Skip to Content

Catatan Akhir Tahun 2010

Foto AM. Full stop

Mungkin tak pernah terasa sudah hampir 24 tahun kaki ini melangkah diatas bumi sang penguasa jagad, dan juga hampir 5 tahun aku menapaki bangku sekolah yang orang-orang biasa menyebutnya “KULIAH”. Yah…!! benar sekali aku memang seorang mahasiswa sebuah universitas yang dianggap wah yang berada di sebelah timur pulau jawa dan pa…ling timur sekali kawan. Hingga jarang sekali orang mengenal SEKOLAH-anku. Kalau boleh jujur,, sebenarnya aku sudah mulai muak dengan segenap aktivitas yang kujalani setiap hari, tapi mau apalagi dan bagaimana lagi..??

Kembali ke konsep awal, disini aku hanya ingin mereview berbagai macam cerita yang aku alami selama setahun terakhir ini. 2010 – tahun yang bisa aku anggap merupakan sebuah tahun yang memiliki banyak pesona. Ditahun ini, ada konflik, suspense (hihihi), surprise (emang ada tah..???), keluarga, sahabat, dan cinta (hahahaha,, semakin terasa lebay dan alay). Mungkin aku tak begitu mampu untuk mengingat dengan detail apa saja yang aku alami bersama kalian semua (sahabat, keluarga, dan wanita), tapi aku ingin mencoba merangkai dan mengingatnya kembali, minta doanya ya kawan,,, semoga tak ada satupun yang terlewat dari kenanganku… dan bila ada yang kurang harap dimaklumi karena lupa adalah sebuah sifat alami seorang manusia (Maaf).

 

1

 

Kata sebagian orang-orang mengawali adalah bagian tersulit, dan memang benar kawan aku masih belum mampu mengingat kejadian yang aku alami diawal tahun. Yang aku ingat aku mengawali tahun ini dengan para KOPASLOW (Komando Pasukan Lowo), sekumpulan bocah-bocah yang katanya sudah lupa sama rumahnya (hihihihi,, meskipun hampir setiap 2 minggu sekali kami pulang kerumah masing-masing). Lingkungan Kampung Salah, itu adalah tempat kontrakan kami yang tepatnya ada disekitar jembatan semanggi dan berposisi tepat dibelakang SD Sumbersari. Dan akupun masih ingat hampir setiap pagi kami selalu disuguhi pemandangan begitu indah, walaupun hampir setiap hari kami tak pernah tidur dimalam hari dan terlelap saat sang surya sudah tersenyum dari timur. Setiap pagi hampir sering, aku memandangi segerombolan anak – anak SD yang berangkat sekolah. Memandang mereka bagiku begitu menyenangkan, soalnya aku seperti teringat kembali masa-masa kecilku saat aku seumuran mereka. Berlari, bertengkar, bergurau, dan bebas. Dan terkadang aku merasa iri, ketika mereka berteriak mengungkapkan kekesalan mereka.

Eh iyah,, kok malah jadi ngelantur ngomongin masa kecil. Hemh,,, kenangan tahun baru bareng dengan para KOPASLOW tuh, waktu kami semua merayakannya di rembangan, tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun, malah kami dapat fasilitas yang kami anggap sudah wah,, maklum kami jarang sekali makan, makanan bergizi selain makan pecel bungkus “Mak Yah” yang biasa kami makan hampir tiap sore. Mau tau fasilitasnya..?? hehehe, selain masuk gratis, kami bisa makan pisang goreng Keju yang konon itu makanan orang–orang barat, terbayangkan bagaimana kesenangan kami memakan makanan tersebut, hehehe., mumpung gratis. Eh iyah kami yang dengan sukses masuk gratis di Rembangan tuh berkat jasa komandan Densus Kampung Salah Bang Roni, dia yang telah sukses melobi para penjaga pintu masuk, hehehe,, Matur Thank you bang kalo gak ada kamu kami2 gak bakalan bisa ngerayain tahun baru dengan begitu meriahnya (Murah Meriah).. wkwkwkw.. akhir dan awal yang indah.. hahaha..

 

2.

 

Hemh,, di bulan ke dua, tiga, empat, lima, serasa gak ada kejadian yang bisa aku catat dalam note ini, hehe.. ato emang ingatanku yang buruk yah,,??  Ah sudah lah .. gak perlu ruwet, kan aku sudah minta maaf sebelum aku nulis nih note, hehe.. Tapi yang jelas di Bulan-bulan tersebut ku lalui bareng dengan para Lowo2 Kampung salah.. (Masihkah Kalian Hidup diwaktu malam Kawan???) meski tak ku tulis dalam note ini, kenangan itu tak mungkin aku lupakan, terutama si Sakaw yang gak pernah PulKam sampai saat ini (Kayaknya kamu gak pulang juga tahun ini kaw..???? hehehehe)

Eh,, tapi ternyata masih ada ingatan yang nyempil dalam memori otakku. Yah, aku masih ingat di sekitar akhir bulan ketiga tahun 2010 yang telah lalu itu, aku sempat keranjingan dengan sebuah barang elektronik yang bernama HaPe yang memiliki fitur aneh-aneh. Maklumlah.. ndak pernah pegang hape yang berwarna dan dapat memutar musik, paling pol hanya punya hape yang monochrome dan hanya bisa buat Smesesan dan tilpun-tilpunan, dan sampe sekarang aku masih setia menggunakannya (sayang,,?? apa emang gak punya uang Pak Boss?? hehehe). Kisahku bersama HaPe berwarnaku itu hanya mampu bertahan hampir dua bulan saja. Tragisnya dia hilang dari genggamanku karena adanya orang ketiga (Kayak pacaran aja yah… hahahaha).  Dan yang paling tragis lagi “KEMALANGAN” tersebut tidak saya alami sendiri, aku ditemani beberapa kawanku AsDho, Sakaw, Rangga. Kami berempat secara serempak dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya telah kehilangan barang yang paling kami sayangi “HaPe” (AsDho, Sakaw, Rangga terima kasih yah karena telah menemaniku waktu itu hehehehe…)

Kejadian itu terjadi saat kami masih terlelap dalam buaian sang “dewi malam” eh,, salah “Dewa Fajar” hehehe, karena kami terlelap saat si fajar masih semi-semi malu (Dasar,,!! emang pantes kami-kami semua disebut LOWO). Tepatnya kejadian itu terjadi sekitar pukul 06.30 pagi tapi gak tahu juga sebenenya kapan itu terjadi soale kan kalian tau sendiri kami masih sangat terbuai oleh lamunan sang bunga tidur (hahahahaha mangkanya bangun kawan..). Saat itu, sekitar 1 jam setelah Yoga berangkat sekolah (Adikku neh hehehehe,,,) dengan tergopoh Rangga masuk dan membangunkanku dengan pertanyaan yang sampai sekarang ternyata masih aku ingat

 “Kang, Kang, Kang,,,,,, (entah berapakali),

HaPene pean onok tah gak?? (HaPemu ada gak??)” kata Rangga waktu itu.

Hehm, langsung saja tanpa mikir aku bangun (Biasane aku masih mikir waktu aku baru bangun “Kenapa Aku bisa bangun??” hehehe) dan mengangkat bantalku, soalnya aku sangat suka naruh Hape dibawah bantal dulu (sekarang sudah gak pernah trauma mungkin.. hehehee).

“Lah kok gak ada kemana yah HaPeku yang cantik nan elok itu??” batinku.

Selang beberapa menit setelah aku obrak-abrik isi kamarku, Rangga menambahi

“HaPeku, HaPene Sakaw, karo wek’e Dho yo gak onok kang, koyoke onok maling melbu iki kang!” (HPku, HPnya Sakaw, dan punya Dho juga gak ada mas, kayaknya ada maling yang masuk nih) cerocosnya.

Seketika itu juga tubuhku langsung lemas kayak gak mempunyai tulang wes…  apa lagi saat aku periksa nomer HaPeku pake HaPenya Gange yang pada saat itu juga terkaget dan langsung lari keluar memeriksa TVnya yang terpajang di ruang tengah. (Beruntung dirimu sodara hehehehe)

Ah,, Jadi pengen marah kalo aku ingat “KEMALANGAN” itu. Masih sempatkah kalian merindukan HaPe kalian itu kawan?? Dan yang jelas itu merupakan surprise yang paling indah bagi kehidupan kita yah?? Hehehehe (Jangan Nangis Lho.. Ntar jadi 4L4Y kalian, wkwkwkwkwk ).

Ganti cerita yah,?? Gak papa kan??

 

3.

 

Sebenere aku males mau nulis cerita yang satu ini, tapi mau bagaimana lagi. Ini cerita yang semoga saja bisa jadi cermin buat sahabat2ku semua yang baca cerita ini. Hemh,,,, jadi teringat pesan kakekku

Le, kamu tahu apa yang dimaksud dari kata wotsirat atau kalau dalam islam itu siratalmustakim? Yang dalam ceritanya itu sebuah jalan yang sangat tipis dan kita harus melewati jalan itu waktu kiamat nanti” kata kakekku.

 “Ndak tahu mbah” sambutku.

“Hal itu sebenarnya sudah kita ketahui dalam dunia ini, dan ada dalam tubuh setiap manusia, dan terkadang manusia lupa bagaimana cara menjaganya” tambahnya.

“Apa itu mbah?” tanyaku

“Itu adalah lidah, setiap orang punya, tapi sekarang sudah jarang sekali orang tahu bagaimana cara menjaganya” jelas kakekku.

Kembali pada rencana awal, cerita ini merupakan bukti dari kata-kata kakekku diatas. Sore itu ketika aku mempersiapkan materi ujianku dengan cara menyalin materi ke lembar kosong (halah ngomong aja gawe ngerpek.. wlwkwkw). Di ruangan depan itu ada Aku, Gange, Rangga, dan mbak Fitri (Istrinya bang Roni), kami berempat asyik ngobrol panjang lebar mulai dari masalah sekolah sampai yang namanya “Ayam Kampus”,(padahal ya gak pernah ngerti bentuk dari Ayam Kampus itu kayak gimana hehehe). Seiring dengan berjalannya waktu, obrolan-obrolan yang pertama dingin itu berubah menjadi panas dan sama sekali tidak kondusif (we’e.. kayak rapat aja kondusif.) Percekcokan itupun terjadilah, antara Gange dan Rangga, yang beradu mulut. Perkaranya mereka berdua sama-sama tersinggung dengan ejekan-ejekan mereka sendiri. (detailnya kalian tanyakan sendiri yah,, pada yang mengalami kejadian itu). Padahal hari itu kami semua sedianya  akan ditraktir makan dengan Ulfa (cewe’nya Sakaw waktu itu gak tau lagi sekarang..?? hehehhe). Jadilah hari itu tidak ada makan gratis, malah yang ada ngopi tiga kali dalam semalam (kembung kopi perutku waktu itu kawan,, hehehehe)

Kejadian diatas tuh terjadi sekitar akhir bulan mei atau juni. Akh,,tak perlu detail waktu terjadinya. Yang patut aku dan kalian semua ketahui tuh,, jagalah lidah kalian, karena lidah itu kalau kata  bang Haji Oma Irama tajamnya mengalahkan tujuh bilah pisau yang ada didunia ini.

 

4.

"Hanya bisa terkesima melihat ciptaanNYA"

Mungkin kata-kata diataslah yang mampu menggambarkan bagaimana aku begitu tergila-gila pada petir dan hujan. Yah,, setiap manusia mempunyai memoar-memoar tersendiri dengan hujan, ada yang senang, sedih, dan mungkin juga si manusia merasa takjub dengan hujan. Yang sangat aku suka disaat hujan turun, adalah lesatan-lesatan cahaya yang orang-orang sering menyebutnya dengan “PETIR”. Dan orang-orangpun takut sekali saat melihatnya, namun itu sama sekali tak berlaku padaku. Aku sangat suka petir, entah mulai kapan aku suka padanya. Dan yang jelas aku sangat terhibur dengan hadirnya dirinya. Memang terasa aneh sih, aku juga merasa kesukaanku ini aneh. Walupun terkadang saat mendengar suaranya perasaan takut itu muncul, tapi perasaan takut itu yang aku suka.

Memoarku bersama sang Hujan dan Petir di tahun kemarin masih terangkum jelas dalam otakku. Sekitaran akhir dan awal april, masih di kontrakan para Lowo, kalau tidak lupa pada hari minggu, deru angin yang mengiringi hujan begitu derasnya mengguyur dan meniup lingkungan Tegal-Boto atau yang aku kenal dengan sebutan “Kampus”, saking derasnya jarak pandangpun berkurang seketika karena tertutup oleh rapatnya hujan yang turun sore itu. Aku sendiri terkunci dalam kesendirian di kontrakan tersebut. Bisa dikatakan hari itu seperti kiamat yang masih semi-semi kecil (hehehehe). Gempuran air menyerbu menerpa jendela rumah itu dengan begitu derasnya, seperti akan pecah. Diiringi sang angin dan petir, gerombolan air langit itu menerobos masuk kedalam rumah lewat sela-sela pintu dan kaca yang menganga kecil karena tak mampu menahan gempuran mereka semua. Kalian tahu tidak kawan apa yang terjadi setelah semua itu terhenti. Kamarku yang berada di garis depan kontrakan itu habis terlalap air yang membanjiri semua lantai. Dan tentunya bukan kamarku saja yang hancur terkena gempuran mereka, kamar kawan-kawanku semuapun juga habis mereka lalap dengan tetesan mereka. Dapat kalian bayangkan bagaimana bingungnya aku saat mereka menyerbu bersama-sama. Berlari kesana kemari menadahi mereka yang jatuh bagai serpihan bom atom amerika yang meluluh lantakkan kota Hiroshima (Wuih,,, kayak perang dunia wae…).

Sesaat setelah mereka lelah menyerbu bumi dengan ganasnya. Kami bertigapun keluar (Upss,, iyah ada yang terlupa. Ternyata bala bantuan datang menolongku, yah mereka adalah Copek dan Pokes yang baru pulang dari kuliah, seingatku seh..) melihat imbas dari kejadian tersebut. Wah… tak disangka, semua genting yang menutupi rumah kontrakan itu terangkat, dan beruntung tak sampai jatuh seperti pondokan cewek yang berposisi sekitar 100m dari kontrakan kami. Bayangkan saja, hampir semuanya menghilang dan dan pecah karena kekuatan angin bercampur hujan.

Hemh,,, cukup cerita itu yang mampu menggambarkan bagaimana kekuatan Hujan bila bercampur dengan yang namanya angin. Untuk “Petir” yang cahayanya begitu indah kalau ia sedang bersanding dengan rasa takut. Kalau dengan yang satu ini aku dan adikku (yoga tentunya) yang mempunyai cerita dengannya. Kalau tidak salah saat aku pulang dari survey ketempat aku KKN. Yah.. dalam perjalan pulang menuju ke Jember, cuaca mendung mengiringi kepulanganku. Sesampainya dikontrakan itu, sambil menenteng dua bungkus nasi yang telah dipesan adikku (wes kelaparan adikku ternyata menungguku .hehehehe sepurane lhe…) hujanpun turun dengan begitu derasnya. Hehehe,, pasti bisa ditebak bukan, yah,, benar sekali. Petir dan saudaranya yang bernama guruh datang. Bak dentuman bom-bom Israel yang menyerbu Palestina (kata adekku hehehehe…) dan sensasi ketakutan dan senang kembali melebur menjadi satu lagi. Kalau tidak salah ingat itu terjadi disekitar pertengahan bulan Juli tepatnya tanggal 11 hari minggu sore. Hehehe,, dan secara tidak sadar aku semakin keranjingan dengan sensasi tersebut.

5.

 

Dibagian akhir ini aku juga ingin bercerita tentang masa-masa aku KKN (Kuliah Kepada keNyataan) walau tidak secara detail dan penuh. Hehehe.. bagaimana tidak karena dalam masa itu terlalu banyak memoar yang aku simpan sebagai pelajaran entah itu baik atau buruk yang penting menambah pengalamanku tentang yang namanya kehidupan. Jadi hanya sepintas saja aku gambarkan, sejalan dengan kenangan yang masih tersimpan erat dalam otakku.

Dalam masa itu aku ditemani para siswa-siswi “Sekolahanku” dari berbagai macam jurusan, mulai dari Sastra sampe Kedokteranpun masuk dalam kelompokku. Kelompok 24 tepatnya, kami semua bersembilan dengan komposisi 2 orang cowok dan 7 orang cewek. (Semakin jelas kalau gini perbandingannya ternyata jumlah cewek lebih banyak dari pada cowok. Wkwkwkwkwk) Kusebutkan satu per satu komposisi tersebut biar lebih jelas, mereka semua adalah, aku (Andriek Martha Prayoga) yang didaulat sebagai coordinator kelompok tersebut. Berikutnya, Ike Yunitasari seorang cewek yang ngakunya sih kuliah di jurusan Adm. Bisnis dan waktu itu masih kerja di A**S, dan aku masih ingat saat pertama kali bertemu di LPM dia masih memakai seragam kerjanya, dia kami panggil Kopler (agak dung-dung.. hehehehe), entah bagaimana alasan dan ceritanya aku tak mengerti dan yang jelas dia Kopler banget pokoknya. Pernah suatu ketika saat kami semua beristirahat setelah beraktivitas dia menari-nari ndak jelas dalam kamar dan kalau tidak salah background lagunya adalah CINTA SATU MALAM yang begitu ngetren sekali kala itu, pokoknya dia ratunya kopler wes pokoke. Dan kabar terakhir yang aku terima tentang dirinya saat ini sudah menikah dengan pujaan hatinnya yang biasa dia panggil A’ak (moga-moga langgeng n tambah pinter jok dadi kopler tok nit.. hehehe)

Yang ketiga adalah Vivin Wulandari, seorang cewek yang masih satu jurusan dengan sang Kopler yang biasa dipanggil Sadu ato pipien sama anak-anak. Dia yang paling jago masak diantara kami semua, hemh,, apalagi kopi buatannya uenak tenan pokoknya hehehe. Dengan logat Madura yang khas begitulah cara dia ngomong. Dibalik sifat lugunya ternyata dia memiliki charisma paling tinggi untuk urusan cinta, apalagi kalau lawannya masih dalam taraf seorang “Berondong” hahaha,, dia emang seneng banget kalau berurusan dengan yang namanya “Berondong”. Pada suatu ketika saat kami semua sedang mengadakan rapat harian di posko dia kutimpuk dengan gulungan buku yang aku pegang, kalau tidak salah dia sedang asyik ngomong dengan yang lain pada saat aku sedang ngomong. Yah.. tanpa banyak basa-basi air matanya langsung meluncur deras tak dapat berhenti.(Maap pien khilaf… hehehehehe).

Luluk Wulandari, seorang cewek lagi dari jurusan sastra yang berasal dari Banyuwangi. Manis tapi sayang otaknya agak lemot,, (LoL I’m so sorry to said that luk) cara dia ngomongpun masih terkesan formal dan banyak sekali basa-basinya padahal tujuannya ke C lha kok dia cerita dari D hehehehe, banyak gak nyambunge pokoke. Ingantan tentang dia nyerintil begitu saja dalam otakku, ceritanya saat dia jadian dengan anak desa sana dalam kurun waktu yang gak sampai hitungan sehari penuh. Dan gak tanggung-tanggung cowok yang digaetnya tuh adalah anak seorang perangkat desa tempat kami KKN hehehe… dan sampai saat inipun si cowok itu masih sering bertanya kabar tentang si Luluk (tanggung jawab dirimu luk…. wkwkwkwk)

Novia Maharani, cewek manis dari ambulu yang memiliki suara imut seperti Sandi “Preman Kecil” siswi jurusan ekonomi yang ternyata seorang yang ulet juga. Saking uletnya dia yang berhasil menemukan tempat dimana sinyal telepon bersemayam (Semangat sekali nek disuruh telpon-telponan wkwkwkwkw). Dan terlihat sangat begitu aktif kalau pada saat dia sedang bertelepon ria dengan gebetannya (“Bicara denganmu tak cukup satu menit dua menit tiga menit” pinjem iklane Ind**t)

Rizki Ayu P.S, pendiam, menengan, ndak banyak bicara (eh,, opo bedane..?? hehehe) “Mbah” begitu aku menyebutnya, alasane saat aku lihat nama file foto yang dia kasihkan ke aku. Satu yang aku ingat dari dirinya yaitu saat ia ngomong “Kebun Ketela,,” ungakapan yang ia sampaikan waktu aku bersama dyah mau mengambil gambar yang ada di dalam Polindes. Maklum malam itu malam jumat dan di belakan Polindes tersebut ada kebun ketela. Wkwkwkwkwk.. itu saja ingatanku tentangnya yang sampai sekarang melekat.

Dyah Febrianti, siswi kedokteran yang aslinya ceriwis tapi berubah menjadi pendiam pada akhir-akhir masa KKN sampai sekarang aku gak pernah tahu kenapa (opo’o dirimu dy..??) dia adalah seorang yang selalu mengingatkanku pada deadline-deadline ataupun pada hal-hal kecil tapi penting yang sering sekali aku melupakannya (Matur Nuwun dy,, wes sering ngilengke aku)

Arini Addina Yasmin, Seorang siswi dari jurusan HI (Hubungan Internasional), pinter, wawasanya tentang sastra juga banyak, aku saja yang notabene anak sastra aja kalah dengannya, harusnya kamu masuk di sastra njess. Dia seorang cewek yang sangat haus dengan yang namanya kebebasan, dan sangat mencintai “Ketidak Jelasan”. Sangat suka dengan kata-kata “Cinta” hingga semua teman ia panggil dengan sebutan cinta. (Mendeskripsikan dirimu itu penuh dengan ketidak jelasan njess, sampai-sampai aku bingung mau nulisa apa..)

Dan yang terakhir ini masuk dalam kelompok kami karena sebuah kecelakaan dan namanya adalah Arief Kurniawan (untuk lebih jelasnya Tanya pada yang bersangkutan aja, ada kok FBnya).

Kami menyebut kelompok kami dengan sebutan “SADU” yang artinya SAntai dulu baru GeriDU. Kami bersembilan ditempatkan di kecamatan Ledokombo di Desa Sukogidri. Gidri, begitulah kami biasa menyebutnya. Disana semua kehidupan kami terpenuhi walaupun dengan ala kadarnya. Sampai-sampai sinyal dari ponsel kami semua pun juga ala kadarnya tepatanya antara ada dan tiada. Kamipun harus berjalan kesana-kemari demi mendapatkan sinyal.(Kebiasaane Novia neh..) Namun dengan semua keterbatasan itu semua kami masih mampu melalaui 45 hari disana dengan penuh suka dan duka. (kalian sebutin suka dan dukane dewe-dewe yah)

Disana kamipun kenal dengan seorang wanita paruh baya yang biasa kami panggil dengan bu. Nanik, beliaulah yang merawat dan selalu menemani kami melalui malam-malam di Gidri. Hampir meleleh juga air mata ini saat mengingat wajah beliau yang dengan sepenuh hati menjaga kami semua. Kalimat yang paling ingin aku dengar darinya untuk sekarang ini hanyalah “Biddeng cong??” (Bahasa Madura yang berarti “Kopi nak?” bener po gak tulisanku iku?? Hehehehe).

 

 

“Sekilas tentang dirimu yang masih begitu jauh dari dekapanku”

 

16 January 2011

Diiringi dentuman No easy way out – BFMV

Di Atas Kapal Pecah

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler