Skip to Content

--= Bab III =--

Foto ainin najib

Ku hirup nafas, menahan nafsu yg membabi-buta, dengan mengingat-ingat apa yg ada di dalam hati yg paling dalam. Menghaluskan gerak yg terkadang frontal, dgn kata tutur yg tenang bagaikan cahaya bintang.

Sudah satu bulan ini aku selalu belajar, belajar dgn apa yg sudah aku punya. Mungkin dgn kata sabar, aku bisa menjalani ini semua dgn benar. Tapi entah sampai kapan aku akan tetap terus-terusan seperti ini, karena aku pun tak tahu apa yg akan terjadi hari esok. Sulit untuk ku jelaskan bagaimana melakukan semua itu. Mungkin dgn ilham dari Tuhan, aku bisa menjelaskan dgn jelas.

Setiap pagi, siang, sore, senja, tengah malam, dan disetiap waktu hati ini bergeming dgn jelas dan lantang. Sampai terasa bergetar di nurani, tak lengkang dimakan waktu. Bagaikan sebuah pabrik yg tak ada hentinya memproduksi apa yg di produksi. ''Hu-Allah'' menjerit menderit keras dalam nurani dan sanubari, menghujam kalbu yg harus terpenuhi sinar penerang terang.

Mata bertuli, telinga membuta, mulut menghampa, hidung membisu, dubur membatu, dan farji sembelit. Menutup jalan, membendung arus derasnya nafsu dari itu semua. Sampai menuju ujung jalan yg lurus, menanjak keatas sampai jauh. Mendapat rasa nikmat tiada tara melebihi bersenggama dengan bidadari. Menabrak titik bahaya terang benderang, mencorong menyilaukan mata ini, sampai tak kuat apa. Sungguh inilah apa yg aku rasakan sekarang, hasil dari apa yg ku dapat melalui berjalan jauh dan menyodor uang kepada si penjual itu. Dgn Rp 25.000 dunia ini, aku merasakan apa yg ku rasakan sekarang. Tiada kata syukur yg benar-benar puji hanya untuk Tuhan semua manusia yaitu Allah SWT.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler