Skip to Content

Fany in Timeless

Foto RD Gumilang

Panjaaaaaannnkkk!!! Begitu orang-orang terdekat memanggilnya.  Kedengarannya aneh, tapi dia tidak keberatan dan tetap menoleh   ke arah suara yang memanggilnya dengan sebutan yang tidak biasa itu. Jangan salah, itu bukan nama pemberian orang tua yang tercantum di akta lahir , KTP ataupun kartu-kartu lainnya. Nama aslinya adalah FANY FACHROZY, nama yang bagus dan keren. Bang Fany, seperti itulah aku memanggilnya. Sebutan “Panjaaaaannkk” , tidak lain dan tidak bukan hanyalah panggilan sayang orang-orang terdekatnya. Bukan tanpa alasan kenapa sebutan itu tersemat padanya. Lajang kelahiran  29 Mei 1988 ini mendapat kehormatan dipangggil dengan sebutan panjaaaaaannnk, adalah karena dia memiliki postur tinggi badan yang tinggi dan cukup menjulang. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi lahirnya sebutan aneh itu padanya. Hal yang membuat orang-orang yang mengenalnya mengambil keputusan untuk tidak segan  memanggilnya  si Panjaaaaannnnkkk…

                Bungsu dari 6 bersaudara ini tidak hanya namanya saja yang keren, tapi harus diakui juga punya tampang oke dan gaya yang cool. Nilai plus lain yang radarku tangkap pada dirinya yaitu he is friendly and he has big sense of humor. Bang Fany itu selalau tahu cara membuat gembira hati orang-orang yang ada di dekatnya. Sadar atau tidak, mungkin itu juga ada hubungannya  dengan nama yang dia punya. Fany , yang kalau dalam bahasa Inggris  (Funny) artinya lucu. Sosoknya yang supel dan lucu membuat orang lain yang ada di dekatnya merasakan kegembiraan. Well, bisa dibilang bang Fany itu salah satu makhluk Tuhan yang paling keren dan lucu yang saya pernah kenal. Where Fany is, there is happiness.

                Aku tidak tahu entah sudah berapa banyak orang yang benar-benar merasakan atau hanya sekedar kecipratan rasa senang yang dihadirkan dari sosoknya, baik itu lewat perbuatan ataupun ucapan. Tentu mereka dan kami semua berharap hal itu bisa berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang lebih lama lagi. Mereka yang dekat dengan bang Fany, pasti berharap masih akan dimanjakan dengan tingkah laku yang mungkin sedikit menyebalkan tapi konyol yang ujung-ujungnya berbuah kegembiraan, anywhere and anytime.

                Sampai tiba saat dimana hal yang tidak diinginkan itupun terjdi…

Mnggu ,3 Juli 2011

                Di tengah dingin malam yang hampir larut, kabar duka itu mampir di telingaku. Bang Fany meninggal..!!!! Kecelakaan !! Innalillahiwainnailaihirajiun… itu kata pertama yang keluar dari mulutku sambil berharap kalau telingaku ini sedang bermasalah dan berita yang aku dengar itu keliru. Kalaupun berita itu benar, saat itu dalam hati aku masih berharap kalau yang meninggal itu adalah Fany yang lain, bukan bang Fany yang aku kenal. Tapi apa mau dikata, berita yang aku dengar adalah benar, dan Fany yang dimaksud adalah benar bang Fany. Aku sadar, seingatku memang tidak ada lagi nama Fany selain bang Fany yang aku kenal di family list kelurga besar kami. Asataga, bang Fany!!! Ya Allah , ini nggak mungkin…

Keesokan harinya ..

                Saat langkah kakiku menyusuri jalan menuju rumah duka, aku melihat papan bunga berjejer di sepanjang jalan menuju rumahmu. Papan-papan segi empat yang berhiaskan bunga itu seluruhnya bertuliskan Turut Berduka Cita atas Meninggalnya Rekan/Sahabat kami ,Fany Fachrozy. Ya Allah, ternyata benar bang Fany sudah tiada. Unbelievable!! Ini sangat tidak disangka, tapi ini juga sangat sukar untuk disangkal. It’s reality!!

                Dari kejauhan, aku sudah bisa melihat begitu banyak manusia yang hadir di kediamanmu. Ramai, sangat ramai bahkan. Aksesku untuk sampai di depan pintu rumahmu saja begitu sulit. Aku saja harus berulang kali mengatakan “maaf, saya mau lewat”. Saat aku sudah berhasil melewati kerumunan orang di luar dan kedua kakiku tepat berada di pintu rumahmu, kulihat di dalam begitu penuh sesak. Orang-orang berkumpul mengeilingi satu posisi dimana di sana terdapat jenazahmu yang sudah terbujur kaku.” Masya Allah, benarnya itu kau bang Fany?” bisikku dalam hati penuh tidak percaya. Saat itu aku tidak bisa berlama-lama duduk di dekat jenazahmu, di belakangku sudah mengantri banyak orang yang juga ingin mengirimkan doa tepat dimana posisimu terbaring dengan damai. Setelah bersalaman dengan orang-orang terdekatmu, aku langsung mencari posisi duduk yang tidak terlalu jauh dari jenazahmu, supaya aku bisa ikut juga mengirimkan sepenggal doa buatmu.

                Pada posisi kurang lebih 2,5 meter dari letak jenazahmu, aku mulai menggerakkan bibirku untuk membentuk kata-kata yang terangkai menjadi doa untukmu. Cuma itu yang bisa aku lakukan untukmu, Brother. Dalam hati aku masih tidak percaya, aku masih berharap kalau tubuh yang terbaring membisu itu bukan engkau, bang Fany. Sulit rasanya untuk tidak meneteskan air mata ini untuk tidak jatuh di pipiku, terlebih ketika ada salah seorang pelayat yang membuka kain putih yang menutupi wajahmu. Kulihat wajah pucatmu yang dingin itu tersenyum dengan damai, damai sekali. Waktu itu, di dalam hati aku berkata seperti ini padamu, brother : “ Bang Fan, meskipun itu hanya ragamu yang tidak bernyawa, tapi kau tetap terlihat cool dengan senyum manismu itu”.

                Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran masih terdengar ramai diantara isak tangis mereka yang menyayangimu. Diantara mereka-mereka itu, kulihat Ibumu yang berusaha sekuat tenaga untuk tetap tegar menutupi hatinya yang sangat pedih karena harus menerima kenyataan akan kehilangan putra bungsu kesayangannya. Tatapan matanya kosong, air mukanya menyiratkan kesedihan yang sangat mendalam. Aku yakin kau pun dapat melihat itu, brother. Saat itu dirimu juga pasti bisa melihat begitu banyak pelayat yang datang silih berganti melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Tua-muda, laki-laki-perempuan, keluarga, sanak saudara, sahabat, rekan kerja, tetangga, teman biasa, semuanya datang untuk mendoakanmu.

                Momen yang mengharukan itupun menyeruak. Tangis dari kakak kesayanganmu pun pecah tatkala abangmu yang paling sulung datang, setelah melakukan penerbangan langsung dari Jakarta. “ Udah janji dia, Bang. Mau dijaganya aku sampai tua. Tapi pergi duluan dia, Bang!!” ucap kakakmu sambil terisak. Kuperhatikan dengan seksama orang-orang yang ada di ruangan itu menitikkan air mata menyaksikan adegan yang memilukan dari kakak dan abangmu. Begitu banyak hal tidak bisa aku sebutkan yang menggambarkan bahwa keluargamu sangat kehilanganmu, Brother.

                Para pelayat terus saja berdatangan, hingga rumah yang berlukiskan banyak kenangan tentangmu itu terasa tidak cukup untuk menampung mereka yang tidak terhitung jumlahnya. Para sahabat dan teman-temanmu tak kunjung habis bermunculan demi melihatmu untuk yang terakhir kalinya. Bahkan beberapa sahabatmu ada yang dengan sengaja mengabadikan foto wajahmu yang terbalut senyum indah, foto terakhirmu.

                Belakangan aku tahu, ternyata foto-foto itu mereka ambil supaya bisa di-upload ke akun facebook milikmu, Brother. Mungkin itu dilakukan atas permintaan sahabat-sahabat dan teman-temanmu yang memang tidak bisa datang untuk melihat dan melepas kepergianmu untuk terakhir kalinya. Mereka ingin melihatmu, walaupun hanya dari facebook.

Dari luar kediamanmu, aku menyaksikan oarang-orang terus saja menyemut datang ke rumahmu. Aku melihat wajah-wajah tak percaya karena telah kehilanganmu, Brother. Saat pemberian kata-kata perpisahan terakhir dari pihak perwakilan keluarga dan rekan kerjamu, air mataku, air mata mereka menetes lagi. Pemandangan itu menyadarkanku bahwa bang Fany telah meninggalkan banyak kesan dan kenangan mendalam yang tak akan pernah terlupakan bagi orang-orang yang kau tinggalkan. Keluarga, sudah pasti sangat kehilanganmu brother. Bukan hanya keluargamu yang berduka akan kejadian ini, tapi aku cukup peka melihat dengan jelas kalau duka itu itu juga sangat dirasakan oleh sahabat-sahabatmu, rekan kerjamu atau yang hanya sekedar mengenalmu. Semua orang shock, Brother…

                Kulihat tandu besi berwarna hijau sudah menunggu di luar. Sebuah transportasi yang dibuat khusus untuk mengantar orang-orang yang telah tiada ke dunia dan dimensi baru. Ketika ragamu, sosok berpostur tinggi kurus yang dibalut kain putih itu dimasukkan ke dalam tandu besi berwarna hijau, pecahlah tangis orang-orang yang menyayangimu. Brother, anggaplah tandu itu seperti sepeda motor besar favoritmu . Sepeda motor yang jadi saksi bisu atas kepergianmu malam itu. Abang-abangmu, sahabat-sahabatmu, saudara-saudaramu,rekan-rekan kerjamu, semuanya ingin membopong tandu hijau itu untukmu brother.

                Saat mereka mulai mengangkat tandu itu untuk membawamu pergi ke masjid untu dishalatkan, suara suara tangis menjurus histeris pun bergejolak. Ibu dan kakakmu bahkan terkulai lemas hampir tidak sadarkan diri. Abangmu yang nomor 5 juga tak kuasa menahan emosi dan air matanya. Abang yang katanya paling sering bertengkar ala anak muda denganmu, yang wajahnya paling mirip denganmu dan yang paling sering menyebutmu Panjank juga pastinya. Abang yang menemanimu sampai kau menutup mata saat di rumah sakit. Dari cerita yang aku dengar dari salah seorang saudara yang saat itu juga ada di rumah sakit, abangmu itu berkata : “ Adekku itu woy, tolonglah!!”  jerit abangmu sambil duduk terkulai di lantai rumah sakit yang dingin, sedingin tubuhmu saat menghembuskan nafas terakhir.

                You know brother?? Banyak sekali orang yang mengantarkanmu ke tempat peristirahan terakhirmu. Ketika kau dibawa pergi, dalam hati aku berkata : “ Selamat jalan, bang Fany… Kau pasti akan menemukan kebahagiaan yang abadi di sana… Semoga kau mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWt. Amin…”

                Aku tidak akan bilang bahwa aku faham benar apa yang sedang terjadi saat itu. Dan mungkin aku juga tidak terlalu faham apa yang dirasakan oleh mereka-mereka yang menyayangimu karena kepergianmu. Tapi aku cukup peka untuk bisa merasakan dan mengatakan bahwa mereka sangat kehilanganmu. Sangat-sangat kehilangan …

                Rasa kehiilangan akan dirimu tidak hanya kulihat di dunia nyata, tapi juga di dunia maya. Dari akun facebookmu, aku melihat begitu banyak ucapan belasungkawa atas kepergianmu. Ucapan itu bukan hanya sekedar ucapan duka cita biasa. Menurutku, ucapan-ucapan itu adalah ekspresi dari kehilangan yang sangat besar. Rasa kehilangan akan seorang sahabat, kekasih, mantan kekasih ataupun teman biasa. Sayang sekali aku bukanlah salah seorang temanmu di facebook, terlambat bagiku untuk jadi temanmu di dunia maya.

                Bang Fany, maaf… maaf atas kegratilanku melihat isi di wall facebookmu. Maaf karena aku jadi spy kit amatiran yang kepo (read: mau tahu segalanya) tentang dirimu. Forgive me, please… Jujur, ntah mengapa hatiku tertarik untuk melihat wall di facebookmu, padahal kita sama sekali belum berteman di jejaring sosial paling populer seantero dunia ini. Berdasarkan penelusuran yang aku lihat dari track record status ataupun pesan-pesan di   facebookmu, baik pra ataupun pasca-kepergianmu ke haribaan Yang maha Kuasa, paling tidak aku jadi tahu apa lagu favoritmu yang paling sering kau request saat dirimu sedang ada di warnet, aku jadi tahu kalau kau sangat dicintai oleh teman-temanmu dan yang paling penting aku jadi sadar betapa funny-nya dirimu

                Aku masih ingat,  tujuh hari setelah berpulangnya dirimu, aku datang kembali ke rumah dimana kau menghabiskan masa hidupmu. Di hari ke tujuh itu, aku mendengar banyak cerita dari mulut kakak, ayah dan ibumu, orang-orang terkasihmu. Cerita yang tidak aku dengar saat pertama kali aku datang. Cerita-cerita itu yang kini akhirnya aku tuang menjadi sebuah kisah untuk mengenanmu, Brother.

                Dari ayahmu aku mendengar, bahwa sangat banyak orang yang terkejut atas meninggalnya dirimu. “ Akh, gak mungkin ! Si Panjank itu?? Baru aja kuliat dia tadi sore!!” Cerita ayahmu menirukan salah seorang yang terkejut atas kepergianmu yang mendadak. Bahkan saat di tempat peristirahatanmu yang terakhir, banyak ibu-ibu yang kebetulan lewat tapi berhenti karena tahu kalau yang sedang dimasukkan ke liang lahat itu adalah dirimu, Brother. “ Ohhh, si Panjank itunya rupanya. Masya Allah!” ucap ayahmu lagi, menirukan gaya bicara seorang ibu. Ayahmu juga mengatakan, bahwa ada seorang Ustadz yang menyangka kalau yang meninggal itu adalah seorang pejabat. Pak Ustadz itu berpikir demikian karena begitu banyaknya orang yang melayat, mensholatkanmu hingga mengantarkanmu ke peristirahatan terakhir.

                “Belum pernah saya lihat di daerah Belawan ini, ada yang meninggal disholatkan dan dikuburkan dengan diantar begitu banyak orang, sekelas pejabat sekalipun”. Ustadz itu juga bilang seperti ini pada ayahmu : “ pasti anak Bapak itu anak yang baik, sehingga banyak orang yang mendoakannya”. Brother, kau pasti bisa melihat hingga malam ketiga pun orang-orang tak ada putus-putusnya mendatangi rumahmu. Mereka semua ingin mengirim doa untukmu.

                Dengan tegar ayahmu menceritakan bagaimana kejadian yang merenggut nyawamu bisa terjadi. Bagaimana kau mengalami kecelakaan itu , kecelakaan yang katanya juga disaksikan oleh sahabat-sahabat terbaikmu. Malam itu kalian baru saja pulang dari Marina Restaurant Dermaga Belawan. Merekalah yang pertama kali membawamu ke salah satu rumah sakit terdekat. yang akhirnya merujukmu ke rumah sakit

                Dari kakakmu, aku mendengar bagaimana berita tentang kecelakaan itu sampai di telinga mereka. Di sini, lagi-lagi aku hanya bisa membayangkan bagaimana kalutnya perasaan orangtua dan saudara-saudara kandungmu mendengar kalau anak/adik mereka mengalami kecelakaan. Seketika itu juga, kakakmu pergi  menuju rumah sakit dengan temanmu yang datang menyampaikan kabar yang sangat tidak menyenangkan itu. Meyusul kemudian ayah dan abangmu yang nomor 5. Di bagian ini, aku tidak akan membahas keadaan ibumu, karena sudah pasti dia jadi orang yang paling terpukul dengan berita itu.
                Saat tiba di rumah sakit pertama, keluargamu mendapat kabar bahwa kau harus secepatnya dirujuk ke rumah sakit lain yang peralatan medisnya lebih lengkap atau dengan kata lain pihak rumah sakit itu menyerah untuk menanganimu. Tanpa berpikir panjang, keluargamu langsung membawamu ke rumah sakit yang telah dirujuk oleh rumah sakit sebelumnya. Setibanya di rumah sakit rujukan, semakin nyatalah kekhawatiran anggota keluargamu. Keluarga dan sahabat-sahabatmu menyaksikan dirimu yang sudah tidak sadarkan diri lagi. Di saat itulah, kakak kesayanganmu berkata di dekatmu :

 “ Kuat kau ya, Dek! Berobat kita, sembuh kau ya, Dek..!!”

                Keadaan saat itu pastilah sangat kacau balau. Abangmu berusaha menguatkan ayahmu, padahal dia sendiri  juga sebenarnya tidak kuasa untuk tetap tegar. Dari penuturan salah seorang keluarga dekatmu yang saat itu juga hadir di rumah sakit, bahwa kakak tersayangmu terus saja menangis. Dia berusaha mengucapkan kata-kata semangat supaya kau kuat dan mampu bertahan. Kata-kata yang sebenarnya mungkin sulit keluar dari mulutnya, karena dia pun sudah tidak kuat lagi melihat adik kesayangannya menahan rasa sakit yang luar biasa.

                Brother, pihak rumah sakit telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkanmu, tapi Allah Swt berkehendak lain. Allah lebih memilih untuk memanggilmu menuju ke Haribaan-Nya. Saat dokter menyampaikan berita itu , jerit tangis mereka pun tak terbendung lagi. Merekalah orang –orang terkasihmu yang menjadi saksi atas kepergianmu, sahabat dan keluargamu. Meskipun berat, pilihan Allah pastilah yang terbaik untukmu, Brother.

Masih dari penuturan ayahmu, malam itu juga jenazahmu dibawa pulang ke rumah. Dengan disambut isak tangis dari banyak orang yang sudah berkumpul di rumahmu. Ternyata begitu cepat kabar tentang kepergianmu tersebar, Brother. Mereka semua tidak menyangka kalau yang pergi selamanya itu adalah kau. Bahkan salah satu sahabatmu yang baru kau temui pada siang hari sebelum kau mengalami kecelakaan, sahabat yang sudah 4 tahun tidak bertemu denganmu karena keperluan pendidikan merasa shock dan tidak yakin dengan berita yang didengarnya.

“ Nggak mungkin… tadi siang aja kami baru jumpa… ketawa-tawa” kurang lebih seperti itu yang diucapkan sahabatmu, seperti yang ditirukan ayahmu. Malam dinihari itu juga dia datang ke rumahmu untuk memastikan kabar yang didengarnya. Begitu berartinya dirimu, brother Fany…

                Kau pergi meninggalkan banyak cerita dan  kesan yang sangat mendalam. Di usiamu yang masih muda, pasti kau memiliki segudang impian dan obsesi hebat dalam hidupmu yang mungkin belum tercapai sampai ajal menjemputmu. Misalnya saja seperti status di facebookmu yang kau buat tanggal 23 Juni 2011 :

Ibuku sayang… akulah anakmu… n’ ayahku itu suamimu… atokku itu abahmu…

Nenekku itu mamakmu… keponakanku itu cucumu…

Kak Ani, Bg Acon, Kak Dani, Kak Dhevi iparku… n’ itu menantumu…

Sekarang kau tinggal menunggu 2 anakmu lagi… yang akan membawa menantu baru buatmu..

Walaupun itu ntah kapan… yang pastinya itu hanya buatmu ibu n’ ayah juga…

Baek kan anakmu… ^-^

Brother, di penghujung 2011 abangmu yan nomor 5 telah melangsungkan pernikahannya. Dan itu artinya, telah hadir satu menantu baru lagi di keluarga besar kalian. Bahkan sekarang kau sudah memiliki seorang keponakan baru lagi.

Berdasarkan hasil penelusuranku, kau juga ternyata punya mimpi bersama teman-temanmu di BPC squad. Aku tahu tentang BPC juga dari ketidaksengajaanku melihat wall di fb mu. Ketidaksengajaan yang kian lama berujung kesengajaan, karena aku terlanjur interested melihat begitu banyak ekspresi tidak biasa dari orang-orang  yang merasa kehilanganmu. Tentang BPC, aku baru tahu ternyata BPC itu singkatan dari Belawan Psycho Community. Sebuah komunitas anak-anak Belawan yang punya motto Friend, Family, Forever.

Aku juga baru tahu kalau selain bekerja, ternyata kegiatan dan hobimu juga banyak. Futsal, gang vespa, jadi anggota SMACK (supporter setia PSMS Medan), organisasi ini dan itu. Pantas saja begitu banyak orang yang berpakaian dengan atribut tertentu, khususnya yang berpakaian loreng-loreng hadir untuk ikut melepas kepergianmu.

Masih dari penuturan ayahmu saat aku datang di hari ketujuh pasca-kepergianmu. Berkaitan dengan gang vespa, ternyata kau punya obsesi untuk mengikutsertakan vespa lama ayahmu yang sampai saat kau pergi masih dalam perbaikan di bengkel agar bisa ikut tour di tahun 2011 itu juga. You know brother,  mereka yang berkecimpung di gang vespa telah berusaha dan berhasil  memenuhi harapanmu. Di tahun itu juga, vespa kesayanganmu dibawa untuk ikut tour oleh teman-temanmu di gang vespa. Untuk gang vespa, terimakasih atas bantuannya mewujudkan obsesi almarhum.

Begitu banyak mimpi dan harapanmu, Brother.  Sebanyak teman dan sahabat yang kau miliki, bahkan mungkin lebih. Namun kini, semua itu harus sirna bersamaan dengan kembalinya dirimu pada Sang Pencipta. Walaupun begitu, sepertinya keluarga dan sahabat-sahabatmu akan selalau menjaga ambisimu untuk selalu tetap membara.

Brother Fany, tanpa sengaja aku menemukan fakta dan hal-hal unik tentangmu yang mungkin kesannya terlalu aku cari-cari. Fakta ini aku cantumkan tanpa bermaksud membentuk opini aneh di pikiran orang yang membacanya.

  1. Fany Fachrozy, lahir 29 Mei 1988… hari Minggu
  2. Merayakan ulang tahun ke 23 (yang terakhir) pada 29 Mei 2011, hari Minggu
  3. Dua minggu sebelum kecelakaan itu terjadi, dirimu membuat status di fb kesayanganmu. Status yang kau buat tanggal 19 Juni 2011, hari Minggu

Kawand…

 

Jika hari ini aku tak dapat menemani kalian untuk selamanya…

Kenaglah aku dalam hidup kalian…

 

Jika aku tak bisa tertawa lagi bersama kalian…

Ingatlah aku…

 

JIka hari ini hari  terakhir buat aku berkata pada kalian…

Maafkanlah semua kesalahan yang pernah aku perbuat…

 

  1. Berpulangnya dirimu ke pangkuan Allah SWT pada 03 Juli 2011 , hari Minggu

 

Berkaitan dengan fakta yang nomor 3. Mungkin saat kau membuat status seperti itu, orang orang yang membacanya hanya menganggap kalau itu hanya sekadar kata-kata biasa tanpa mengandung makna apapun. Tapi setelah kau pergi, barulah kami sadar kalau itu jadi salah satu pertanda tentang kepergianmu yang untuk selamanya.

Itulah sedikit kisah tentang Fany Fachrozy. Sosok anak muda penuh semangat, sahabat dan pecinta sepak bola sejati. Pribadi menyenangkan yang rela meminjam uang sana-sini untuk membantu teman yang sedang kesusahan, ramah dan penyayang.  Seorang berjiwa muda yang juga punya sisi nakal ala anak muda seusianya. Karena semua itulah, dia cukup dikenal banyak orang dan memiliki tempat spesial di hati orang-orang yang mengenalnya.

Sebenarnya masih banyak testimoni  yang aku dengar secara langsung maupun aku lihat di dunia maya (facebook) yang intinya menggambarkan bahwa banyak orang yang shock  dan tidak menyangka atas kepergianmu yang begitu cepat. Beberapa testimony mereka juga turut aku lampirkan di a lil  story book  ini.  

Selamat jalan brother Fany, sosokmu membuatku terinspirasi untuk membuat short story ini.  Tidak tahu kenapa, tiba-tiba saja hati dan pikiranku tergerak serta jarik-jariku terasa gatal untuk membuat sedikit cerita tentangmu dan kepergianmu yang juga mendadak. Cerita ini aku buat tanpa bermaksud membuat sedih orang-orang yang menyayangimu.

Karya ini sebagai bentuk rasa kagum, sayang dan hormat penulis pada almarhum dan keluarga besar. Persembahan khusus si penulis untuk almarhum Fany Fachrozy yang akan berulang tahun ke 25 sekaligus mengenang 2 tahun kepergian almarhum. Begitu banyak kenangan yang kau tinggalkan , dan itu akan terus hidup di hati orang-orang yang mencintai dan menyayangimu. Karena semua itu Tak Lekang Oleh Waktu, seperti lagu favoritmu, Brother.  Selamat jalan brother Fany Fcahrozy a.k.a bang Panjank. Semoga kau mendapat tempat terbaik di sisi Allah Swt, Amin Ya Rabb. However, we must be willing to let yo go forever. Thank you, Brother

Lampiran


Cerpen ini terinspirasi dari sebuah kisah nyata

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler