Skip to Content

cerita tentang dia

Foto sultan

Pada tanggal 17 Maret aku mendatangi salah satu bazar yang dirangkaikan dengan bedah buku, yang diadakan oleh organisasi kecil yang biasa disebut dengan nama Hiuman Illumination (HI), pas pukul 20 : 40 aku sampai di tempat tersebut, terus aku ambil kursi dan duduk di samping temanku, tiba-tiba aku melihat seorang gadis yang duduk pas di hadapanku dengan posisi yang membelakangiku, dan wanita itu memakai pakaian warna biru, dan dimana  warna itu kebetulan warna kesukaanku, aku penasran dengan wanita itu, sampai-sampai terlintas pertanyaan dalam fikiranku “siapakah sebenarnya wanita itu” kayak tidak asing bagiku, tak lama kemudian wanita itu berdiri dan menhadap kepadaku sekejap, dan ketika aku memandangi wajahnya, aku terkejut, ternyata dia adalah wanita pujaanku.

Sungguh tak pernah terlintas dalam fikiranku bahwa aku akan bertemu dengannya di tempat bedah buku itu, tapi sungguh bahagia aku melihatnya, walaupun dia tidak memperhatikanku sedikit pun, tapi setidaknya aku bisa melihatnya dan tau keadaanya, dan itu membuatku lega, dan beban dihati terasa berkurang, dan itu semua cukup bagiku, karena aku meman tidak pernah berharap banyak dengannya, aku hanya berharap seatu saat aku bisa menyampaikan apa yang aku rasakan terhadapnya, aku tidak pernah berharap lebih dari itu,  karena aku takut pengharapanku akan musnah dibuatnya. Aku hanya bisa berjalan membawah cintaku terhadapnya, dan kakiku terus melangkah tanpa ada keragu-raguan untuk dia membenciku lantaran akau mencintainya.

Seperti itulah perasaanku pada wanita yang berpakian warna biru itu yang  terdapat di bazar tersebut, dan dimana wanita itu biasa aku sebut sebagai wanita pujaanku.

Tak terasa, waktu terus berjalan dan malam pun semakin larut dan menhembuskan anginnya yang dingin, bedah buku pun terus berlanjut, dan teman yang lain keasikan beraduh argumentasi dengan moderator, sedangkan aku hanya bisa terdiam, dan merenungkan wanita pujaanku yang sama sekali tidak mempertikanku, tidak sama dengan hari-hari sebelumnya, dia selalu menyapaku ketika aku bertemu dengannya, tapi kali ini dia sama sekali tidak melontarkan kata-kata sedikit pun bagiku, tapi mungkin itu semua dia lakukan lantaran kesibukannya yang melayani teman yang hadir di bazar bedah buku tersebut.

Tak lama kemudian bedah buku tersebut selesai, aku pun berdiri tuk berjabat tangan dengan kakanda Ismail yang sebagai pemateri, sekaligus penulis novel yang kita bedah bersama, tak lama kemudian teman-teman bubar satu persatu, sedangkan aku masih tinggal duduk sambil meminum kopiku perlahan-lahan yang ada di hadapanku sambil menunggu dia menyapaku, tapi penharapanku pun berubah menjadi kelam, dia tak kunjung jua melontarkan kata-kata kepadaku lantaraan keasikannya berdukusi dengan teman-teman LK II-Nya, dan teman-temanku pun menbereskan barang-barangnya dan mengajakku pulang, aku pun mengambil tasku yang terdapat di sampingku, sambil mataku memandangi wajahnya yang cantik.

Aku pun berdiri dan berbalik membelakanginya, dan hatiku pun tak sanggup meninggalkan tempat itu sebelum dia menyapaku seperti biasanya kalau aku bertemu dengannya, tapi aku pun memaksakan diri mengayungkan kaki ku ke depan tuk meninggalkan tempat itu dan terus berjalan menuju parkiran, hatiku pun semakin gelisah karena dia betul-betul tak menyapaku, tak pernah kefikiran olehku dia akan membuatku prustasi lantaran perlakuannya terhadapku, tapi itu semua bukan salahnya, melainkan salahku sendiri, karena aku menaruh cinta yang sangat besar terhadapnya, bahkan aku berani mencintainya tanpa sepengetahuannya, maka aku pula harus kuat menanggung resikonya dengan hati sangat rapuh.

Aku tak bisa lagi tuk berhenti mencintainya, karena dia adalah bintang dan pelitaku, tanpa dirinya aku akan bermalam dalam kegelapan.

 

TAMAT

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler