Skip to Content

=BANGKU NOMOR LIMA ITU=

Foto Vivi Fadhila Rezki

CERPEN KOE LOE….

 

            FAJAR merah menyelimuti langit, sementara matahari mulai beranjak ke peraduannya. Burung-burungpun berterbangan menuju sarang mereka alunan Ayat suci Al-qur’an merdu terdengar suasana senja nan indah. Tak lama berseling waktu suara Azdanpun berkumandang menunjukkan waktu sholat magrib telah datang. Aku bersegera mengambil wudhuk untuk menjalankan kewajibanku sebagai umat muslim, selesai sholat seperti biasa aku tak lupa untuk berdo’a dan mengaji, ya hanya itu yang selalu aku lakukan dengan harapan dosa yang aku lakukan bisa berkurang dan berharap selalu dalam lindungan-NYA amin...

            Setelah melakukan rutinitasku sebagai umat muslim akupun beranjak kedepan komputerku yang berada di kamar yang selalu menemaniku setiap malam saatku tak bisa tidur. Yang selalu setia mendengarkan cerita dan curhat-curhatku.

Aku melihat sebuah album foto yang berada dalam file komputerku, akupun mulai melihat satu demi satu foto yang selama ini tak sempat lagi kulihat, foto itu adalah kenangan saat aku duduk di bangku kelas tiga SMA, foto aku dan teman-temanku. Pandanganku tertuju pada satu foto seorang pria, pikiranku mulai melalui lorong waktu dan otakku mulai membalik lembaran demi lembaran tentang kisahku sewaktu SMA dulu. Pria yang ada dalam foto itu bernama Aron teman sekelasku yang selalu mengusiliku. Pria yang mempunyai badan tegap itu tak pernah absen setiap harinya untuk menarik rambutku yang panjang. Perkenalkan namaku Zauri, saat dibangku SMA aku belum mengenakan kerudung seperti sekarang, aku sekelas dengan Aron saat kelas III aku duduk dibarisan nomor empat dari leretan nomor empat dari pintu masuk kelasku. Sementara Aron sendiri duduk tepat dibelakangku dibangku nomor lima. Teman yang duduk sebangku denganku bernama Reya, sedangkan teman yang sebangku dengan Aron bernama Enggra. Aku, Aron, Enggra dan Reya berteman sangat baik dan sangat akrab. Aku dan Aron setiap harinya pasti bertengkar kami bertengkar karna masalah dia suka menarik rambutku.

            Saat pelajaran sedang berlangsung, aku asik mencatat pelajaran yang dicatatkan temanku di papan tulis, tiba-tiba saja Aron menarik rambutku dari belakang. Otomatis kepalaku terdongak kebelakang, Akupun menoleh kebelakang.

            ‘’apa-apaan sih kamu Ron..!! pake tarik-tarik rambut segala, sakit tau..!!’’

‘’dengan santainya dia berucap, Ri tolong catatkan punya aku dong...!! aku lagi malas nyatat ni.’’

‘’dengan sinisnya akupun menjawab. Kamu nggak lihat kalau aku lagi nyatat. Kalau kamu lagi malas mencatat itu bukan urusanku.’’

‘’maksudku bukan sekarang Ri, tapi nanti setelah kamu selesai mencatat punyamu.’’ Pliss Ri tolongin aku ya…!!’’

            ‘’ya sudah sini aku catatin.’’

            Akupun bersedia membantunya, dengan harapan kalau aku baikin, dia tak akan mengusiliku lagi dengan menarik rambutku. Tapi tenyata apa yang aku harapkan tak terwujud dia malah semakin sering dan suka menarik rambutku, ya… walaupun dia menarik rambutku dengan lembut dan tidak kasar. Tapi tetap saja aku tak suka, Aron memang suka menarik rambutku, entahlah aku juga tak mengerti dengan sikapnya itu, dia menarik rambutku bukan karena iseng saja, pada saat minta tolong dan memanggilku dia pasti menarik rambutku.

            Suatu hari aku mengepang dua rambutku ke sekolah, seperti biasa Aron yang duduk dibelakangku menarik rambutku lagi, tapi kali ini dia menarik rambutku yang dikepang dua dengan kedua tangannya dan menjadikan rambutku seperti mainan. Dia memainkan rambutku seperti pak kusir yang lagi mengendarai kudanya, dengan ekspresi dan bunyi yang sama seperti pak kusir, dia mengeluarkan suara dari mulutnya dan dia juga tak lupa menyanyikan lagu pada hari minggu. semua teman sekelasku termasuk Reya dan Enggra bukannya membantuku agar terlepas dari cengkraman Aron, tapi mereka malah asik menertawai aku yang dijadikan mainan oleh Aron.

            ‘’Aron…!!’’ seruku padanya.

            Aron malah tak menggubris seruanku sama sekali, dia tetap saja asik memainkan rambutku. Akupun berusaha melepaskan diri darinya, karena tak tahan lagi dan kemarahanku semakin memuncak hingga sampai ke ubun-ubun aku lalu menggigit tangannya dengan keras. Diapun berteriak kesakitan sambil melepaskan cengkraman tangannya dari rambutku.

            ‘’Aduh…!! Apa-apaan sih kamu Ri..??’’

            ‘’Kamu tuh yang apa-apaan, emang aku kuda apa kamu perlakukan seperti itu.’’

            ‘’Sakit tahu. (wajah aron kelihatan kesakitan)’’

            ‘’Sukurin…!! Emang enak.’’

            ‘’Biasa aja dong…’’

            ‘’Biarin, biar kamu tahu rasa.’’

            Setelah kejadian itu aku pikir dia jera dan tak akan lagi menarik rambutku, tapi tetap saja selalu dan selalu dia menarik rambutku. Kadang untuk menghindari itu semua aku sengaja mengepang dua rambutku lalu kujalin dan kubuat seperti cepol . Emang dasar Aron ada saja idenya untuk membuatku kesal, dia mendekatkan mulutnya ke rambutku dan menjadikan rambutku sebagai alat pengeras suara. Akupun bertanya padanya.

            ‘’Kenapa sih Ron kamu tak pernah absen untuk mainin rambut aku..??’’     

            ‘’Suka saja. Mungkin kalau rambutmu pendek  aku tak akan lagi menarik rambutmu Ri, lagian zaman sudah modern begini bnyak model rambut yang bagus, rambut panjang sudah tak musim lagi.’’ Aku lalu terdiam atas jawaban yang diberikannya.

            Dalam perjalan pulang diatas Bus perkataan Aron selalu terngiang-ngiang ditelingaku, akupun sampai ditempat tujuanku dan turun dari Bus yang aku tumpangi dari sekolah tadi. Aku berhenti sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pulang dan memutuskan untuk menyambung Bus lagi. Tanpa sengaja aku memutar badanku ke belakang ternyata dibelakangku ada sebuah  salon. Lama aku memperhatikannya dan perkataan Aron tadi masih teringat olehku. Sebelum aku memutuskan untuk masuk kedalam salon itu aku teringat sama keluargaku yang tak memperbolehkanku untuk memotong rambut, terutama Ayah dia paling marah kalau rambutku dipotong. Pernah suatu hari aku minta izin untuk potong rambut ke Ayah, tapi Ayah tak mengizinkan, malah Ayah bilang padaku kalau mau potong rambut biar ayah potongin kapan perlu Ayah botakin sekalian.

            Entah kenapa kakiku malah bergerak masuk kedalam salon itu, tak berselang lama akupun keluar dari salon itu, semuanya seperti mimpi buruk bagiku aku tak bisa apa-apa lagi. Aku memotong rambutku… oh… tidak…!! Aku histeris setelah berkaca di cermin awalnya rambutku panjangnya melewati pinggul, tapi sekarang panjangnya hanya sepunggungku. Dengan rasa cemas dan takut aku pulang kerumah, sesampai dirumah aku mendapati Ayahku lagi duduk di teras sambil membaca koran, wajahku tertunduk dan pucat, keringat dinginpun bercucuran, sambil membaca salam aku terus berjalan untuk masuk kedalam rumah dengan wajah tertunduk.

            ‘’Assalamu’alaikum’’

            ‘’Ayahpun menjawab dan berhenti membaca koran sejenak, waalaikumsalam wr.wb.’’ setelah menjawab salam dariku Ayah lalu melanjutkan membaca koran yang sempat terhenti oleh ku. Sepertinya ayah tak melihat perubahan pada rambutku, aku sedikit lega. Tiba-tiba saja aku dikagetkan oleh Bundaku yang sedang berdiri di depan pintu.

            ‘’Baru pulang Ri..??’’

            ‘’Iya Bunda, aku lalu terus berjalan menuju kamarku.

            ‘’Tiba-tiba saja Bunda menyapaku lagi. Zauri...!! kamu memotong rambutmu ya..?

            ‘’Langkahkupun terhenti. I.. iya Bunda…’’ dengan gugup aku menjawab.

‘’Kenapa di potong..? sayangkan… sudah lama kamu memanjangkan dan merawatnya, sekarang malah dipotong. Dari  kecil kamukan  lebih suka rambut panjang.’’

‘’Ri ingin mencoba rambut pendek aja kok Bunda, pengen tampil beda. Lama kelamaan juga panjang lagi, lagian potongnya juga nggak terlalu pendek kok Nda.’’

‘’Ya sudah, ganti baju sana terus makan dan jangan lupa sholat.’’

‘’Ya Bunda.’’

Alhamdulillah ternyata keluargaku tak ada yang protes dengan rambutku yang sekarang, aku merasa lega, walaupun begitu aku masih tak percaya dengan keadaan rambutku yang sekarang, padahal dari kecil aku lebih suka rambut panjang. Kalaupun rambutku dipotong itu tak pernah dipotong pendek, aku hanya merapikan rambutku sedikit biar sama panjang dan tak berujung.

Keesokan harinya aku sengaja mengikat rambutku keseluruhan biar tak ketara oleh teman-temanku kalau aku potong rambut, sesampai disekolah aku bertemu dengan Aron didepan pintu kelasku, tapi saat itu dia lagi asik ngobrol sama teman-temannya, dan sepertinya dia tak menyadari perubahan yang terjadi pada diriku. Hanya Reya teman sebangkuku yang baru mengetahui kalau rambutku dipotong, dan dia juga mengetahui alasanku potong rambut. Bel masukpun berbunyi, pelajaranpun dimulai. Aku duduk dibangku tempat biasa aku duduk, begitu juga dengan Aron dia masih duduk tepat dibelakangku di bangku nomor lima itu, setelah beberapa lama pelajaran berlangsung diapun baru menyadari.

‘’Zauri…!! Rambutmu dipotong ya..?’’

‘’Dengan sinis aku menjawab, Iya.. kenapa..!? bukannya kamu menginginkan ini semua, sekarang kamu sudah senangkan..!? Kamu pernah bilangkan ke aku kalau rambutku pendek kamu akan berhenti menarik rambutku, dan sekarang rambutku sudah pendek, jadi… kamu jangan pernah tarik rambut aku lagi..!!’’

Dia hanya diam dan sesekali mendengus. Aku melihat rasa kecewa di wajahnya dan perasaan bersalah. Aku tak begitu memperdulikannya karena sekarang aku senang dia tak akan menarik rambutku lagi.

Keesokan harinya disekolah aku melihat bangku nomor lima itu kosong dan tak berpenghuni. Aku lalu bertanya pada Enggra teman sebangkunya Aron.

‘’Aron kemana Gra..?’’

‘’Nggak tahu Ri dari tadi dia nggak kelihatan, sepertinya dia nggak masuk hari ini.’’

‘’Kenapa..? emang dia sakit?’’

‘’Ntahlah Ri, biasanya kalau dia sakit dia pasti ngasih kabar ke aku dan minta diizinin kalau nggak sempat bikin surat.’’

 Sudah dua hari aku marahan sama Aron dan sudah dua hari juga dia tak masuk sekolah, aku merasa sepi tak ada dia, aku merasa sepi dengan keadaan yang seprti ini, aku jadi kangen dengan keusilan dia terhadapku. Aku jadi kangen bertengkar dengan dia. Kalau dia tak masuk suasana dalam kelas jadi sepi, teman-teman sekelasku juga merasakannya. Ada yang mengantarkan surat ke kelas ku, ternyata itu surat dari Aron, setelah dibaca ternyata Aron sakit mangkanya dia tak masuk.

Empat haripun berlalu tanpa kehadiran Aron disekolah, dan sekarang sudah hampir seminggu Aron tak masuk, teman-teman sekelasku memutuskan untuk datang kerumahnya dan melihat keadaannya besok. Tapi ternyata semua yang kami rencanakan batal karena Aron sudah masuk sekolah lagi, semua teman-teman cowok yang sekelas denganku menyambut kedatangannya dengan memeluknya. aku senang melihat dia sudah sembuh dan mulai masuk sekolah lagi. Aku ingin minta maaf padanya saat dia sudah duduk di bangku nomor lima itu yang tepat berada dibelakangku, tapi tenyata Aron tak duduk dibangku nomor lima itu dia memilih duduk dibangku lain. Dia memilih duduk di bangku nomor lima pada leretan pertama dekat pintu masuk kelasku, sepertinya dia menhindar dariku, dia memilih menjauh dan sepertinya dia juga masih marah padaku.

Dua haripun berlalu sejak Aron mulai masuk sekolah hari sabtu kemaren, besok adalah hari senin dan besok aku mulai masuk sekolah lagi. Pada saat upacara bendera aku berdiri di barisan perempuan sementara Aron di barisan laki-laki, Aron tepat berdiri disebelahku tapi tak sedikitpun ia melirikku dan berucap. Upacara usai dan bel masukpun berbunyi, ternyata Aron tak berbalik ke bangku nomor lima itu yang tepat berada dibelakangku, dia lebih memilih bangku nomor lima yang lain. Ibu Susipun masuk, saat ini kami belajar Bahasa Indonesia, kami mengadakan diskusi kedepan kelas, meja dan bangku sudah disiapkan didepan kelas untuk kami duduk, Ibu Susi menunjukku sebagai moderator dan empat orang temanku yang lainnya sebagai pemateri. Diskusi ini dinamakan diskusi panel.

Akupun sudah duduk didepan, dan memulai membawa acara, saat pemateri membacakan materi aku selalu memperhatikan bangku nomor lima itu, bangku yang sekarang kosong karena ditinggalkan tuannya. Sesekali aku melihat ke arah Aron, dia begitu memperhatikan jalannya diskusi. Akan tetapi tanpa disengaja waktu aku melihat kearahnya dan dia juga melihat ke arahku pandangan kamipun beradu, dia terus memperhatikanku saat diskusi dan sepertinya dia mau mengutarakan sesuatu, entah apa aku tak tahu. Pada waktu keluar main bahuku dan bahunya sempat beradu saat itu aku masuk dan dia keluar, aku kira dia akan mengeluarkan satu patah kata tapi kenyataannya tidak, dia masih cuex padaku dan tetap diam seribu bahasa.

‘’Melihat kejadian barusan Reya bertanya padaku, Aron kenapa Ri..? kok dia jadi berubah gitu dan menjauh dari kita..?’’

‘’Entahlah Ya, aku sendiri juga tak tahu kenapa dia seperti itu.’’

‘’Jngan-jangan dia kecewa lagi sama kamu.’’

‘’Jangan ngawur kamu, kecewa kenapa coba..?’’

‘’Kecewa karena kamu menolak cintanya, hehehehe becanda, oh ya… mungkin dia kecewa karena kamu memotong rambutmu, soalnya tak ada yang dia usilin lagi. Dia berubah seperti itu kan semenjak kamu potong rambut.’’

‘’Sudahlah, nggak usah dipikirin dia sendiri yang memilih jauh dari kita kok.’’

‘’Gimana kalau kita tanya ke Enggra..? dia pasti tahu, Enggrakan teman dekatnya Aron, Enggra juga sering nginap di rumah Aron.’’

‘’Kalau kamu mau tahu, kamu saja yang tanya sendiri.’’

‘’Emang kamu nggak mau tahu..??’’

‘’Nggak tuh…!! Sambil berlalu dan keluar dari kelas.’’

‘’Zauri..!! kamu mau kemana bentar lagi bel masuk berbunyi lo…??’’

‘’Mau ke WC, kenapa..? mau ikut..?? ayo.’’

‘’Hehehehe nggak deh.’’

Sampai aku tamat SMA dan lulus begitu juga dengan Aron dia masih tetap diam dan cuex padaku, aku tak tahu kenapa..? tapi yang pasti sampai saat ini setelah aku melanjutkan keperguan tinggi aku tak pernah lagi bertemu dengannya, sejak tamat SMA inilah aku mulai dan memutuskan untuk memakai kerudung.  Terakhir ku dengar kabar dari teman-teman SMA ku, katanya Aron lulus masuk TNI AD dan sudah pertugas di Medan. Aku belum sempat minta maaf padanya, kata maaf itu begitu sulit keluar dari mulutku.

 

 THE END…>>>>…^_^

Komentar

Foto ady

menarik

aq kenal pembaca, wanita sholeh yg menawan, memang membuat pria ingin memiliki hatinya...

Foto Vivi Fadhila Rezki

terimakasih

salam... syukron dh membaca cerpen qu... :)

vivi

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler