Salahsatu hal unik yang aku alami dalam menjalani kehidupan ini adalah tentang menanam bunga ini. Aku mengenal dan senang bunga ini sejak aku masih di sekolah rakyat. Kelas VI.
Setiap aku lewat di depan rumah Pak KPW )Kepala Polisi Wilayah_sekarang Kapolsek) aku berhenti sejenak dua memandang puluhan bunga ros yang sedang mekar. Bukan yang sedang mekar saja. Aku melihat juga kuntum-kuntum yang masih kulup dan yang akan mekar. Semuanya indah. Termasuk kelopak-kelopakyang sudah gugur, dan tidak wangi lagi.
Kebiasaanku tampaknya menjadi perhatian yang punya rumah. Aku sangat gembira ketika suatu pagi sepulang berjualan kue dan singgah melihat bunga, Ibu KPW memanggilku dan memberiku 1 tangkai. Pada tangkai itu ada yang masih kulup, ada yang hampir rekah dan uang sudah merekah.
Wanginya masih terasa hingga sekarang dan sejuknya senyum Bu KPW masih terbayang dalam ingatan.
Aku pulang. Mak menyuruhku menyimpan tangkai itu dalam sebuah gelas berisi air.
Layu dan gugurnya keesokah hari semua masih jelas dalam ingatan. Karena tangkai itu miring maka kelopak layunya banyak yang gugur di taplak meja. Aku hitung kelopak yang gugur ke dalam gelas ada 5 helai. 3 sudah tenggelam dan dua masih mengambang.
Wanginya hanya tinggal pada rasa saja.
Lama setelah itu, wah, sangat lama, berpuluh-puluh tahun kemudian. ketika aku sudah punya anak perempuan aku ingat kembali bunga ros.
Aku mencari bibitnya. Ada 3 jenis yang aku dapatkan. Sinyo nakal, kembang kertas, dan ros. Aku tanam ketiganya. Dua bertahan lama, dan ros mati setelah berbunga.
Coba tebak, berapa kali aku menanam kembali ros setelah tanaman pertama mati? Sekali, dua, tiga, empat. Salah sema. Aku menanamnya 7 kali.
Tujuh kali dalam waktu berpuluh tahun. Dan sangat aneh. Setiap kali aku menanam, pohonnya mati setelah berbunga.
Gambar yang kuunggah ini adalah bunga dari tanaman yang ketujuh kalinya. Ada 7 kuntum yang mekar. Aku sangat bahagia. Aku menghabiskan waktu berjam-jam memandang bunga bermekaran itu saat malam tiba.
Aku siapkan kopi, rokok, radio kecil, makanan. Aku seret bangku untuk kududuki. Tidak jarang adegan yang aku biat itu berakhir saat tahrim.
Ada kisah lain yang menjadi kenangan dan muncul saat aku memandang bunga ros ini. Kenangan tentang seseorang yang menamakan dirinya Mawar Merah. Aku mengenalnya saat aku masih berkelana sebagai Jajaka Raheut Hatena (Jejaka Yang Luka Hatinya).
Setelah yang ketujuh kalinya aku tidak pernah mencoba menanamnya lagi. Tapi dimana saja aku melihat bunga ros, aku pasti singgah meminta izin kepada pemiliknya untuk memandang.
O ya, sebenarnya yang paling membekas dalam ingatan adalah tatapan gadis kecil yang berdiri di belakang Ibu KPW. Gadis sebayaku itu aku tempatkan dalam hatiku sebagai "bulan" dan aku adalah "burung pungguk"nya.
Lalu akupun ingat lagi Sam Saimun. Liriknya ada yang berbunyi :
engkau laksana bulan
tinggi di atas kayangan
diriku t'lah kau tawan
hidupku tak karuan
Kotabaru_Karawang_202005300808.
KENANGAN MASA KECIL
- 530 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru