabatku yang mengetahui, termasuk juga ibuku. Biarlah waktu yang akan menjawab semua teka-teki ini. Aku belum siap untuk berterus terang kepada mereka yang begitu sangat menyayangiku. 

Remember when… 2 minggu yang lalu aku datang ke Rumah sakit, menemui dokter yang memeriksaku pada saat aku kecelakaan waktu itu.  “Dok..kenapa yaa setelah kecelakaan itu kepalaku sering tiba-tiba sakit dan penglihatanku juga terkadang tidak jelas, jika melihat sesuatu” tanyaku yang sangat ingin tahu. “Sebenarnya saya ingin memberitahu pada saat itu juga tentang keadaanmu, tapi saya rasa nanti saja, jika keluhan itu muncul” Jawab bu dokter yang masih penuh Misteri. “ Maksud dokter apa? Apa yang sebenarnya terjadi dengan saya?” aku terus bertanya dalam ketakutan. “Kamu mengalami Glaukoma sekunder, yaitu akibat terjadinya kecelakaan, yang membuat kerusakan pada sudut bilik mata depan, dan secara perlahan kamu akan mengalami kebutaan” Bu dokter menjawab sambil memegang pundakku.

Sejak aku mengetahui keadaanku yang tidak seperti dulu lagi, aku mulai malas belajar, malas bermain, dan tidak ingin bertemu dengan Dimas. Sudah 3 hari aku tidak masuk kuliah. Tiba-tiba Fana, Mikha, dan Gio menjengukku kerumah.

“Kami gak akan percaya, kalau kamu selalu bilang, gak kenapa-kenapa, kamu bukan Allea yang kami kenal dulu, kamu sekarang udah jarang banget ngumpul sama kami” Curhatan mereka kepadaku.

“I am fine guys, Oiyaa gimana kabar Dimas? Apa dia udah punya pacar? “aku mencoba mengalihkan pembicaraan dan mecoba tersenyum. “Dia masih seperti biasa, terus menanyakan keadaanmu” Gio menjawab sambil tersenyum menatapku.

Senja berubah menjadi gelapnya malam, memaksa sahabat-sahabatku untuk bergegas pulang. Hingga berubah menjadi pagi hari dan mengantarkanku bertemu dengan Dimas dikampus. Kami mengobrol dan bercanda tawa penuh keceriaan. Mungkin ini moment terindah sebelum semuanya berubah. Dalam 3600 detik bersamanya, aku akan membuat cerita baru dalam dunia baruku nanti.

Hari mulai sore, Dimas tidak bisa mengantarku pulang, karena dia harus menjemput ayahnya di airport. Akhirnya Aku pulang bersama Gio dan Mikha. Tiba-tiba kepalaku pusing dan mataku berkunang-kunang, lalu aku jatuh pingsan. Mereka berdua langsung mengantarku ke Rumah sakit yang sama pada saat aku kecelakaan waktu itu. Akhirnya dokter memberitahu kepada Gio dan Mikha tentang keadaanku yang sebenarnya. Mereka sangat terkejut dan kecewa, mengapa aku tak pernah bercerita tentang semua ini. Kemudian Fana dan Dimas datang. Sebenarnya aku belum siap, tapi keadaan yang membuatku harus bertemu dan berkata jujur kepadanya.

“Apa ini alasan kamu menjauhiku?’” pertanyaan Dimas yang seakan membuatku susah untuk menjawabnya.

“Iya...ini alasan aku menjauhimu dan menolakmu, karena masih banyak cewek-cewek cantik dan baik yang pantes kamu cintai, bukan aku. Sekarang aku buta, aku gak bisa lagi lihat senyum kamu, kita gak bisa lagi belajar bareng, jadi mendingan kamu lupain aku” nada suara yang ingin menagis

“Itu namanya kamu egois"

"Aku akan terus membaca dari sebuah buku yang covernya mungkin tak sebagus awal aku membelinya, karena aku merasa ilmu yang ada dalam buku itu, akan terus bermanfaat. Seperti itulah perasaanku terhadapmu, jadi stop ngatain diri kamu sendiri". holding my hand

Setelah aku mendengar pernyataan tersebut dari Dimas, aku sadar,,,Aku menginginkannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Manfaatkan waktu dan keadaanmu s'sempurna mungkin.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler