Skip to Content

Jangan Meremehkan.. ( Renungan )

Foto Yanti SPd Chaniago
files/user/3482/162964_179164702115212_6991973_a.jpg
162964_179164702115212_6991973_a.jpg

Jangan Meremehkan.. ( Renungan )

By :  Yanti SPd Chaniago

 

Di suatu senja yang tenang dan nyaman,

tampaklah seekor monyet sedang bergelayutan

dengan riangnya di sebatang pohon.

 

Dari kejauhan sekawananan angin

sedang memandangi tingkah monyet itu.

Angin-angin tersebut iri melihat monyet itu bisa

dengan sesukanya berpindah dari satu dahan

ke dahan lainnya.

Timbullah pikiran jahat dan ide para angin itu,

untuk mencelakai sang monyet.

Sang angin ribut berkata, " Hai teman-teman,

aku pasti bisa membuat monyet itu jatuh

dari pohon itu dengan sekali tiupan "

Angin-angin yang lain tak percaya, dan berkata,

" coba, kami mau lihat.. ! " kata mereka.

 

Maka dengan sekuat tenaga angin ribut bertiup

ke arah monyet yang sedang asyik bergantungan.

Menyadari adanya ancaman, sang monyet

langsung berpegagangan erat pada sebuah dahan,

sampai angin ribut berhenti, sang monyet akhirnya

tak jatuh, karena eratnya dia berpegangan.

 

Melihat angin ribut gagal, angin badai pun angkat bicara,

" ah dasar kamu angin ribut, cuma bisa gede omong aja,

liat neh aku pasti bisa menjatuhkan monyet jelek itu.. ! "

Maka angin badai pun memulai aksinya dengan tiupan

dahsyatnya ke arah sang monyet.

 

Sama seperti tadi, sang monyet langsung bertindak

untuk melindungi dirinya, dia memeluk pohon itu

sekuatnya, yang membuat dia juga tidak jatuh.

 

Angin badai pun kembali ke tempat teman-temannya

dengan muka bersemu merah menahan malu.

 

Sekarang giliran angin topan yang unjuk kebolehan

untuk menjatuhkan monyet yang dari tadi masih kuat

bertahan di pohonnya.

Singkat cerita, bertiuplah angin topan dengan kencang

sekali ke arah monyet.

 

Sang monyet nampaknya sudah semakin terlatih,

dengan siap siaga dia masih bisa bertahan

untuk tidak jatuh dari pohon tersebut.

 

Dengan perasaan kesal dan marah, angin topan

juga kembali ke teman-temannya dengan membawa

kegagalan.

Melihat ketiga temannya pulang dengan tangan hampa,

sang angin punting beliung pun nampak begitu marah

dan kesal terhadap monyet jelek itu, dia berkata

dengan nada tinggi sambil berkecak pinggang

 

" Hai teman-temanku semua, aku benar-benar

malu, dan tak terima kalau kita sebagai angin yang kuat

dan punya potensi memporakporandakan semuanya,

tak bisa menjatuhkan seekor monyet kecil yang jelek

seperti itu, mau ditaruh dimana muka kita,

pamor kita bisa luntur neh, apa kata dunia.. ? "

 

" Sekarang aku berani taruhan, kalau monyet itu akan jatuh

tersungkur hanya dengan satu kali tiupan dariku "

Maka dengan sombongnya angin punting beliung pun

melakukakn hal yang sama dengan teman-teman nya

yang terdahulu.

 

Menyadari datangnya bahaya yang lebih dahsyat lagi,

sang monyetpun lebih mempererat dekapannya pada dahan,

dengan melingkarkan keempat kakinya dengan kuat sekali,

sampai angin berhenti bertiup, monyet juga tak sempat jatuh.

 

Angin punting beliung pun marah dan menundukkan kepalanya

karena malu dengan ucapan nya sendiri.

Sesampai di tempat teman-temannya, mereka menyambut

dan menyabarkan angin punting beliung yang sedang gusar.

 

Dalam suasana yang tak menentu itu, tiba-tiba angin sepoi-sepoi

berkata, " hai teman-temanku, bagaimana kalau sekarang aku

yang mencoba menjatuhkan sang monyet itu.. ?

Spontan saja semua angin yang kuat dan  perkasa itu tertawa

terpingkal-pingkal, merasa geli mendengar ucapan angin

sepoi-sepoi, mereka mengejek angin yang lemah lembut

dan tenang tersebut,

" apa katamu angin lemah.. ?, kami saja yang kuat dan diakui

dunia bisa menghancurkan apa saja, tak bisa mengalahkan monyet kecil itu,

apalagi kamu yang gak punya kemampuan apa-apa,

hehehehe.." ledek mereka.

 

Tapi angin sepoi-sepoi tak menggubris ledekan teman-temannya,

dengan santai dan tenangnya dia mulai beraksi.

 

Angin sepoi-sepoi mulai bertiup semilir, dengan lembutnya

dia membelai sang monyet.

Merasakan angin yang bertiup lembut dan sejuk itu,

mata sang monyet mulai mengantuk, perlahan-lahan

dia menikmati hembusan angin sepoi-sepoi itu,

sampai matanya tak tahan lagi menahan kantuk,

Dengan merebahkan diri di atas sebuah dahan

dia mulai menyambut mimpi indahnya di alam tidur.

 

Si monyet tertidur, dan.. gedebuk.. !

sang monyet jatuh dan terhempas ke tanah.

Dia baru sadar setelah tau punggungnya merasa sakit.

 

Melihat sasarannya jatuh, spontan semua angin itu bersorak,

Angin-angin yang kuat mengelu-elukan si angin sepoi-sepoi,

mereka mengakui kehebatan angin sepoi-sepoi dan mengakui

keangkuhannya masing-masing, " Hidup angin sepoi-sepoi,

kau pahlawan kita, bravo.. ! " teriak mereka.

 

Begitulah sanjungan kegembiraan angin-angin kuat itu

terhadap angin sepoi-sepoi, yang semula dianggapnya lemah

dan tak berdaya tersebut.

Angin sepoi-sepoi pun tersenyum penuh kebangaan,

walau tak sedikitpun tersirat kesombongan di raut wajahnya.

 

Goresan ku ini memang hanya sebuah cerita ringan,

yang lebih mirip sebuah dongeng pengantar tidur anak,

namun kalau kita bisa merenungkan, ada makna dan

pelajaran yang dapat kita petik, yang pastinya sangat

berguna bagi kita semua.

 

*) " Janganlah kita sombong dan membanggakan diri dengan

kelebihan kita, karena bisa jadi suatu saat orang yang kita

anggap lemah dan tak berdaya bisa mengalahkan kita "

( spt yang dialami angin ribut, angin badai, angin topan,

dan angin punting beliung, yang dikalahkan angin sepoi-sepoi )

 

*) " Jangan kita terlena dengan kesenangan sesaat,

karena bisa jadi hal itu akan membuat kita celaka "

( spt yang dialami monyet , karena angin sepoi-sepoi )

 

Semoga tulisan ringan dan sederhana ini dapat menjadi

sebuah renungan, dan bermanfaat bagi kita semua.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler