Skip to Content

Kami Tanpa Ayah (Versi Baru)

Foto annisa rizka roselina

Suatu hari Sepulang kantor ayah mengetuk pintu rumah. Ternyata ayah pulang bersama orang-orang yang tak dikenal. Ida yang sedang duduk bersama kakak di depan tv. Lalu menyuguhkan minuman kepada mereka. Namun, orang itu tak mau minum dan tak mau duduk di kursi tamu. Mereka terus mengawasi gerak-gerik ayah. Kami berdua bingung ada apa ini. Tiba- tiba di dalam kamar ibuku menangis sejadi-jadinya. Ayah mengatakan kepada ibu “ bu, ayah hari ini harus berangkat ke Jakarta. Jika tidak saya akan dibawa paksa oleh kepolisian.” Deegghh….!!! Hatiku serasa ingin copot. Aku dan kakak langsung memeluk ayah. Ini lebih mengharukan daripada sinetron televisi. Ini adalah nyata ada di hadapanku saat ini. padahal kemarin malam kami sekeluarga sedang makan malam bersama, adik masih di gendong ayah. Dan kami masih bisa bercanda.

Hari ini ayah harus dibawa ke Jakarta atas tuduhan penculikan dan korupsi. Begitu hancur hati keluargaku. Tak sanggup rasanya harus kehilangan ayah yang selama ini begitu berarti bagi kami.  Setelah itu ayah juga mengatakan kepadaku “ Jaga dirimu baik-baik ya nak, ayah bukan seorang penjahat. Doakan ayah agar semua ini cepat berlalu. Jaga ibu, kakak dan adikmu ya nak. Ayah harus pergi “ aku tak dapat berkata- kata air mata menglir di pipi  kami. Ya tuhan rasanya tak sanggup menghadapi cobaan yang begitu besar. Kami mengantar kepergian ayah dengan penuh kepedihan. Ketika ayah sudah pergi kami bertiga langsung masuk kedalam rumah dan tak kuasa menahan air mata. Sungguh tragis hidupku. ibu sempat jatuh pingsan berkali-kali.  Kakakku langsung menelpon keluarga terdekat.  Akhirnya keluargaku datang  untuk menenangkan hati kami.

  Ibu sempat tidak masuk kantor untuk beberapa hari, kakakku juga tidak berangkat ke rumah sakit, sedangkan aku rasanya malu untuk berangkat ke sekolah. Aku takut jika mereka semakin mememojokkanku. Ibu juga takut jika ada teman kantornya menanyakan kejadian ini. dan kakakku juga seperti itu. Tapi, aku sekarang kelas 3 SMA sebentar lagi aku harus ujian nasional. Aku tak ingin mengecewakan orangtuaku. 

  Waktu itu aku sempat dibawa ke psikolog karna keadaaku tergunjang. Bayangkan saja aku harus memikirkan ibuku yang mencari uang untuk sementara, ayahku harus mendekam dipenjara,  aku harus belajar untuk persiapan ujian nasional, adikku dia sedang membutuhkan kasih sayang dari seorang ayah, sedangkan kakakku harus kerja untuk membantu keuangan yang nyaris habis.

  Saat di sekolah aku hanya diam sambil mencorat-coret  belakang halaman buku itu. Aku sering pingsan di sekolah karna mermikirkan beban yang harus dipikul sendiri. Semua guru dan sahabatku disekolah selalu mengkhawatirkan keadaanku yang semakin memburuk. Sebentar lagi ujian nasional aku harus bisa membuktikan kepada semua orang bahwa aku bisa. Bahwa aku mampu bangkit dari keterpurukanku. Sebelum ujian aku memikirkan akankah aku melanjutkan kuliahku? Ketika masuk SMA aku ditemani  ayahku.  Saat ini ayah telah pergi. Aku harus kuliah meneruskan cita-citaku menjadi seorang penulis. jika ayah pulang dia pasti akan berkata “ selamat nak, kamu telah berhasil mencari kuliah sendiri” dan  Aku yakin ayah pasti pulang.  Dia tidak bersalah. Bahkan semua orang pun tau ayah tak melakukan hal itu. Selama 4 tahun  hidup kami menderita. Ayah harus hutang kesana kemari demi menebus uang 4,65 milyar. Jika tidak membayar dia akan berursan dengan para pemborong. Jika memang benar ayah adalah seorang koruptor mungkin aku punya mobil mewah yang harganya milyaran, bahkan aku rela membelikan teman-teman sekolahku hp, mungkin aku sekolah di tempat yang elit, ibuku mungkin sudah mempunyai gelang yang banyak, dan bahkan kakakku bisa diangkat menjadi kepala rumaah sakit. Khayal ya rasanya semua Ini.

semua tetangga, sahabat, guru, tidak percaya akan hal konyol itu. Rasanya tak adil. Semua kejadian ini merubah keadaan menjadi semakin parah. Aku ingin marah, menangis, aku ingin memberontak terasa tersiksa hati ini. Aku tahu jika aku melakukan hal ini semua akan sia-sia . Disaat kau pergi ayah kami merasa sepi tak ada yang menemani aku sarapan pagi, tak ada yang mengantar dan menjemput ibu sepulang dari kantor , tak ada yang menemani adik, dan tak ada lagi yang menasehati kakak. Ayah kami tersenyum dihadapanmu, namun dibalik senyuman  tersimpan beribu air mata.  aku , adik, kakak dan ibu merindukanmu. Kami ingin berkumpul bersama lagi . bercanda bersama lagi, pergi jalan-jalan bersama, dan menghabiskan waktu dengan kami semua, aku yakin tuhan punya rencana indah.          

Bulan Mei 2014 ayah pulang dari Rutan Cipinang. Allhamdulilah penderitaan keluargaku berakhir sampai disini 7 bulan ayah mendekam di penjara. Kebahagiaanku tidak cukup sampai disitu. Aku lulus dari SMA,  mobil yang selama ini ayah dan ibu nantikan akhirnya terwujud juga, bahkan aku sudah di terima menjadi mahasiswa baru di salah satu universitas  negeri, Ya tuhan alangkah bersyukurnya hati ini.  walaupun nilai ujianku pas-pasan aku tetap bersyukur bisa lulus dan membuktikan kepada ayah dan ibuku. Disaat  masalah datang bertubi-tubi disitulah tuhan menyimpan beribu kebahagiaan. Perjuangan ayah  saat di penjara, perjuangan ibuku saat susah mencari uang untuk  membayar hutang bahkan untuk membiyayai  kehidupan sehari-hari.   Dan perjuangan di saat masalah itu  mengguncang hidupku, aku tetap bertahan meskipun begitu berat. kami semua bisa melewati itu semua. Tuhan mentakdirkan garis hidup seserorang yang berbeda-beda bahkan tuhan memberikan setiap porsi cobaan bagi setiap umatnya.  Ada satu kata yang selalu aku ingat dalam hidupku .“ ya allah luluskanlah aku dalam mengerjakan ujian ini agar kelak aku menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepadamu,,,amin”. 

Aku yakin semua kejadian hidupku ini selalu ada hikmahnya. Walaupun aku selalu merasa hidup ini keras, hidup ini kejam, hidup ini tak adil. Kenyataannya ya memang begitu. Mau tidak mau, suka tidak suka , harus kita jalani dengan ikhlas, sabar, dan tawakal. Menjadikan diri kita menjadi lebih baik.Hidup itu bukan untuk menangis. Adakalanya kita diberi suatu kebahagiaan. Roda kehidupan pasti selalu berputar. Terkadang saat kita berada dibawah hidup ini terasa hancur. Padahal tidak ada orang-orang yang menyayangimu, dan kamu akan tahu siapa saja sesorang yang selalu ada di hidupmu. Mungkin banyak juga seseorang yang menghujat kita. Jadikan itu sebagai semangat. Kelak kau akan bangkit dari keterpurukanmu. Tuhan itu adil dia takkan mugkin memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Disaat roda kehidupan berada di atas.  Maka kau akan menemukan suatu kebahagiaan yang tak ternilai harganya. Jangan pernah lupa untuk mensyukuri nikmat yang telah tuhan berikan kepadamu.  

Banyak orang yang diluar sana tidak mempunyai seorang ayah dan ibu. Bahkan ketika lahir dia tidak melihat wajah kedua orangtuanya. Bersyukurlah yang masih mempunyai kedua orang tua yang utuh. Misalkan mereka telah tiada tetaplah selalu bersyukur, karna setidaknya kita pernah melihat dan merasakan kasih sayang kedua orangtua kita dan bangga mempunyai orangtua yang hebat seperti mereka. 


Catatan Ke 28 menulis 30 hari

( Cerpen Kami Tanpa Ayah Pernah Masuk dalam antologi Cerpen yang berjudul Sosok terhebat Bersama dengan Penerbit Inspimedia pada Tahun 2014)

Kali ini saya akan membuat versi baru dari cerita tersebut. Semoga bermanfaat.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler